Rantai Pasokan Perang Rusak, Ukraina Sebut Stok Amunisi dan Makanan Rusia akan Habis dalam 3 Hari
Pasukan militer Rusia yang berada di Ukraina untuk melakukan invasi dikabarkan akan segera kehabisan stok bahan bakar hingga makanan.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Pasukan militer Rusia yang berada di Ukraina untuk melakukan invasi dikabarkan akan segera kehabisan stok bahan bakar hingga makanan.
Komandan Militer Ukraina menyebut bahwa pasukan Rusia hanya memiliki tiga hari lagi sebelum bahan bakar, makanan dan amunisi yang tersisa untuk melakukan perang habis.
Dilansir TribunnewsSultra.com dari The Guardian, menipisnya persedian perang Rusia di Ukraina ini diakibatkan oleh rusaknya rantai pasokan mereka.
Klaim kekurangan besar itu digambarkan sebagai 'masuk akal' oleh pejabat barat.
Baca juga: Terbang ke Markas NATO dan UE, Presiden AS Bakal Perkuat Sanksi ke Rusia atas Invasi di Ukraina
Meskipun mereka mengatakan Barat tidak dapat menguatkan analisis tersebut.
Laporan dari komando umum angkatan bersenjata Ukraina dikatakan konsisten dengan bukti bahwa kemajuan Rusia terhenti.
Serta bahwa pasukan Rusia telah kembali menggunakan serangan artileri 'tanpa pandang bulu dan atrisi' terhadap warga sipil.
“Kami benar-benar berpikir bahwa pasukan Rusia telah menggunakan banyak bahan termasuk kategori senjata tertentu dan kami telah melihat laporan terisolasi dari unit tertentu yang kekurangan pasokan dalam satu atau lain jenis,” kata pejabat itu.
Baca juga: Sederet Peristiwa Hari Ke-28 Perang yang Perlu Diketahui: AS Tuduh Rusia Culik Ribuan Anak Ukraina
“Ini konsisten dengan kemajuan yang terhenti. Kegagalan dalam rantai logistik menjadi salah satu alasan mengapa mereka (Rusia) tidak seefektif yang mereka harapkan.” imbuhnya.
Seorang pejabat Pentagon menambahkan ada masalah moral yang terus berlanjut di antara pasukan Rusia.
Dengan kekurangan makanan dan bahan bakar, serta radang dingin karena kurangnya pakaian yang memadai.
“Mereka (pasukan Rusia) berjuang di banyak bidang,” kata pejabat AS itu.
Baca juga: Kondisi Terkini Mariupol Kota di Ukraina yang Terus Dibombardir Rusia: Tidak Ada yang Tersisa
Militer Ukraina mengatakan bahwa masalah utama bagi kemajuan Rusia adalah kegagalan untuk meletakkan pipa bahan bakar ke depan.
Meskipun klaim tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.
Pada Senin (21/3/2022), Komsomolskaya Pravda, tabloid pro-Kremlin, melaporkan bahwa menurut Kementerian Pertahanan Rusia, 9.861 tentara Rusia telah tewas di Ukraina dan 16.153 terluka.
Jumlah korban tewas dengan cepat dihapus dari situs surat kabar itu.
Baca juga: Ukraina Tolak Ultimatum Moskow, Rusia Makin Gencar Bombardir Kota Mariupol
Para pejabat Barat mengatakan mereka yakin angka-angka yang dikutip oleh surat kabar itu adalah 'perkiraan yang masuk akal'.
“Ini adalah tingkat korban yang belum pernah dialami (oleh Rusia) sejak perang dunia kedua. Ini masih berlanjut, ini adalah konflik pada skala yang berbeda.” sebut pejabat itu.
Sementara itu pasukan Rusia telah berjuang di sekitar Kyiv.
Seorang pejabat senior AS mengatakan pertempuran telah terjadi di jalan-jalan di Mariupol.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-27 Perang Rusia Vs Ukraina, Mariupol Luluh Lantak, Ada Tuduhan Pakai Senjata Kimia
Diketahui bahwa masih banyak warga sipil yang terjebak di antara mayat-mayat yang membusuk dan bangunan-bangunan yang rata dengan tanah di Kota Mariupol.
Dua 'bom super kuat' menghantam kota itu pada Selasa (22/3/2022).
Bahkan ketika upaya penyelamatan sedang berlangsung, kata pihak berwenang setempat.
Kota pelabuhan Mariupol itu dikatakan berada di bawah serangan angkatan laut dari kapal-kapal di Laut Azov.
Baca juga: Hadapi Warga Ukraina yang Berdemo, Tentara Rusia Lepaskan Tembakan hingga Lempari Granat
Rusia disebut ingin bisa mendeklarasikan Mariupol sebagai kemenangan strategis pertama.
Kota di Ukraina selatan ini dipandang sebagai kunci untuk mengamankan koridor Rusia antara wilayah separatis Donbas dan Krimea yang dicaplok Moskow secara ilegal.
Ini juga merupakan rumah bagi pelabuhan perdagangan terbesar di Laut Azov dari mana Ukraina mengekspor biji-bijian, besi dan baja, dan mesin-mesin berat.
Meski demikian, militer AS mengatakan bahwa mereka belum melihat tanda-tanda bahwa senjata kimia sedang dipersiapkan untuk digunakan dalam waktu dekat.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)