Wisata Kendari

Wisata Sambil Belajar Sejarah di Kota Tua Kendari, Ada Rumah Gubernur Sultra hingga Komandan Belanda

Kota Tua Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), bisa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin berwisata sembari belajar sejarah Kota Kendari.

Penulis: Mukhtar Kamal | Editor: Aqsa
Husni Husein/ TribunnewsSultra.com
Kota Tua Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), bisa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin berwisata sembar belajar sejarah Kota Kendari. Kawasan kota tua tersebut berlokasi di Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari, Provinsi Sultra. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Kota Tua Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), bisa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin berwisata sembari belajar sejarah Kota Kendari.

Kawasan wisata sejarah tersebut berlokasi di Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari, Provinsi Sultra.

Sejumlah peninggalan bangunan bersejarah kolonial masih berdiri di kawasan Cagar Budaya Kota Tua Kendari ini.

Bangunan bersejarah tersebut di antaranya rumah pesanggrahan Belanda yang sempat dialihfungsikan menjadi Rumah Jabatan atau Rujab Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra).

Rumah dinas ini sempat dihuni Gubernur Sultra pertama J Wayong (27 April 1964-18 Juli 1965) hingga gubernur kelima Haji Alala (23 September 1982-23 Desember 1992).

Baca juga: Intip Bangunan Masa Penjajahan Belanda di Kawasan Kota Lama Kendari, Rujab Gubernur Sultra Pertama

Bangunan bersejarah lainnya yakni Rujab Komandan Tentara Belanda atau Garnizoens Batalion Detachement, gedung Baparda, penjara kolonial, sekolah China, water reservoir, dan lainnya.

Saat berkunjung ke kawasan ini, pengunjung akan disambut papan petunjuk yang menunjukkan arah sejumlah bangunan bersejarah itu.

Pertama, pengunjung bisa melihat gedung Baparda.

Bangunan tua ini merupakan gedung tempat penyelenggaraan acara maupun pesta pernikahan masyarakat pada masa lalu.

Tidak jauh dari bangunan ini, pengunjung akan menemukan rumah pesanggrahan Belanda yang pernah dijadikan Rujab Gubernur Sultra mulai dari masa J Wayong hingga Haji Alala.

“Sebelum Sulawesi Tenggara terpisah dari Sulawesi Selatan, rumah ini dulunya pesanggarahan Belanda. Itu cerita yang saya dapatkan dari orang tua dulu,” kata Ketua RT setempat, La Dana (66).

La Dana sekaligus menjadi pemegang amanah bangunan saat beralihnya kepemimpinan Gubernur Sultra Eddy Sabara ke Abdullah Silondae.

Sekitar 30 meter dari bangunan pesanggarahan itu, terdapat Rujab Komandan Tentara Belanda atau Garnizoens Batalion Detachement.

Saat ini, bangunan yang telah mengalami renovasi pada tahun 2005 lalu tersebut difungsikan sebagai rumah dinas Korem 143 Haluoleo.

Menurut La Dana (66), setiap sudut rumah masih mempertahankan nuansa bangunan Belanda meski telah direnovasi.

Baca juga: 9 Tempat Bersejarah di Kota Kendari, Situs Peninggalan Jepang dan Belanda, hingga Makam Pulau Pandan

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved