OPINI
Opini: Pemuda Mengambil Peran Menuju Sultra Satu
peran pemuda tidak pernah absen di momentum sejarah lain setelah Indonesia merdeka. Bagaimana aktivis Angkatan 66 menumbangkan rezim orde lama.
Potensi polarisasi di tengah-tengah masyarakat sangat besar akbat perbedaan-perbedaan pilihan politik sehingga membuat demokrasi tidak lagi sehat.
Jika hal demikian dibiarkan, tanpa ada peran dari pemuda sebagai salah satu element masyarakat dengan basis intelektual dan moral serta penguasaan terhadap perkembangan teknologi informasi maka kemajuan suatu daerah, khususnya Sultra akan sulit tercapai.
Secara nasional, termasuk di dalamnya daerah Sultra pada tahun 2024 nanti akan menghadapi tahun politik.
Pemerintah dan berbagai elemen masyarakat akan disibukkan dengan urusan Pemilu, Pilpres dan Pilkada serentak. Ini menjadi momentum yang tepat bagi pemuda Sultra untuk mengambil peran.
Baca juga: OPINI: Turunnya Mahasiswa Bukan Lagi Kemarahan Rakyat Tapi Kemuakan Terhadap Pemerintah Saat Ini
Tentu peran-peran yang dilakukan memiliki orientasi yang mampu menyatukan Sultra sehingga polarisasi yang terjadi di arus bawah tidak terjadi.
Pemuda Sultra tidak boleh diam dan hanya menjadi objek para pemangku kepentingan yang hanya ingin memanfaatkan potensi kekayaan alam yang ada di Sultra. Pemuda harus menjadi subjek yang ikut berperan dan ikut berjuang.
Mengutip apa yang dikatakan seorang penulis tersohor Indonesia, Pramoedya Ananta Thoer dalam bukunya Larasati, “Indahnya dunia ini jika pemuda masih tahu perjuangan”. Sultra akan indah (masyarakatnya sejahtera dan daerahnya maju) jika pemuda ikut mengambil peran menuju Sultra Satu.
Ini bukan berarti menafikkan peran kaum tua, karena biar bagaimana pun kaum tua juga pernah menjadi kaum muda.
Itu menandakan mereka telah memiliki pengalaman di masa lalu.
Tetapi, tantangan saat ini, sudah menjadi beda, maka kaum tua cukup menjadi penasehat bagi kaum muda. Mensuport dan memberi kesempatan kaum muda untuk membangun Sultra. (*)