Kesepakatan Damai Hampir Tuntas, Ukraina Mulai Setujui Permintaan Rusia, Negosiasi Masih Berlangsung

Rusia dan Ukraina hampir menyepakati syarat untuk dilakukannya gencatan senjata atau kesepakatan damai.

Editor: Risno Mawandili
Kolase The Guardian | France24
KOLASE FOTO - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan). Kedua negara hampir menyelesaika kesepakatan damai. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Rusia dan Ukraina hampir menyepakati syarat untuk dilakukannya Gencatan Senjata atau kesepakatan damai.

Ukraina dikabarkan mulai melunak dengan menyetujui permintaan Rusia agar menghentikan opersi militer khusus.

Meski demikian, negosiasi untuk kesepakatan gencatan senjata itu masih berlangsung.

Militer Rusia telah membobardir kota-kota di Ukraina sejak 24 Februari 2022, setelah operasi militer khusus diperintahkan oleh Presiden Vladimir Putin.

Terhitung sejak saat itu, invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari ke-16.

Baca juga: Pasukan Rusia Masuki Rumah Sakit di Ukraina, Ratusan Pasien hingga Dokter RS Mariupol Disandera

Baku tembak masih terus terjadi, militer Rusia telah mengepung ibu kota Ukraina, Kyiv.

Tiak ada yang tahu kapan ketegangan di Ukraina mereda.

Namun baru-baru ini pihak Rusia mengabarkan tentang peluang untuk kesepakatan damai hampir terwujud.

Hal itu lantaran Ukraina telah menyepakati status netral.

Ukraina tak ingin lagi bergabung dengan Pakta Petahanan Atlantik Utara (NATO).

Baca juga: Respons Perang Rusia Vs Ukraina, Donald Trump: Ada Banyak Cinta di Balik Keputusan Vladimir Putin

Kabar ini telah membawa isu perdamaian menjadi mengemuka.

Pasalnya, pembicaraan sebelumnya selalu berakhir dengan jalan buntu.

"Status netral sekarang sedang dibahas secara serius, tentu saja, dengan jaminan keamanan,"

"Sekarang hal ini sedang dibahas dalam negosiasi, ada formulasi yang benar-benar spesifik yang menurut saya mendekati kesepakatan," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Rabu (16/3/2022), dikutip dari Reuters.

Lavrov mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin telah berbicara tentang netralitas dan jaminan keamanan untuk Ukraina tanpa perluasan NATO.

Baca juga: Kondisi Terkini Perang di Ukraina, Rusia Klaim Pasukan Militernya Pegang Kendali Penuh Kota Kherson

Ia juga menyatakan negosiasi yang dilakukan tidak mudah, tetapi ada beberapa harapan untuk mencapai kompromi.

Dalam hal ini Ukraina juga telah membuat pernyataan positif tentang pembicaraan damai.

Yaitu bersedia untuk bernegosiasi sampai akhir perang, tetapi tidak akan menyerah atau menerima ultimatum Rusia.

4 Syarat Damai dari Rusia yang Harus Dipenuhi Ukraina

Masih dilansir Reuters, Juru Bicara Kremlin Rusia, Dmitry Peskov membeberkan empat hal krusial yang menjadi tuntutan Rusia terhadap Ukraina untuk bisa dipenuhi.

Warga berusaha menyelamatkan apa pun yang mereka bisa setelah serangan Rusia menghantam sebuah bangunan tempat tinggal apartemen di Ibu Kota Ukraina, Kiev pada Senin (14/3/2022)
Warga berusaha menyelamatkan apa pun yang mereka bisa setelah serangan Rusia menghantam sebuah bangunan tempat tinggal apartemen di Ibu Kota Ukraina, Kiev pada Senin (14/3/2022) (The New York Times/Lynsey Addario)

Rusia meminta empat syarat yang harus dipenuhi oleh Ukraina apabila ingin Rusia menghentikan serangannya.

Pertama terkait netralitas dengan meminta Ukraina menjamin status non-bloknya.

Rusia menyatakan syarat Ukraina tak boleh gabung North Atlantic Treaty Organisation (NATO) adalah mutlak.

Lantaran Rusia khawatir Ukraina bisa dijadikan pangkalan NATO dan negara itu memiliki dukungan militer besar untuk merebut Semenanjung Krimea.

Kedua, meminta agar Ukraina demiliterisasi atau menghentikan aksi militernya.

Baca juga: Ukraina Jadi Taruhan, Elon Musk Tantang Duel Presiden Rusia Vladimir Putin

Selanjutnya, mengakui Semenanjung Krimea sebagai wilayah Rusia.

Dilansir Sputniknews Krimea memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung kembali dengan Rusia pada Maret 2014 setelah kudeta Maidan di Kyiv.

Krimea telah menjadi bagian dari Ukraina sejak 1954.

Pemimpin Uni Soviet saat itu, Nikita Khrushchev memberi wilayah ini pada Ukrania yang kemudian menjadi bagian dari Uni Soviet hingga negara ini bubar pada 1991.

Sejak saat itu, Krimea menjadi wilayah semiotonom dari negara Ukraina yang memiliki ikatan politik kuat dengan Ukraina, namun memiliki ikatan budaya yang kuat dengan Rusia.

Ilustrasi Thermobaric weapon (Senjata termobarik). Senjata termobarik atau bom vakum adalah senjata yang menyedot oksigen dari sekitar untuk menghasilkan ledakan bersuhu tinggi. Senjata yang menurut Ukraina telah digunakan Rusia dalam invasi ini.
Ilustrasi Thermobaric weapon (Senjata termobarik). Senjata termobarik atau bom vakum adalah senjata yang menyedot oksigen dari sekitar untuk menghasilkan ledakan bersuhu tinggi. Senjata yang menurut Ukraina telah digunakan Rusia dalam invasi ini. (Tangkapan Layar The Guardian)

Syarat terakhir yaitu Ukraina diminta mengakui Republik Separatis Donetsk dan Lugansk sebagai negara merdeka.

Rusia mengakui dua negara baru itu dengan nama Republik Rakyat Donestk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR).

Kedua wilayah itu sebenarnya telah memisahkan diri dari Ukraina sejak 2014 atau setelah kudeta terhadap pemimpin Ukraina pro-Rusia yang terpilih secara demokratis.

Sejak itu, lebih dari 14.000 orang tewas dalam pertempuran antara tentara Ukraina dan separatis pro-Moskow di sana. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ukraina Setuju Bahas Soal Netralitas, Rusia Sebut Peluang Damai Hampir Disepakati

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved