Kendari Preneur

Witjaksono Cerita Pengalaman di Launching Kendari Preneur, Pernah Tinggal di Samping Rel Kereta

Ia membuka dengan menceritakan latar belakang keluarganya yang miskin dan penuh dengan keterbatasan.

Penulis: Muh Ridwan Kadir | Editor: Laode Ari
Dok.Tribunnewssultra.com/Muh. Ridwan Kadir
Witjaksono (Kiri) baju batik merah bersama Walikota Kendari Sulkarnain Kadir (Kanan) tepat disamping Witjaksono, saat acara launching Kendari Preneur. di Tambat Labuh Kendari, Jl Ir H Alala, Kelurahan Tipulu, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Minggu (28/03/2021) pagi. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Sebagai seorang pengusaha nasional, Witjaksono menceritakan pengalaman hidupnya saat Launching Kendari Preneur.

Witjaksono ditunjuk sebagai pemateri dalam program pengembangan UMKM yang berlangsung di Tambat Labuh Kendari tersebut.

Ia membuka dengan cerita pengalaman latar belakang keluarganya yang miskin dan penuh dengan keterbatasan.

"Saya berasal dari keluarga miskin, bapak saya tukang sapu dan ibu saya penjual kacang," katanya saat Launching Kendari Preneur.

Baca juga: Solusi UMKM di Kendari, Wali Kota Tawarkan Modal Serta Pembinaan Manajemen dan Pemasaran

Baca juga: BREAKING NEWS: Gamal Albinsaid, Witjaksono, Sulkarnain Kadir Hadiri Peluncuran Kendari Preneur

Baca juga: Disoroti DPRD Kendari, Pemkot Klaim 12 Ribu Penerima Banpres UMKM Benar, Tapi Tak Mau Cek Lapangan

Witjaksono berkata semasa kecil, Ia bersama keluarganya tinggal di gubuk yang berada di samping rel kereta api. 

Witjaksono berpesan dalam acara tersebut, bukan hanya kepada pelaku usaha namun kepada setiap orang apapun pekerjaannya.

Pesan tersebut menurutnya sangat penting yakni setiap hamba harus yakin sama tuhannya dalam berusaha.

Hal tersebut yang selalu memberikan ia kekuatan dalam hidupnya selama ini, hingga bisa sampai saat ini.

Sebelum menjadi pengusaha ia sempat kerja di salah satu bank.

Namun menurutnya pekerjaan tersebut tak memberikan dampak yang berlebih bagi dirinya.

Witjaksono kemudian ingin keluar dari pekerjaan tersebut, dan menyampaikan kepada keluarganya.

Namun keluarganya paman dan bibinya menolak keinginannya, karena menurut mereka menjadi seorang karyawan di bank sudah sangat bersyukur bagi keluarga miskin seperti mereka.

Lalu ia menceritakan hal tersebut kepada ibunya, sang ibu berpesan kepadanya agar selalu bersabar dalam perkataan seseorang yang menyakiti hatinya.

Saat itulah semangatnya untuk jadi pengusaha tak terhentikan ia lalu berhenti dalam pekerjaanya sebagai karyawan bank.

Dengan modal yang seadanya ia memberanikan diri untuk terjun ke dunia usaha bersama rekan-rekannya.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved