Gadis Pegawai Minimarket Dirudapaksa 5 Orang, Diancam Foto Syur akan Disebar Jika Tak Mau Layani
Seorang gadis pegawai minimarket berinisial MA (18) menjadi korban pemerkosaan oleh lima orang di Gianyar.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Seorang gadis pegawai minimarket berinisial MA (18) menjadi korban pemerkosaan oleh lima orang.
Korban juga diancam para pelaku foto syurnya akan tersebar jika tak mau layani nafsu bejat mereka.
Unit Reskrim Polres Gianyar mengungkapkan kronologi kasus pemerkosaan yang terjadi di Gianyar, Bali.
Baca juga: Janjian Ketemu, PSK Ini Malah Dirudapaksa dan Dirampok Pelanggan: Didekap Lalu Diancam Pakai Pisau
Berdasarkan data dihimpun Tribun Bali, para pelaku terdiri dari AG (25), CA (22) PR (41), AAGD (27) dan GNAC (30).
Merekai berasal dari Kecamatan Ubud, Gianyar.
Kasatreskrim Polres Gianyar, AKP Laorens Rajamangapul Heselo, Senin 3 Mei 2021 mengatakan, kasus ini bermula pada, Jumat 30 April 2021 sekira pukul 23.30 korban pulang dari tempatnya bekerja di sebuah minimarket kawasan Gianyar, Bali.
Kemudian korban dijemput di depan minimarket tersebut oleh dua orang pelaku secara paksa.
Selanjutnya diajak naik motor ke tempat teman-teman pelaku minum.
Karena korban berteriak terus, selanjutnya diajak ke kebun tegalan milik seorang pelaku di daerah Banjar Kertawangsa, Desa Lodtunduh.
Baca juga: Diperkosa Pacar hingga Hamil 5 Bulan, Wanita 20 Tahun Ini Hajar Pacarnya sampai Masuk Rumah Sakit
"Di antaranya 2 orang yang dikenal oleh korban dengan inisial GA dan CA yang berasal dari Lodtunduh. Dengan kejadian tersebut korban melaporkan ke Polres Gianyar," ujarnya.
Pelaku GA ini juga sempat mengancam korban, kalau tidak mau berhubungan badan, maka foto telanjangnya akan disebarkan ke media sosial.
"Karena takut, korban akhirnya mau mengikuti keinginan dari pelaku GA selanjutnya pelaku bersama dengan pelaku yang lainnya menyetubuhi korban secara bergiliran bersama pelaku lain," ungkap AKP Laorens.
Saat ini kelima pelaku sudah diamankan di Mapolres Gianyar, dengan ancaman pasal 285 KUHP.
Baca juga: Sakit Hati Produknya Dihina Kakek Pemilik Toko, Sales Permen Jahe Bunuh Nenek Pakai Linggis
Korban Shock
Sementara itu korban persetubuhan yang masih duduk di bangku kelas VIII SMP asal Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Bali hingga saat ini masih diberikan pendampingan psikolog.
Pasalnya, hingga saat ini korban masih trauma jika bertemu dengan orang asing utamanya laki-laki yang tidak ia kenal.
Aparat Sat Reskrim Polres Buleleng akhirnya menetapkan 10 orang sebagai tersangka, atas kasus persetubuhan ini.
Dari jumlah pelaku tersebut, tujuh di antaranya merupakan anak yang masih di bawah umur.
Anggota Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) Perlindungan Anak, Bella Savira Fitriana mengatakan, kondisi psikis korban saat ini sejatinya sudah mulai stabil, bahkan mulai bisa bercanda dengan keluarganya, serta mulai ikut pembelajaran sekolah secara daring.
Baca juga: Penyebab Ricuh 2 Kelompok Pemuda di Pertigaan UHO Kendari, Ternyata Dipicu Rebutan Lahan Parkir
Namun demikian, pihaknya tetap ingin memastikan agar korban mendapatkan dukungan baik oleh keluarga maupun lingkungannya, untuk menjaga kestabilan psikis korban.
"Sekarang kami masih melakukan home visit, kami akan melihat bagaimana situasi di rumah dan lingkungannya. Sampai saat ini korban juga takut ketemu orang yang tidak dikenal apalagi laki-laki," kata dia.
"Dia juga masih takut berkomunikasi dengan teman-temannya, karena temannya selalu menanyakan tentang kejadian yang menimpa korban," ucapnya.
Di mana, ibu korban, kini juga merasa shock atas kejadian yang menimpa anak kandungnya itu.
"Ibu korban sampai saat ini masih menangis, dia juga shock dengan kejadian yang menimpa anaknya. Ini jadi PR kami juga untuk memberikan konseling," terangnya.
Sampai kapan psikis korban bisa betul-betul pulih?
Bella menyebut, berdasarkan hasil hitung-hitungan pihaknya, tingkat trauma korban berada di skor 65-70.
Artinya pemulihan bisa cepat dilakukan, dengan catatan lingkungan di sekitar rumahnya, maupun teman-teman di sekolahnya ikut mendukung korban melupakan kejadian tersebut.
"Lingkungan harus punya pikiran positif kepada korban. Kalau lingkungan punya pikiran negative itu akan membuat korban jadi down lagi. Lingkungan harus berpikiran positif, jangan ungkit kejadian yang menimpa korban kemarin," kata dia.
"Kalau diungkit, emosi korban pasti bergejolak lagi karena dia ingat dengan kejadian pahit yang dialami. Jangan sampai korban merasa sudah tidak punya harga diri, takutnya nanti jadi lebih depresi,” jelas Bella.
Bella juga tidak menampik, saat ini banyak masyarakat yang bertanya-tanya mengapa korban bisa menghilang selama dua hari, bahkan sempat menginap di rumah salah satu pelaku.
Di hari pertama, kata Bella, korban memang kehabisan bensin dan tidak bawa uang.
Kondisi itu yang membuat korban bingung.
Hingga akhirnya menghubungi pacarnya.
Namun oleh sang pacar korban justru diajak ke rumah temannya yang korban sendiri tidak kenal.
Sehingga korban akhirnya disetubuhi oleh beberapa pelaku.
"Usai kejadian itu korban mau pulang, tapi para pelaku menakut-nakuti korban katanya pulang malam pasti dimarahi oleh ibunya. Sehingga korban akhirnya mau menginap di rumah pelaku itu," ujarnya.
"Ini masih kami selidiki lagi, kenapa korban bisa takut sama ibunya sendiri, ketimbang dengan laki-laki yang tidak dia kenal. Ini masih kami analisa, apa mungkin ibunya sosok menakutkan bagi korban sehingga dia mau menginap di rumah pelaku," kata Bella. (Tribun-Bali.com/I Wayan Eri Gunarta)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Modus Pemerkosaan di Lodtunduh Ubud, Pelaku Ancam Sebarkan Foto Korban