Detik-detik 3 Nelayan Wakatobi Bebas Setelah 1 Tahun Disandera Kelompok Abu Sayyaf, Perahu Terbalik

Detik-detik 3 nelayan Wakatobi bebas setelah 1 tahun disandera kelompok Abu Sayyaf, perahu terbalik dihantam ombak.

Editor: Aqsa
handover
Detik-detik 3 nelayan Wakatobi bebas setelah 1 tahun disandera kelompok Abu Sayyaf, perahu terbalik dihantam ombak (foto ilustrasi penyanderaan). 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Detik-detik 3 nelayan Wakatobi bebas setelah 1 tahun disandera kelompok Abu Sayyaf, perahu terbalik dihantam ombak.

Tiga Warga Negara Indonesia (WNI) yang diculik kelompok teroris yang terkait dengan ISIS tersebut berhasil diselamatkan aparat keamanan Filipina pada Kamis (18/3/2021).

Ketiga WNI tersebut yakni AKM (30), AD (41), dan AR (26).

Mereka bertiga berasal dari Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

“Penyelamatan dilakukan pada Kamis sore hari di perairan Tawi-Tawi saat kapal yang digunakan kelompok Abu Sayyaf membawa tiga WNI terbalik akibat gelombang laut,” demikian keterangan Direktorat Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI, Sabtu (20/3/2021).

Baca juga: Detik-detik Suami Istri Tewas Terpanggang di Wakatobi, Rumah Dibakar Pakai Bensin, Motif Pelaku

Baca juga: Tim SAR Evakuasi Nelayan Tomia yang Terombang-ambing 16 Jam di Perairan Wakatobi, Korban Selamat

Disebutkan, para WNI sandera yang berasal dari Wakatobi tersebut dipindahkan kelompok Abu Sayyaf dari Indanan, Sulu, ke tempat lain karena terdesak akibat operasi gabungan aparat keamanan Filipina.

Sementara itu, satu WNI lainnya, MK (12), yang juga jadi korban penculikan kelompok Abu Sayyaf masih belum diketahui keberadaannya.

Keempat WNI tersebut merupakan bagian dari lima WNI yang diculik kelompok Abu Sayyaf pada 16 Januari 2020 di perairan Tambisan, Sabah, Malaysia.

“Sebelumnya, 1 orang WNI atas nama La Baa ditemukan tewas pada 28 September 2020," tulis keterangan tersebut.

Dikatakan, ketiga WNI diamankan di Marine Police Station Tandubas, Tawi-Tawi.

KJRI Davao melalui anggota TNI di Border Crossing Station Indonesia di Bongao, Tawi Tawi telah menemui, memverifikasi, serta memeriksa kondisi para WNI.

Mereka dalam keadaan sehat.

Ketiganya rencananya akan dibawa ke Zamboanga sebelum diterbangkan ke Manila untuk proses kepulangan ke Indonesia.

Kememlu melalui KBRI Manila dan KJRI Davao City akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Filipina dan aparat setempat untuk memberikan perlindungan bagi WNI tersebut.

Detik-detik 3 nelayan Wakatobi bebas setelah 1 tahun disandera kelompok Abu Sayyaf, perahu terbalik dihantam ombak (ilustrasi penculikan).
Detik-detik 3 nelayan Wakatobi bebas setelah 1 tahun disandera kelompok Abu Sayyaf, perahu terbalik dihantam ombak (ilustrasi penculikan). (glocalkhabar.com)

Disandera Lebih 1 Tahun

Sebelumnya, sebanyak tiga nelayan Indonesia yang diculik oleh kelompok teroris Abu Sayyaf lebih dari setahun yang lalu, akhirnya bebas.

Nelayan tersebut berasal dari Kabupaten Wakatobi,

Kabar baik itu disampaikan polisi setempat pada Jumat (19/3/2021), dan ketiga nelayan tersebut berhasil diselamatkan di Filipina selatan.

AFP mewartakan, tiga nelayan tersebut termasuk di antara delapan anak buah kapal yang diculik saat melaut di lepas pantai Kalimantan pada Januari 2020.

Kapal mereka saat itu didatangi kelompok Abu Sayyaf, yang terkenal kejam dan sering menculik untuk meminta uang tebusan.

Baca juga: Menparekraf Sandiaga Uno Sebut Wakatobi Bakal Jadi Destinasi Super Prioritas Selanjutnya

Baca juga: Pacaran di Medsos, Mahasiswi Kendari Asal Wakatobi Tertipu Rp350 Juta, Beri 4 Laptop, Emas, iPhone

Abu Sayyaf sendiri terkait dengan ISIS.

Para sandera ditawan di provinsi Sulu, Filipina Selatan, yang merupakan markas Abu Sayyaf.

Ada satu orang yang meninggal dalam penyanderaan.

Kemudian pada Kamis (18/3/2021), tiga pria dan salah satu penculiknya ditemukan di pantai provinsi Tawi Tawi tak jauh dari markas Abu Sayyaf.

“Perahu motor mereka terbalik akibat cuaca buruk,” kata Letnan Jenderal Polisi Guillermo Eleazar.

“Nelayan keempat masih hilang, sedangkan empat teroris di perahu berbeda juga hilang karena angin kencang dan ombak besar,” lanjut Eleazar dikutip dari AFP.

Menurutnya, operasi pencarian sedang dilakukan beserta upaya mengidentifikasi para korban dan mencari keluarga mereka.

Tentang Kelompok Abu Sayyaf

Kelompok Abu Sayyaf
Kelompok Abu Sayyaf (handover)

Abu Sayyaf adalah kelompok teroris yang berbasis di Filipina selatan, yang terlibat dalam pengeboman serta penculikan turis dan misionaris Barat sejak awal 1990-an.

Motif aksi mereka adalah meminta uang tebusan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Abu Sayyaf juga merampok kapal kargo, kapal tunda, dan kapal-kapal penangkap ikan di perairan yang tidak dijaga ketat di dekat perbatasan laut Malaysia dan Indonesia.

Abu Sayyaf adalah salah satu kelompok kecil yang terkenal kejam di Filipina bagian selatan.

Dilansir dari BBC, 14 Juni 2016, nama kelompok ini memiliki makna "pembawa pedang".

Mereka terkenal karena tindakan penculikan, serangan terhadap warga sipil dan tentara, serta meminta uang tebusan.

Pada 2004, kelompok Abu Sayyaf membom sebuah kapal feri di Teluk Manila dan menewaskan 116 orang.

Mereka juga telah menyandera beberapa pekerja Malaysia dan Indonesia, turis Barat dan satu orang Filipina.

Pada 2015, Abu Sayyaf memenggal kepala seorang sandera dari Malaysia bernama Bernard.

Hal ini buntut dari gagalnya negosiasi karena salah satu dari dua faksi Abu Sayyaf ingin minta tebusan lebih banyak.

Tiga kelompok orang Indonesia dan Malaysia dibebaskan pada awal 2016, tetapi dua orang Kanada, Robert Hall dan John Ridsdel, terbunuh setelah Pemerintah Kanada menolak membayar uang tebusan yang diminta.

Abu Sayyaf bermula dari perpecahan Front Pembebasan Nasional Moro pada 1991, di Filipina selatan, yang merupakan wilayah miskin.

Wilayah selatan Filipina mayoritas penduduknya Muslim, berbeda dengan bagian lain di negara tersebut yang sebagian besar beragama Katolik.

Kelompok Abu Sayyaf memisahkan diri dari Front karena tidak setuju dengan kebijakan MNLF dalam mengejar otonomi dan ingin mendirikan negara Islam merdeka.

Pendirinya adalah Abdurajak Abubakar Janjalani.

Ia seorang pengkhotbah yang bertempur dalam perang Soviet-Afghanistan, di mana dia dikatakan telah bertemu dengan Osama Bin Laden dan terinspirasi olehnya.

Al-Qaeda memberikan dana dan pelatihan kepada kelompok Abu Sayyaf tersebut ketika pertama kali didirikan.

Setelah Janjalani meninggal, kelompok tersebut terpecah menjadi dua jaringan utama yang para pemimpinnya kemudian dibunuh pada 2006 hingga 2007.

Kelompok tersebut diyakini memiliki sekitar 400 anggota dan sejak 2014, beberapa faksi telah menyatakan kesetiaan mereka pada kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Isnilon Tontoni Hapilon, salah satu pemimpin Abu Sayyaf, telah diakui sebagai pemimpin dari semua kelompok yang berpihak pada ISIS di Filipina.

Otoritas Filipina mengindikasikan keberpihakan tersebut demi mendapatkan dana dari ISIS.

Pusat Pelaporan Pembajakan yang berbasis di Kuala Lumpur telah memperingatkan kapal-kapal untuk menjauhi kapal-kapal kecil yang mencurigakan di daerah tersebut.

Indonesia dan Malaysia telah mengusulkan patroli bersama di Laut Sulu untuk mencegah insiden lebih lanjut.

Penyelidik yang menelusuri serangan Jakarta, pada Januari 2016, mengatakan, senjata yang digunakan di berasal dari Filipina selatan.

Meskipun tidak ada bukti bahwa Abu Sayyaf terlibat dalam hal ini, kelompok tersebut telah lama memiliki hubungan dengan kelompok militan terkemuka Indonesia seperti Mujahidin Indonesia Timur dan Jemaah Islamiyah (JI).

Beberapa anggota JI yang terlibat dalam bom Bali mendapat perlindungan bersama kelompok tersebut setelah melarikan diri dari Indonesia.

Ada juga bukti bahwa adanya hubungan dengan kelompok jihadis di Timur Tengah.

Baru-baru ini jenazah seorang ahli bom Maroko, Mohammad Khattab, ditemukan setelah pertempuran antara kelompok tersebut dan tentara Filipina.

Tentara dan polisi Filipina telah memburu kelompok itu sebagai upaya untuk mengalahkannya dan menyelamatkan sandera.

Bentrokan pada awal April 2016 antara tentara dan kelompok Abu Sayyaf mengakibatkan 18 tentara tewas dan 56 luka-luka.

Kantor kepresidenan mengatakan, Abu Sayyaf dalam pelarian.

Di sisi lain, pemerintah setempat telah mengindikasikan bahwa dia bersedia bernegosiasi dengan mereka, dengan menyebutkan bahwa pemerintah tidak berperang dengan rakyatnya sendiri.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Siapakah Kelompok Abu Sayyaf yang Menculik WNI di Filipina?, Penjelasan Kemenlu soal Pembebasan 3 WNI yang Diculik Kelompok Abu Sayyaf, dan Setahun Lebih Diculik Teroris Abu Sayyaf, 3 Nelayan WNI Akhirnya Bebas

Ikuti Berita Nelayan Wakatobi Bebas dari Abu Sayyaf di TribunnewsSultra.com.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved