Oleh: dr Erik Sam
Dokter di Rumah Sakit PMI Provinsi Sulawesi Tenggara, Klinik Utama PKU Muhammadiyah dan Klinik Haji Lapato
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Otak manusia adalah organ vital yang tersusun dari berbagai struktur kompleks dan dipenuhi oleh jaringan pembuluh darah yang membawa nutrisi untuk otak.
Namun, tak banyak yang menyadari adanya kondisi berbahaya bernama Aneurisma Otak, yang merupakan pelebaran abnormal pada dinding pembuluh darah otak akibat kelemahan strukturnya.
Ketika tekanan darah mengalir ke titik lemah ini, pembuluh bisa menggembung seperti balon.
Bahaya muncul saat benjolan tersebut terus membesar dan akhirnya pecah, menyebabkan perdarahan otak yang berpotensi mengancam jiwa.
Aneurisma bukanlah sesuatu yang langka. Berdasarkan data dari Brain Aneurysm Foundation, satu dari setiap 50 orang memiliki aneurisma otak yang belum pecah.
Setiap 18 menit, satu kasus aneurisma mengalami ruptur/pecah, dan sekitar 500.000 kematian terjadi setiap tahun akibat kondisi ini. Umumnya, wanita di atas usia 40 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi.
Baca juga: OPINI: Catatan Kritis Pemberlakuan Pasal Tindak Pidana Korupsi dalam KUHP Nasional
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko aneurisma otak meliputi: kelainan pembuluh darah bawaan, tekanan darah tinggi yang tidak terkendali, penumpukan plak akibat kolesterol di pembuluh darah, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, serta proses penuaan.
Sayangnya, mendiagnosis aneurisma tidaklah mudah. Sekitar 90 persen penderita tidak merasakan gejala apapun hingga ukuran aneurisma mulai membesar dan menekan jaringan otak di sekitarnya.
Gejala yang dapat muncul di antaranya: sakit kepala, gangguan penglihatan, lemah pada wajah satu sisi, dan sulit berkonsentrasi.
Jika aneurisma pecah, gejalanya bisa sangat serius, seperti sakit kepala hebat secara mendadak, mual dan muntah, penurunan kesadaran, leher kaku, dan sensitivitas terhadap cahaya.
Ini adalah situasi gawat darurat medis yang dapat menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani.
Baca juga: OPINI: Resistensi Antibiotik: Ancaman Global yang Tidak Bisa Diabaikan
Karena itulah, aneurisma otak sering disebut sebagai bom waktu di dalam kepala.
Dalam dunia medis, tindakan operasi pada aneurisma yang belum pecah masih menjadi pertimbangan.
Biasanya dokter memilih untuk memantau aneurisma yang kecil sambil mengendalikan faktor risikonya.
Keputusan untuk melakukan operasi sangat tergantung pada banyak hal mulai dari lokasi dan ukuran aneurisma, bentuk kelainannya, hingga kondisi umum dan usia pasien.
Meskipun aneurisma otak adalah kondisi serius, kabar baik datang dari Provinsi Sulawesi Tenggara yang mana kini, tindakan operasi clipping aneurisma otak, prosedur pembedahan untuk menjepit aneurisma sebelum pecah telah berhasil dilakukan.
Baca juga: OPINI: Kesehatan Mental Remaja Gen Z
Pada tanggal 30 Mei 2025, tim medis di Rumah Sakit Jantung, Pembuluh Darah dan Otak (RSJPDO) Provinsi Sulawesi Tenggara di Kota Kendari sukses melaksanakan operasi clipping aneurisma otak perdana.
Keberhasilan ini menjadi tonggak penting bagi layanan kesehatan di daerah ini, sekaligus bukti bahwa masyarakat kini bisa mendapatkan penanganan berkualitas tanpa harus dirujuk ke rumah sakit di luar provinsi.
Ini adalah harapan baru bagi pasien-pasien dengan risiko tinggi aneurisma otak di Sulawesi Tenggara dan sekitarnya.(*)
(TribunnewsSultra.com)