Pasar Sentral di Kendari Seperti "Pasar Hantu", Bikin Pedagang Merugi, Nyaris Tak Ada Pembeli
Pantauan jurnalis TribunnewsSultra.com, Senin (22/2/2021), tampak lapak jualan yang disiapkan hampir tidak ada seorang pedagang yang menempati.
Penulis: Amelda Devi Indriyani | Editor: Fadli Aksar
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Kondisi Pasar Sentral Wuawua, Jalan MT Haryono, Kelurahan Anaiwoi, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) kian memprihatinkan.
Bagaimana tidak, pasar yang populer dengan sebutan Pasar Baru ini tampak sepi bak "Pasar Hantu".
Pantauan jurnalis TribunnewsSultra.com, Senin (22/2/2021), tampak lapak jualan yang disiapkan hampir tidak ada seorang pedagang yang menempati.
Bahkan pedagang kebanyakan memilih menutup lapaknya dengan tenda.
Pemandangan itu terjadi hampir di seluruh lorong gedung, baik lantai 1 maupun lantai 2.
Seorang padagang Nia (bukan nama sebenarnya), mengaku terpaksa bertahan di tempat itu demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
Baca juga: HMI Kendari Protes Pembangunan Jalan Kendari-Toronipa Bernilai Triliunan: 260 KM Jalan Masih Rusak
Baca juga: Pasar Basah Mandonga Tak Terurus, Pedagang dan Pengunjung Sebut Sudah Tak Layak Pakai Lagi
Meskipun kerap merugi lantaran sepi pembeli, Nia hanya bisa pasrah dengan pendapatan Rp20 ribu perhari.
"Paling sedikit Rp20 ribu perhari, bahkan pernah tidak laku sama sekali," kata Nia saat ditemui tengah menanti pembeli, Senin (22/2/2021).
Pilihan untuk pindah tak bisa dilakukan, sebab, Nia tak punya modal untuk menyewa lapak di pasar lain.
Seperti di pasar sementara yakni Pasar Panjang harus menyewa lapak Rp30 ribu perhari.
Pedagang lain Nurliana Lanata (42) memilih pindah dari dalam ke luar gedung pasar.
Dia mengatakan, pendapatan jauh lebih baik, bahkan bisa memperoleh uang sekira Rp100 ribuan perhari.
Nurliana menyebut, pembeli lebih mudah datang melirik dagangan mereka ketika berada di luar gedung.
Sehingga dia dan sejumlah pedagang lain menggelar lapak di luar gedung untuk menarik perhatian dan bisa melayani pembeli hingga malam hari.
Pasalnya, pasar sentral lebih cepat tutup di pukul 18.00 wita.
"Pasar disini seperti pasar mati, perekonomian tidak berputar. Tidak bisa mau dapat untung berjualan disini, paling tidak bisa untuk makan sehari-hari," ujar Nurliana.