Nenek 69 Tahun Sakit hingga Dikerubuti Belatung, Bertahun-tahun Hidup Tanpa Penerangan
Ia tinggal di daerah Jalan Kartini No 74, Wangaya Kelod, Dauh Puri Kaja, Denpasar, Bali.
Dan saat ini nenek tersebut sudah mendapat penanganan terkait lukanya yang sempat dihinggapi belatung.
"Pasien dirawat di RSUD Wangaya dari kemarin malam 23 Maret, Kondisi pasien hari ini (kemarin, Red) 24 Maret, terdapat luka pada bokong, ada belatung, tapi sekarang sudah dirawat. Sudah bersih dari belatung. Dan luka pada betis kanan sudah juga tetawat dengan baik," ungkapnya.
Sementara saat ini, keponakan nenek tersebut telah datang ke RSUD Wangaya dan langsung menjaga nenek tersebut pada salah satu kamar rawat inap.
Bangunan ruko dua lantai dengan pintu regol berwarna coklat kusam dan penuh coretan cat pylox itu tampak tidak ada aktivitas, pada Rabu 24 Maret 2021 sore ini.
Hanya ada para penjual bunga yang menggelar lapaknya di sekitaran ruko bak bangunan tak berpenghuni di jalan satu arah itu, pasca penghuninya GSI (69) jatuh sakit dengan kondisi dipenuhi belatung, sehingga saudara yang biasa berjualan karpet di toko tersebut juga kini harus menjaga di RSUD Wangaya, tidak jauh dari lokasi.
Di samping ruko milik keluarga itu terdapat sebuah pintu masuk yang sudah dalam kondisi rusak, sehingga terlihat bagian dalam tempat dua bersaudara itu tinggal dengan kondisi bisa dikatakan tidak layak.
Dari lorong pintu masuk selebar kurang lebih 1 - 1,5 meter tersebut di dalamnya terdapat seperti blok beberapa bangunan rumah, namun tidak berpenghuni sehingga terkesan menyeramkan.
Ada tumpukan batu bata merah, dan lokasi di dalamnya seperti tidak terawat, begitu pula dari tampak depan bangunannya tampak atap plafon yang jebol dan berdebu.
Tak hanya itu, menurut penuturan penjual bunga di sekitar, keluarga ini selama bertahun-tahun hidup tanpa lampu penerangan.
"Setiap malam gelap tidak ada lampu penerangan sudah bertahun-tahun kondisinya seperti itu," terang penjual bunga di depan, Nyoman Sarji kepada Tribun Bali.
Berdasarkan data yang dihimpun, GSI hanya tinggal bersama saudara sekandungnya berinisial SA (58), keduanya belum berkeluarga, sementara orangtuanya sudah meninggal dunia dan diwariskan kepada dua bersaudara ini.
Selama ini dua bersaudara ini diberi makanan oleh sanak keluarga lain/keponakannya dengan dikirimkan.
Namun keponakan seringkali hanya menyampaikan makanan kepada sang adik di depan toko sehingga tidak mengetahui kondisi bibinya.
Nyoman Sarji menuturkan, bahwa terakhir kali melihat GSI sekitar dua bulan yang lalu.
GSI sendiri dikenal warga sekitar seperti mengidap gangguan kejiwaan.