Berita Buton
Menyaksikan Keganasan Buaya Lasalimu Buton, Anak-anak Jadi Korban, Sudahi Eksploitasi Sungai
Tak jauh dari hunian kami, terdengar riuh masyarakat. Sontak heboh seketika mengetahui seorang anak menjadi korban keganasan buaya.
Oleh Citizen Journalism: Yadi La Ode baubau
Penulis merupakan aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kota Baubau
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Tak jauh dari hunian kami, terdengar riuh masyarakat. Sontak heboh seketika mengetahui seorang anak menjadi korban keganasan buaya.
Senin (18/10/2021) sore, kami berjalan pulang seusai melakukan riset di salah satu desa di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kami berangkat pada pagi hari menuju Desa Kumbewaha, Kecamatan Siontapina, Kabupaten Buton. Setelah menghabiskan waktu seharian, sorenya kami pulang menyusuri jalan beraspal sejauh 100 Kilometer.
Sesampainya kami di rumah penginapan, tiba-tiba tersiar kabar menghebohkan. Seorang siswa sekolah menengah Pertama (SMP) diterkam buaya.
Siswa SMP itu bernama Muhammad Fauzi (14). Ia diterkam buaya di Sungai Malaoge, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kabupaten Buton, Sultra.
Sontak saja kemi ikut mencari tahu cerita lengkap peristiwa naas tersebut.
Seorang warga desa bercerita, peristiwa bermula saat Muhammad Fauzi pergi membatu orang tuanya menambang pasir di sungai.
Baca juga: Remaja di Buton yang Hilang Diterkam Buaya Ditemukan Meninggal Dunia, Anggota Tubuh Tak Utuh
Sampai di sungai, ia langsung berenang ikut menambang pasir bersama anak-anak lain yang juga membantu orangtua.
Seusai membantu orangtua, Fauzi dan kawan-kawannya belum langsung pulang.
Mereka memutuskan mencari kelereng yang tertimbun di pasir dasar sungai.
Setelah mengumpulkan banyak keleng, kawanan anak-anak itu memutuskan pulang.
Namun baru saja berapa meter dari sungai, Fauzi meminta teman-temanya balik lagi karena melupakan barang.
Saat itu beberapa anak tetap ikut menemani Fauzi.
Berdasarkan keterangan anak-anak yang menjadi saksi, sempainya di sungai Fauzi kembali terjun dan menyelam ke dasar.
Baca juga: Remaja di Buton yang Hilang Diterkam Buaya Ditemukan Meninggal Dunia, Anggota Tubuh Tak Utuh
Tetapi setelah itu Fauzi tak pernah lagi muncul ke permukanaan sungai.
Merasa khawatir, seseorang anak langsung mengabarkan peristiwa itu kepada orang-orang di Desa Malaoge.
Sontak kabar menjadi heboh, banyak warga yang berdatangan di sungai tempat Fauzi berenang untuk terakhir kalinya.
Karena tak menemukan Fauzi, warga desa lalu mencari menggunakan sampan menyusuri Sungai Malaoge.
Beberapa jam kemudian, tim penyelamat Pos SAR Baubau ikut membantu mencari siswa SMP tersebut.
Setelah 45 orang mencari, ditemukanlah tubuh seorang anak yang sudah tidak utuh lagi. Tubuh itu ditemukan di tepi sungai berjarak 100 meter dari lokasi Fauzi berenang.
Sudahi Ekploitasi Sungai
Sejatinya Fauzi bukan korban pertama dari keganasan buaya Lasalimu di Sungai Malaoge.
Nyaris setiap tahun seorang warga menjadi korban keganasan buya di sana.
Tetapi mau bagaimana lagi, warga tetap memilih menantang bahaya.
Ya, beberapa warga desa menggantungkan hidup dari menambang pasir di Sungai Malaoge.
Pasalnya, hasil dari pasir yang dikumpulkan dari sungai bisa segera dinikmati.
Baca juga: Benteng Sorawolio, Benteng Pertahanan Kesultanan Buton, Suguhkan Indahnya Baubau dari Ketinggian
Jika hari itu menambang satu kubik, maka uangnya sudah bisa digunakan untuk membeli lauk.
Tetapi tindakan itu tidak sepenuhnya benar.
Untuk diketahui, Sungai Malaoge merupakan salah satu sungai besar di Kabupaten Buton.
Sungai itu selama ini berkontribusi membantu kebutuhan petani untuk mengairi lahan pertanian di desa.
Tetapi belakangan muncul para penambang, ramai-ramai mengambil pasir dengan jumlah banyak dan terus menerus.
Menambang pasir tentu dapat merusak fungsi sungai, termasuk habitat hewan-hewan di dalamnya.
Pada akhirnya, dampak dari aktivitas penambangan itu kitalah sendiri yang merugi.
Buaya yang tadinya tinggal dan berkembang biak di sungai, diusik dan dirusak rumahnya.
Ketika habitatnya terganggu, buaya-buaya akan memangsa apapun yang dilihatnya.
Semoga masyarakat desa dapat segera menyadari, jika setiap aktivitas yang merusak tentu ada dampak dan kerugian yang dihasilkan.
Di siang yang terik dan gerah kami melakukan focus group discussion bersama warga desa untuk menyingkap berbagai masalah yang kini dihadapi masyarakat tani. (*)
(TribunnewsSultra.com)