Instruktur Mekanik Sebut Salah Pilih BBM Berakibat Fatal Bagi Mesin, Kendaraan Bisa Boros
Penggunaan bahan bakar dengan pertimbangan ekonomis rupanya bisa membuat kendaraan malah jauh lebih boros.
Penulis: Muh Ridwan Kadir | Editor: Muhammad Israjab
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Saat ini beragam jenis BBM (Bahan Bakar Minyak) yang dijual, namun seringkali pengendara hanya memilih bahan bakar terjangksu atau murah.
Sehingga hal tersebut bisa berakibat fatal bagi mesin kendaraan karena salah memilih BBM.
Penggunaan bahan bakar dengan pertimbangan ekonomis rupanya bisa membuat kendaraan malah jauh lebih boros.
Bahkan, penggunaan bahan bakar dengan oktan rendah yang tidak sesuai jenis kendaraan rupanya bisa berakibat fatal terutama kerusakan mesin.
Hal itu diungkapkan oleh salah seorang instruktur mekanik di Bengkel Honda Sanggar Laut Group, Kota Makassar, Muhammad Arief Munafri yang sudah berpengalaman selama 5 tahun bergelut di dunia perbengkelan.
Baca juga: Istri jadi TKW di Malaysia, Suami Rudapaksa Anak di Kamar Korban Berkali-kali
" Beberapa fakta kondisi mesin yang ditemui seringkali dalam keadaan memperihatinkan. Padahal, pemakaiannya masih baru dan kurang dari 5 tahun,"ucapnya melalui rilis pers Media Kendari Pertamina, Selasa (14/9/2021).
Kualitas bahan bakar khususnya jenis bensin atau gasoline dilihat dari angka oktannya atau biasa disebut dengan RON (Research Octane Number).
Semakin tinggi nilai oktan, semakin baik pembakarannya untuk mesin kendaraan dan semakin sedikit menghasilkan emisi gas buang kendaraan.
Saat ini di pasaran untuk BBM jenis gasoline terdapat RON 88 Premium atau setara, RON 90/91 Pertalite atau setara, RON 92 Pertamax atau RON 95/98 Pertamax Turbo.
Banyak keluhan pelanggan ia dapatkan dengan mobil bermasalah di awal tahun pemakaian.
Ternyata pelanggan itu punya kesalahan memakai bahan bakar yang tidak sesuai dengan spesifikasi kendaraan.
“Pelanggan awam paham mengisi bahan bakar, tapi tidak paham apa yang buat mobil bisa jalan dengan performa maksimal dan bikin awet mesin kendaraan,” ujar Arief.
Arief menyebut pertimbangan memilih bahan bakar itu krusial sebetulnya.
“Misal kita pilih premium, saat ini kita hemat, hemat diawal tapi boros di akhir, lebih baik kita sedikit menambah rupiahnya tapi kualitas kita dapat jangka panjang,” imbuhnya.
Arief mengatakan, pabrikan kendaraan produksi tahun 2000an ke atas memiliki mesin yang berbeda dengan kendaraan produksi dulu.