Jalan Rusak di Sulawesi Tenggara

Respon Komisi III DPRD Sultra Soal Jalan Rusak di Konawe Selatan: Jangan Salahkan Gubernur Ali Mazi

Suwandi juga melarang publik membandingkan perbaikan jalan rusak di Konawe Selatan dengan proyek mercusuar Jalan Wisata Kendari-Toronipa.

Penulis: Risno Mawandili | Editor: Fadli Aksar
Fadli Aksar/TribunnewsSultra.com
PROTES - Pohon pisang ditanam warga Desa Lalonggasu, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, sebagai bentuk protes karena ruas jalan mengalami kerusakan parah namun tak kunjung diperbaiki. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM,KENDARI - Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) meminta masyarakat tidak menyalahkan Gubernur Ali Mazi soal jalan rusak.

Sebelumnya, masyarakat Konawe Selatan (Konsel) menanam puluhan pohon pisang, di tengah jalan.

Mulai dari Desa Watumerembe, Kecamatan Palangga, Desa Lalowatu, dan Desa Lalonggasu, Kabupaten Konsel.

"Tak boleh masyarakat menyalahkan Gubernur Ali Mazi karena situasi saat ini," kata Ketua Komisi III DPRD Sultra Suwandi Andi saat dihubungi melalui telepon seluler, Rabu (7/4/2021) malam.

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu beralasan, situasi pandemi Covid-19 saat ini menjadi pemicu anggaran perbaikan jalan terbatas, sehingga harus tertunda.

Tetapi berbanding terbalik dengan proyek mercusuar pembangunan Jalan Wisata Kendari-Toronipa yang menelan anggaran Rp1 triliun.

Baca juga: Alasan Jalan Andoolo-Tinanggea Konawe Selatan Tak Dibenahi, Anggaran Minim, Tidak Masuk Prioritas

Baca juga: Protes Jalan Rusak, Warga Blokade Jalan Poros Andoolo - Tinanggea Konawe Selatan Dengan Batu Besar

Meski begitu Suwandi juga melarang publik membandingkan perbaikan jalan rusak dengan mega proyek tersebut.

Suwandi mengklaim, Gubernur Ali Mazi sudah bijak membagi porsi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk jalan. 

DEWAN- Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara (Sultra), Suwandi Andi.
DEWAN- Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara (Sultra), Suwandi Andi. (Istimewa)

Seperti di  kampung halaman Gubernur Ali Mazi Kabupaten Buton Tengah, cuma kebagian Rp1,3 miliar dari APBD 2021.

Anggaran itu diproyeksikan untuk perbaikan jalan dari Desa Waara menuju Pelabuhan Penyerangan Feri Wamengkoli-Baubau. 

Ia menegaskan, jalan di Sulawesi Tenggara bukan hanya Poros Andoolo-Tinanggea Konawe Selatan saja, tapi ada 17 kabupaten dan kota juga butuh sentuhan pemerintah.

"Jangan karena tidak tuntas itu seolah-olah kita mau menyalahkan kepala daerah, keliru, tidak bisa," imbuhnya. 

Ia mengaku sangat empati dengan aspirasi masyarakat Konawe Selatan tersebut

Terlebih, kerusakan jalan penghubung 5 kabupaten itu telah menelan korban jiwa. 

"Kami sangat bersedih, prihatin, terlebih jalan itu sampai harus memakan korban jiwa," ujar Suwandi.

Tanam Pisang dan Pasang Batu Gajah

Sebelumnya, masyarakat Konsel menanam puluhan pohon pisang, di tengah jalan, mulai dari Desa Watumerembe, Kecamatan Palangga, Desa Lalowatu, dan Desa Lalonggasu Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konsel.

Warga juga memutus akses jalur transportasi darat yang menguntungkan 5 kabupaten, Konawe Selatan, Bombana, Konawe, Kolaka Timur dan Kota Kendari.

Badan jalan ditutup dengan gundukan tanah dan bongkahan batu besar, sehingga kendaraan roda empat tak bisa melintas, sejak Minggu (4/4/2021).

Baca juga: Curhatan Bu Kepsek SD di Konawe Selatan Jatuh di Jalan Rusak, Lutut Lecet: Kenyang Makan Janji

Baca juga: DPRD Sultra: Ada Uang Rp19 Miliar Tapi Tak Bisa untuk Perbaikan Jalan

Akibatnya, pengendara roda empat harus mencari jalan alternatif untuk bisa sampai ke tempat tujuan.

Kepsek SD Negeri 11 Tinanggea Rugaena bercerita setiap hari melintas di jalan rusak itu, bahkan pernah mengalami kecelakaan.

Kepala SD 11 Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Rugaena curhat setiap hari melintas di jalan rusak Desa Lalowatu, Kecamatan Tinanggea, pernah mengalami kecelakaan.
Kepala SD 11 Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Rugaena curhat setiap hari melintas di jalan rusak Desa Lalowatu, Kecamatan Tinanggea, pernah mengalami kecelakaan. ((Fadli Aksar/TribunnewsSultra.com))

"Ketika hujan jalan tergenang, karena lubang tertutup air saya jatuh, velg sampai bengkok, lutut lecet," kata Rugaena, Rabu (7/4/2021).

Rugaena merupakan warga Lalonggasu, Kecamatan Tinanggea, jarak rumah dengan sekolah sejauh lima kilometer.

Dirinya tak bisa menghindari dan harus menikmati jalan rusak tersebut setiap hari sejak 2019.

Kenyang Makan Janji

Permintaan perbaikan jalan sudah sering disuarakan, baik ke calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Konsel, Provinsi Sultra maupun Pemda setempat.

Tapi, sejak 2019 hingga April 2021 permintaan itu tak pernah digubris, mereka bersepakat menanam pohon pisang di sepanjang jalan.

Sebab, hanya itu yang mereka bisa lakukan sebagai ungkapan kekecewaan kepada pemerintah.

"Supaya pemerintah melihat kalau masyarakat sudah kecewa, capek dijanji," katanya.

Dia berharap pemerintah agar pemerintah segera merespon aksi mereka namun bukan dengan janji yang sama, tapi perbaikan jalan yang nyata.

Tambal Sulam saat Presiden Datang

Warga Desa Watumerembe, Kecamatan Palangga, Supri (45) mengatakan, jalan rusak sempat diperbaiki saat Pemerintah Pusat dari Jakarta datang ke Konawe Selatan.

Bahkan, sebelum kedatangan Presiden Joko Widodo untuk meresmikan pabrik gula di Kabupaten Bombana, 22 Oktober 2020 lalu, jalan sempat ditimbun.

Pemerintah setempat menimbun lubang jalan itu menggunakan material tanah, bukan aspal.

"Tapi ternyata Jokowi naik helikopter, tidak jadi lewat sini," katanya, Rabu (7/4/2021).

JALAN RUSAK -
JALAN RUSAK - Warga Desa Watumerembe, Kecamatan Palangga, Konawe Selatan menanam pohon pisang di tengah jalan sebagai bentuk kekecewaan terhadap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi tenggara (Sultra) yang tidak kunjung memperbaiki jalan tersebut (Fadli Aksar/TribunnewsSultra.com)

Tanah timbunan penutup lubang itu hanya bertahan beberapa hari, apalagi saat hujan mengguyur Konawe Selatan dan sekitarnya, jalan kambali rusak.

Supri menyebut, di jalan tersebut sering terjadi kecelakaan tunggal, baik dialami pengendara dari daerah lain, maupun warga setempat sendiri.

Para warga akhirnya bersepakat menanam puluhan pohon pisang sebagai bentuk protes mereka kepada pemerintah.

"Kalau perlu sampai pohon pisang ini berbuah, kami tidak akan cabut selama belum diaspal," katanya.

Rp300 Juta Perbaikan Jalan

Kepala Dinas (Kadis) Sumber Daya Air (SDA) dan Bina Marga, Abdul Rahim mengakui masih banyak jalan rusak di beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Menurutnya, semua jalan rusak yang ada di Sultra menjadi prioritas dari Dinas SDA dan Bina Marga.

Namun, pihaknya belum bisa melakukan perbaikan beberapa jalan karena keterbatasan anggaran yang dikelola Dinas SDA dan Bina Marga.

"Untuk anggaran perbaikan dan perawatan rutin jalan itu sangat minim, kami hanya diberikan Rp200-300 juta saja," katanya, Rabu (7/4/2021).

Dengan anggaran sebesar itu, harus bisa dipahami bahwa tidak semua jalan rusak bisa jangkau dinas Bina Marga untuk dilakukan perbaikan.

Tahun ini pihaknya sudah menganggarkan untuk perbaikan jalan di beberapa kabupaten yakni Konawe Selatan (Konsel), Buton Utara (Butur) dan Kabupaten Muna.(*)

(TribunnewsSultra.com/Risno Mawandili)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved