Lawan Covid19

3 Strategi Pencegahan Ini Masih Digunakan Satgas Covid-19, Hadapi Ancaman Varian Omicron

Inilah tiga strategi pencegahan yang digunakan Satgas Covid-19 menghadapi ancaman varian Omicron di Indonesia.

Tangkapan Layar
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Inilah tiga strategi pencegahan yang digunakan Satgas Covid-19 menghadapi ancaman varian Omicron di Indonesia.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19, Sonny Harry B Harmadi mengatakan pemerintah menggunakan tiga strategi mencegah penularan varian Omicron.

Kata dia, strategi yang digunakan pemerintah ini masih sama dengan strategi sebelumnya dalam menghadapi varian Covid-19.

Alasan penggunaan strategi ini, menurutnya, karena varian Omicron masih berasal dari Sars Covi-2 penyebab Covid-19.

Untuk itu, kata Sonny, pencegahan penularan varian Omicron masih sama menggunakan tiga strategi tersebut.

Baca juga: Kemnaker Kebut Penyaluran Dana Perluasan BSU, Target Rampung Akhir Desember, Tahap 1 Sudah Selesai

"Strategi kita masih sama," kata Sonny dalam webinar Dialog Produktif Kamis: Sambut Tahun Baru dengan Liburan Gaya Baru, Kamis (16/12/2021).

"Karena walaupun ini varian baru tapi masih menjadi bagian dari Sars Cov-2 sebagai penyebab Covid-19. Makanya, cara pencegahannya sama," tambahnya.

Sonny menjelaskan strategi tersebut pertama adalah meningkatkan vaksinasi Covid-19 kepada seluruh elemen masyarakat.

Kata dia, vaksinasi masih menjadi langkah efektif dan terbukti menurunkan tingkat kesakitan dan keparahan akibat Covid-19, bahkan mengurangi angka kematian.

"Mayoritas kasus yang dirawat di beberapa negara, itu ditemukan kepada mereka yang belum divaksin," ujarnya.

Baca juga: Berikut 6 Gejala Covid-19 Varian Omicron, Deteksi Dini Tenggorokan Gatal hingga Sakit Kepala

Kemudian, langkah pencegahan kedua adalah dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan (prokes).

Selanjutnya, strategi pencegahan ketiga adalah mendorong testing dan tracing kasus Covid-19 di masyarakat 

Sonny menambahkan penguatan kapasitas testing dan tracing untuk menemukan masyarakat yang positif.

"Mereka dikonfirmasi positif akan ditingkatkan. Jumlahnya untuk dilakukan whole genome sequencing guna mendeteksi orang tersebut mengidap atau terjangkit varian Omicron atau tidak," katanya.

Apa Itu Varian Omicron?

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) menamai varian baru virus corona B.1.1529 sebagai Omicron.

Diketahui, pengumuman itu dikeluarkan pada hari Jumat di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa varian itu sangat menular dan dapat mengurangi kemanjuran vaksin.

Varian yang diturunkan dari garis keturunan B.1.1 ini "belum pernah terjadi sebelumnya" dan "sangat tidak biasa" dalam jumlah mutasinya.

B.1.1529 memiliki 32 mutasi yang terletak di protein lonjakannya, termasuk E484A, K417N dan N440K, yang bisa membantu virus lolos dari deteksi antibodi.

Selain itu, mutasi lain, N501Y, tampaknya meningkatkan kemampuan virus untuk masuk ke sel kita, membuatnya lebih mudah menular.

Dari Mana Asalnya?

Varian Omicron ini pertama kali terdeteksi di Botswana pada 11 November, di mana tiga kasus kini telah dicatat.

Sementara itu, di Afrika Selatan, di mana kasus pertama ditemukan pada 14 November, 22 kasus telah dicatat, menurut Institut Nasional untuk Penyakit Menular.

Lebih banyak kasus diperkirakan akan dikonfirmasi di negara itu ketika hasil pengurutan keluar.

Kasus tambahan telah diidentifikasi di Hong Kong, yang melibatkan seorang pelancong berusia 36 tahun.

Ia sempat tinggal di Afrika Selatan dari 23 Oktober hingga 11 November, lalu dites positif tiga hari kemudian saat menjalani karantina sekembalinya ke rumah.

Pada hari Jumat (26/11/2021), Eropa mencatat kasus pertama yang dikonfirmasi setelah infeksi dilaporkan di Belgia.

Ahli Virologi Marc Van Ranst mentweet bahwa varian tersebut telah terdeteksi pada seorang pelancong yang kembali dari Mesir awal bulan November.

Para ilmuwan mengatakan bahwa varian tersebut memiliki lebih banyak perubahan pada protein lonjakannya daripada yang lain telah mereka lihat.

Ada dugaan penyakit itu mungkin muncul dari orang dengan gangguan kekebalan yang menyimpan virus untuk jangka waktu yang lama, mungkin seseorang dengan HIV/AIDS yang tidak terdiagnosis.

Apakah Kebal Vaksin?

Protein lonjakan yang melapisi bagian luar virus corona memungkinkannya menempel dan masuk ke sel manusia.

Vaksin melatih tubuh untuk mengenali lonjakan ini dan menetralkannya, sehingga mencegah infeksi sel.

Ke-32 mutasi yang terdeteksi dalam protein lonjakan varian baru akan mengubah bentuk struktur ini, sehingga menimbulkan masalah bagi respons imun yang diinduksi oleh vaksin.

Mutasi ini dapat membuat protein lonjakan kurang dikenali oleh antibodi tubuh.

Akibatnya, mereka tidak akan seefektif menetralkan virus, yang kemudian dapat melewati pertahanan kekebalan dan menyebabkan infeksi.

Haruskah Khawatir?

Para ilmuwan memiliki pendapat yang beragam tentang apakah kita harus khawatir tentang varian terbaru ini atau tidak.

Dr Tom Peacock, seorang ahli virologi di Imperial College London, memperingatkan bahwa varian itu bisa menjadi "perhatian nyata" karena terdapat 32 mutasi pada protein lonjakannya.

Namun, Profesor Francois Balloux, Direktur Institut Genetika di University College London, mengatakan bahwa saat ini "tidak ada alasan untuk terlalu khawatir."

Melalui Twitter, Dr Peacock menulis bahwa varian "sangat, sangat harus dipantau karena profil lonjakan yang mengerikan" yang dapat berarti bahwa varian itu lebih menular daripada varian lain yang sudah ada.

Tetapi, Dr Peacock mengatakan bahwa dia "berharap" variannya akan berubah menjadi salah satu dari "kluster aneh" saja dan tidak akan menular seperti yang ditakuti.

Sementara itu, Prof Balloux mengatakan bahwa "sulit untuk memprediksi seberapa menularnya varian ini sekarang."

Ia menjelaskan: "Untuk saat ini, varian itu harus dipantau dan dianalisis dengan cermat, tetapi tidak ada alasan untuk terlalu khawatir, kecuali jika frekuensinya mulai meningkat dalam waktu dekat." (*)

Artikel ini tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved