HUT RI

Kesederhanaan Aditya Arya Paskibraka Nasional Asal Sulawesi Tenggara di Istana Merdeka, Diungkap Ibu

Kesederhanaan Aditya Arya Anandtha Bahtiar paskibraka nasional asal Sulawesi Tenggara (Sultra) di Istana Merdeka diungkap orangtua.

Editor: Aqsa
kolase foto (handover)
Kesederhanaan Aditya Arya Anandtha Bahtiar Paskibraka Nasional asal Sulawesi Tenggara (Sultra) di Istana Merdeka diungkap ayah dan ibu yakni Bahtiar Hudrin dan Hariyanti Hasim. 

Bahkan Adit memberanikan diri menjadi penceramah saat salat Subuh, di saat yang lain tidak ada yang mau mengajukan diri.

"Saya sempat nggak nyangka karena dia di rumah kan pendiam, tapi ternyata dia bisa juga ceramah," ujarnya.

Diapun berharap Adit selalu dalam keadaan sehat dan bisa terus membanggakan orangtua dan masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra).

Sosok Sederhana

Profil Aditya Arya Anandtha Bahtiar, sosok Paskibraka 2021 asal Sulawesi Tenggara (Sultra) di Istana Merdeka, merupakan siswa SMA 1 Kendari.
Profil Aditya Arya Anandtha Bahtiar, sosok Paskibraka 2021 asal Sulawesi Tenggara (Sultra) di Istana Merdeka, merupakan siswa SMA 1 Kendari. (kolase foto (handover))

Ayah Adit, Bahtiar Hudrin, mengungkapkan sosok dan keseharian putranya yang disebutnya berbeda dari anak kebanyakan.

“Dia pendiam. Tidak banyak maunya, terutama belanja atau masalah pakaian. Dia itu tidak pernah meminta,” katanya.

Misalnya soal telepon seluler (ponsel) yang disebutnya baru dimiliki Adit tatkala masa pembelajaran online selama pandemi Covid-19.

“Dia itu baru punya HP nanti pada saat belajar online, sebelumnya dia selalu pakai HP saya,” jelasnya.

Saat berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pemusatan latihan sebagai Paskibraka Nasional, Adit bahkan ogah mengenakan pakaian baru.

Dia malah lebih memilih memakai barang bekas milik orangtua atau keluarga yang masih layak daripada membeli barang baru semisal sepatu dan celana hitam.

Baca juga: Mengenal Ainun Jariah Paskibraka Nasional Sulawesi Tenggara, Fans BTS, Suka Drakor & Boneka Doraemon

“Celana hitamkan wajib, itu dia pakai celana bekas saya. Baju berkerah yang dipakai juga itu bekas-bekas saya semua dan itu yang dibawa,” ujar Bahtiar.

Sang anak keukeh dengan hal itu, namun Bahtiar malah ngotot tetap ingin membelikan anaknya pakaian baru.

Adit menolak dengan alasan pakaian bapaknya masih bisa dipakai.

“Besoknya mau berangkat, sore itu baru dibelikan beberapa baju, itupun baju yang Rp100 ribu dapat 3 lembar,” kata Bahtiar.

Menurut Bahtiar, kesederhanaan itu membuat Adit berbeda dari anak-anak kebanyakan.

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved