Berita Sulawesi Tenggara
Patung Pahlawan Nasional Oputa Yi Koo di Baubau Segera Dibangun, Siapkan Anggaran Rp17 Miliar
Proyek pembangunan tugu pahlawan nasional asal Sulawesi Tenggara (Sultra), Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi alias Oputa Yi Koo, segera dikerjakan.
Penulis: Laode Ari | Editor: Risno Mawandili
TRIBUNNEWSSULTRA.COM,KENDARI - Proyek pembangunan tugu pahlawan nasional asal Sulawesi Tenggara (Sultra), Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi alias Oputa Yi Koo, segera dikerjakan.
Pengerjaan tahap pertama patung pahlawan nasional ini sudah memsuki tahapan pelelangan proyek.
Kadis Cipta Karya Bina Konstruksi dan Tata Ruang Provinsi Sultra, Pahri Yamsul mengatakan, pengerjaan proyek ini akan dimulai dalam waktu dekat.
Pahri menyampaikan, patung pahlawan ini memilik tinggi 23 meter yang memilki arti filosofi tersendiri.
"Di bawah patung itu, ada gedung setinggi sembilan lantai untuk berfungsi sebagai museum perjalanan pahlawan Sulawesi Tenggara," kata dia.
Baca juga: Kronologi Mahasiswa Universitas Halu Oleo Kendari Diduga Ditikam Senior di Pelataran Parkir Kampus
Sementara untuk anggaran, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra menyapkan dana sebesar Rp17 miliar.
"Proyek pengerjaannya ini bukan multi years karena di bawah 100 miliar," ucapnya.
Pahri menjelaskan, ada beberapa masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu dalam proses pengerjaan proyek tersebut.
Karena patung itu akan dibangun di atas permukaan laut kawasan Pantai Kamali, Kota Baubau.
"Pengerjaan tugu patung pahlawan ini menggunakan metode khusus karena dibangun diatas air, ini yang sempat menjadi masalah hingga pengerjaan belum dilakukan," kata Pahri.
Baca juga: KPK Minta Dukungan Pelaku Usaha di Sulawesi Tenggara Dorong Iklim Berusaha Bebas Korupsi
Selain itu, kata Pahri, kendala lain yang masih dihadapi tidak adanya sarana untuk mengangkut tiang pancang di laut.
"Ini juga kendala sehingga kita harus membawa pengangkut tiang pancang apa itu dari Kendari, Makassar atau Surabaya," urainya.
Sementara pemancangan tiang patung juga menerapkan metode kerja injeksi. Metode ini dipakai agar tidak mengganggu pelayaran di wilayah Pantai Kamali.
"Dan tentu juga tidak mengganggu kondisi perairan di wilayah itu, karena lautnya masih asri," tutur Pahri. (*)
(Tribunnewssultra.com/La Ode Ari)