Penyebab Erupsi Gunung Semeru Menurut Pakar Vulkanologi: Ternyata Bukan dari Perut Bumi

Pakar Vulkanologi, Surono, menjelaskan penyebab sebenarnya apa yang membuat erupsi Gunung Semeru.

Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
YouTube KOMPASTV
Rumah warga Lumajang, Jawa Timur, tertimbun material abu vulkanik dari erupsi Gunung Semeru. 

"Makanya disebut awan panas guguran, karena terproduksi dari luberan lava yang gugur atau longsor."

"Tapi kalau dia keluar meledak tinggi sekali dari suatu letusan dari perut gunung api, biasanya disebut awan panas letusan," jelas Surono.

Meski penyebab erupsi berbeda, namun awan panas guguran juga mengandung hawa panas cukup tinggi dan bergerak cepat.

"Tapi sama-sama panas dan dia bergerak sangat cepat tergantung dari kecuraman lereng, paling tidak bisa sampai 200 kilometer per jam," kata Surono.

Walaupun tidak sepanas awan letusan, awan guguran bisa mecapai suhu 400 derajat celcius yang nantinya bisa menurun menjadi 200 hingga 100 derajat celcius.

Jika terkena air pun masih sangat membahayakan karena timbul letupan-letupan.

Sampai Merangkak karena Napas Sesak

Berbagai kisah pilu muncul dari para korban erupsi Gunung Semeru.

Di antaranya seorang warga bernama Buari yang kini menjadi Satgas Gunung Semeru membantu warga lain yang terdampak.

Baca juga: Rumah Warga Rusak Terdampak Erupsi Gunung Semeru, Kepala BNPB Janji: Kami akan Bangun Kembali

Dikutip TribunnewsSultra.com dari unggahan YouTube KOMPASTV, Buari adalah warga Desa Sumberwuluh yang letaknya hanya 4 kilometer dari Gunung Semeru.

Warga dua dusun tempat Buari tinggal belum sempat menyelamatkan semua barang yang ada di rumah.

Tampak pakaian yang dijemur, sepeda motor yang terparkir, hingga mainan anak masih berada di luar rumah tertutup debu vulkanik.

Baca juga: Gubernur Jatim Khofifah Tinjau Lokasi Terdampak Erupsi Gunung Semeru: Jangan Remehkan Fenomena Alam

Bahkan, tembok hingga keramik sudah terutup warna abu-abu.

Buari menyebut, dua dusun itu kini disterilkan sampai waktu yang belum ditentukan.

"Pertama, itu kan takut ada susulan. Yang kedua, barang-barang warga masih ada di dalam rumah. Jadi, takutnya ada orang yang jauh masuk ke sini," ungkap Buari.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved