Tak Terima Ukraina Dapat Bantuan Senjata dari Negara Barat untuk Lawan Rusia, Putin Siapkan Nuklir
Presiden Rusia Vladimir Putin menandakan eskalasi saat ia menempatkan kekuatan nuklir Rusia dalam siaga tinggi untuk menekan Ukraina.
Penulis: Nina Yuniar | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin menandakan eskalasi saat ia menempatkan kekuatan nuklir Rusia dalam siaga tinggi.
Putin telah memerintahkan militernya untuk menempatkan pasukan pencegahan nuklir Rusia dalam siaga tinggi.
Dalam sinyal terbaru dari pemimpin Rusia bahwa ia siap untuk menggunakan tingkat paling ekstrim untuk mencapai kemenangan di Ukraina.
Perintah itu diberikan karena Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa delegasi Ukraina akan bertemu dengan pejabat Rusia di perbatasan Belarusia.
Dilansir TribunnewsSultra.com dari The Guardian, pihak Amerika Serikat (AS) menuduh Putin melakukan eskalasi yang "benar-benar tidak dapat diterima".
Baca juga: Sebut Strategi Serangan Putin Gagal, Menlu Ukraina Ungkap Kondisi Terkini Konflik Lawan Rusia
AS juga menjelaskan bahwa pihaknya akan terus mendukung Ukraina dan tindakan memberikan sanksi terhadap Rusia.
Uni Eropa pun turut mengumumkan langkah-langkah baru yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Moskow, ibu kota Rusia yakni dengan memberikan embargo ekonomi.
Jelas bahwa serangan Putin di Ukraina telah gagal menghasilkan kemenangan cepat yang telah diantisipasinya.
Sementara itu, Presiden Zelenskyy, mengumumkan bahwa delegasi dari Ibu kota Ukraina, Kiev akan bertemu dengan pejabat Rusia tanpa prasyarat di perbatasan negaranya dengan Belarusia.
Tetapi jauh dari jelas bahwa Putin siap untuk mengadakan pembicaraan yang tidak melibatkan pemenuhan tuntutannya agar Ukraina menerima pembagian dan melucuti senjata.
Baca juga: Pasukan Nuklir Rusia Siaga Tinggi di Chernobyl, Menlu Ukraina: Untuk Tekan Delegasi di Belarus
"Saya tidak terlalu percaya dengan hasil pertemuan ini, tetapi biarkan mereka mencoba, sehingga nantinya tidak ada satu pun warga Ukraina yang ragu bahwa saya, sebagai presiden, mencoba menghentikan perang," ujar Zelenskyy.
Dengan tidak adanya terobosan militer yang cepat, Putin mengisyaratkan dia siap untuk meningkatkan serangannya di Ukraina.
Sambil mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya yakni dengan secara eksplisit mengacungkan persenjataan nuklir Rusia dalam upaya untuk mencegah dukungan negara-negara barat untuk Ukraina.
Namun, pada hari Minggu (27/2/2022), dukungan itu terus tumbuh.
Diketahui bahwa Uni Eropa mengumumkan akan mendanai pasokan senjata ke angkatan bersenjata Ukraina.
Baca juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy Ngaku Siap Bicara dengan Rusia tapi Tak Mau di Belarus
Termasuk jet tempur, memblokir wilayah udara Eropa untuk semua pesawat Rusia termasuk jet pribadi oligarki, dan melarang saluran propaganda.
BP mengumumkan akan melepaskan hampir 20 persen sahamnya di perusahaan minyak Rusia Rosneft
Sementara, Turki menyatakan bahwa mereka akan menutup selat Bosphorus dan Dardanelles untuk angkatan laut Rusia, menghentikan kapal-kapalnya yang bergerak antara Mediterania dan Laut Hitam.
Swedia juga akan mengirimkan bantuan militer ke Ukraina, termasuk senjata anti-tank, helm dan pelindung tubuh.
Sebuah sidang darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pun akan diselanggarakan mulai Senin (28/2/2022) guna membahas konfilk Ukraina.
Baca juga: Rusia Disebut Semakin Frustasi karena Perlawanan Tak Terduga dari Ukraina
Rusia memilih menentangnya, tetapi tidak dapat menghentikannya.
Ini kemungkinan akan menggarisbawahi isolasi global Moskow.
Perintah nuklir Putin datang pada pertemuan antara presiden, menteri pertahanan, Sergei Shoigu, dan kepala staf umum angkatan bersenjata Rusia, Valery Gerasimov.
“Pejabat senior dari negara-negara NATO terkemuka juga mengizinkan pernyataan agresif terhadap negara kita, oleh karena itu saya memerintahkan menteri pertahanan dan kepala staf umum [angkatan bersenjata Rusia] untuk mentransfer pasukan pencegahan tentara Rusia ke mode khusus. tugas tempur,” ujar Putin dalam komentar yang disiarkan televisi.
“Negara-negara Barat tidak hanya mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita di bidang ekonomi, tetapi para pejabat tinggi dari anggota NATO terkemuka membuat pernyataan agresif mengenai negara kita.” lanjutnya.
(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)