Putin Dituduh Culik dan Deportasi Ribuan Warga Ukraina, Lalu Angkut Jauh-jauh ke Pedalaman Rusia
Saat ini, Kota Mariupol tengah menjadi sasaran bulan-bulanan pasukan Rusia. Banyak warga sipil Mariupol menjadi korban penyerangan militer Rusia.
Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Perang Rusia dan Ukraina sejak invasi 24 Februari 2022 belum juga berakhir.
Saat ini, Kota Mariupol tengah menjadi sasaran bulan-bulanan pasukan Rusia.
Banyak warga sipil Mariupol menjadi korban penyerangan militer Rusia.
Tak hanya itu, para warga juga dikabarkan diangkut keluar dari negaranya.
Sosok yang tertuduh atas hal ini adalah Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Baca juga: Kota Mariupol Ukraina Dibombardir Membabi Buta oleh Rusia, Warga Kubur Korban Tewas di Pinggir Jalan
Baca juga: Zelenskyy: Siap Berunding dengan Putin Bahas Invasi Rusia-Ukraina, Jika Gagal Berarti Perang Dunia 3
Putin dituduh menculik lalu mendeportasi ribuan warga dari Mariupol yang kondisinya terkepung.
Lalu apra warga diangkut jauh ke Rusia.
Diberitakan TribunnewsSultra.com dari telegraph.co.uk, pihak berwenang Ukraina menuduh pasukan Rusia mengumpulkan beberapa ribu warganya dari Mariupol.
Mariupol dihancurkan oleh Rusia lalu para warga diangkut ke kota-kota terpencil Rusia yang berjarak ratusan mil dari perbatasan.
Update perang Rusia dan Ukraina
Diberitakan Kompas.com, beginilah update terbaru kondisi Ukraina setelah menjadi sasaran invasi Rusia sejak 24 Februari 2022.
Pasukan Rusia seperti tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti menyerang Ukraina.
Pada Minggu (20/3/2022), Rusia mengebom sebuah sekolah yang ditempati 400 pengungsi di pelabuhan Mariupol yang terkepung.
Laporan itu disampaikan ketika Moskwa mengeklaim kembali menembakkan rudal hipersonik di Ukraina, penggunaan senjata generasi terbaru untuk keduanya kepada tetangganya.
Baca juga: PR Besar Ukraina setelah Rusia Akhiri Perang: Butuh Bertahun-tahun Jinakkan Bom yang Belum Meledak
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa pengepungan Mariupol, sebuah pelabuhan strategis yang sebagian besar berbahasa Rusia di tenggara di mana utilitas dan komunikasi telah terputus selama berhari-hari, akan dianggap sebagai kejahatan perang.