Daeng Lala

Youtuber Daeng Lala Inspirasi Pemuda Baubau, Ngajar Santai di Hutan Pinus Samparona Bersama Dispora

Kegiatan tim Youtuber Daeng Lala mulai menginspirasi pemuda di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Editor: Risno Mawandili
Istimewa
Daeng Lala (pakai kaus putih paling kiri) berswaforo seusai Kegiatan Jambore dan Musrembang pemuda Baubau, di Hutan Pinus Samparano, Kelurahan Sorawolio, Baubau, Sulawesi Tenggara, Rabu (28/10/2021). Kegiatan ini merupakan isiasi dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Baubau. 

Ini salah satu sekolah swasta tertua di Pulau Buton.

Baca juga: Benteng Keraton Wolio Buton Diusul Masuk Warisan Budaya Dunia UNESCO, Pemkot Baubau Optimis

Setamat SMA, 2003, Daeng Lala juga melanjutkan kuliah di Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Bau-bau.

Saat kuliah, kegigihan Daeng Lala, untuk bertahan hidup sesuai ilmunya, ia mendirikan jasa pengetikan dan rental komputer.

Rumah panggung orangtuanya di Kampung Lipu Katobengke, Jl Dayanu Ihsanuddin, Baubau, digubah jadi “ruang pengetikan.”

Ilmu instalasi komputer jaringan, dan teknik mengetik 10 jari, dia menyasar mahasiswa dan pelajar yang ngekos di sekitar kampungnya.

“Kadang saya dia begadang sampai subuh untuk ketik pesanan tugas mahasiswa,” kata Harianto (31), salah seorang tetangga Daeng Lala.

Dengan pendapatan tetap, dia juga sudah menikahi kerabat sekaligus tetangganya, Vikha.

Selepas kuliah dia pun diterima bekerja di bagian logistik dan supply BBM di kantor Pertamina Bau-bau, tahun 2011.

Baca juga: Benteng Sorawolio, Benteng Pertahanan Kesultanan Buton, Suguhkan Indahnya Baubau dari Ketinggian

Kariernya menanjak. Dia mengurusi suplai dan pembelian BBM untuk wilayah Bau-Bau, dan timur Indonesia.

Tahun 2016, Daeng Lala pun mendapat tugas kerja ke Makassar.

“Saya sempat tinggal di lorong dekat asrama Brimob KS Tubun dan Pasar Senggol, lalu pindah ke Rappocini.”

Tahun 2019 dia ditugaskan kembali ke Bau-Bau dan melayani suplai BBM industri nikel dan tabang di Morowali, Sulawesi Tengah, ke Ternate, hingga ke Bima, Nusa Tenggara Barat.

Sebelum pandemi Corona menghantam dunia, dia kembali ke Bau-bau dan menghabiskan waktu dengan memancing.

Awalnya dia sewa perahu milik nelayan untuk menyalurkan hobi lamanya.

Awalnya, dia menggunakan pancing modern.

Stik, reel, dan alat pancing impor dia beli dengan harga tiga hingga empat kali lipat dari harga di Pulau Jawa dan Makassar.

Di sini, dia mulai membuat Channel Youtube Daeng Lala.

Konten yang diupload masih sederhana, dan seputar memancing di perahu.

Tanpa sengaja, saat air laut Pantai Lakeba surut di malam hari, dia ikut menangkap ikan bersama beberapa nelayan tradisonal tetanngganya.

Bukan alat pancing dan kail, si nelayan membawa tombak dan lampu penerang chargerable.

Keesokan harinya video ini diunggap bersama video cara memancing dengan teknik handliner.

Umpannya ikan hidup, sebesar jari telunjuk orang dewasa.

Kurang dari 24 jam, video itu sudah booming.

“Penontonnya kebanyakan dari Malaysia dan Singapura, saya kaget.”
Belajar dari teknik memancing tradisional dengan bersama tetua kampung, itulah Daeng Lala mulai serius.

Konten-konten garapannya hanya seputar memancing, mengolah mahluk hidup laut dan pesisir, dan cara memasaknya jadi makanan rumah tangga ala Buton dan kepulauan Tukang Besi dan nelayan manusia Bajo.

Dan… sukses jadi content creator itu pun baru dimulai….. (*)

(*/TribunnewsSultra.com)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved