Berita Kendari

AJI Perkuat Literasi Keamanan Digital Jurnalis Perempuan, Antisipasi Kekerasan Berbasis Gender

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PELATIHAN JURNALIS PEREMPUAN: Pelatihan yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia berkolaborasi dengan AJI Kendari, diikuti 15 jurnalis perempuan se Indonesia Timur, di Kota Kendari, Sulaweis Tenggara (Sultra), Sabtu-Minggu, 8-9 Februari 2025. Pelatihan tersebut untuk meningkatkan keamanan digital dan mengatasi Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO).

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia berkolaborasi dengan AJI Kendari melatih jurnalis perempuan memperkuat keamanan digital.

Hal itu sebagai bentuk perlindungan diri bagi para jurnalis perempuan yang rentan menjadi korban kekerasan fisik atau non fisik.

Salah satunya terhadap kejahatan atau Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) selama melakukan peliputan.

Ada 15 jurnalis perempuan asal Kota Kendari, Palu, Manado, Gorontalo, Sulawesi Barat, Makassar, Ambon, Nusa Tenggara Timur dan Ternate yang mengikuti pelatihan di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tersebut.

Selama dua hari, Sabtu-Minggu, 8-9 Februari 2025, para jurnalis perempuan ini dikenalkan langsung potensi bahaya dan cara mengatasi KBGO selama proses peliputan, juga memperkuat keamanan digital.

Pemateri dari Digitally Tante, Ellen, memberi gambaran terkait situasi kekerasan pada jurnalis perempuan baik secara global maupun nasional. 

Agar para jurnalis bisa mengenali modus-modus kekerasan berbasis gender baik secara langsung atau online.

Baca juga: AJI Kendari Pertemukan Jurnalis dan Komunitas Marjinal Bahas Pemilu Inklusif Gagas Aksi Kolektif

Di mana kekerasan dan serangan digital kian meningkat. Sementara untuk serangan digital pada perempuan mempunyai khususan tersendiri. 

Sehingga melalui pelatihan ini dapat mendorong advokasi agar perlindungan terhadap jurnalis perempuan semakin kuat dan menghadirkan keamanan holistik atau keamanan secara menyeluruh.

"Makanya ada istilah kekerasan berbasis gender. Penting sekali bagi para jurnalis perempuan terkapasitasi bisa melindungi dirinya sendiri, memahami hal-hal untuk mengamankan dirinya sendiri juga," tutur Ellen.

Ia berharap, AJI di daerah-daerah bisa lebih tegas lagi jika ada anggotanya yang mengalami KBGO.

Tidak hanya pada pelaku di lingkungan internal, tetapi juga di lingkungan eksternal seperti narasumber, redaksi di perusahaan, dan lainnya.

Sementara itu, Koordinator Bidang Internet AJI Indonesia, Adi Marsiella, juga turut membekali para jurnalis perempuan untuk memperkuat keamanan dalam peliputan langsung di lapangan maupun keamanan digital.

Saat ini semua hal sudah didukung dengan penggunaan teknologi, namun juga memiliki risiko untuk diserang.

Baca juga: AJI Kendari Soroti Peran Media Kawal Hak Kaum Marginal dan Minoritas dalam Pemilu

Sehingga diharapkan dengan pengetahuan keamanan digital ini, mempermudah kerja-kerja jurnalis.

Selain kemampuan tersebut, adapula materi terkait Dukungan Psikologis Awal (DPA) untuk para jurnalis perempuan.

Ketua AJI Kendari, Nursadah mengatakan semua jurnalis perlu memahami sistem keamanan, terlebih jurnalis perempuan yang rentan terhadap aksi-aksi kekerasan baik fisik, kekerasan seksual, maupun KBGO.

"Banyaknya tindak kekerasan yang dialami jurnalis perempuan dibuktikan dengan hasil survei 2023 lalu, di mana kurang lebih 80 persen jurnalis perempuan khususnya di Kota Kendari pernah menjadi korban kekerasan baik verbal maupun nonverbal," ujar Nursadah. 

Untuk itu, AJI berkomitmen terus berupaya mengedukasi jurnalis perempuan untuk memahami bentuk-bentuk kekerasan yang rentan dihadapi dalam melakukan tugas-tugas jurnalistik.

Kata Nursadah, segela bentuk kekerasan terhadap jurnalis harus dilawan bersama.

Sementara itu, salah satu peserta pelatihan, Ketua Divisi Perempuan dan Dewan Majelis Etik AJI Ambon, Joanny Pesulima mengatakan, ia bersama beberapa peserta lain memang pernah mengikuti pelatihan serupa baik online maupun offline. 

Baca juga: Irjen Andi Rian Akan Tindaklanjuti Masukan Organisasi Pers di Sulawesi Selatan, AJI, IJTI, PFI, AMSI

Kendati demikian, ada pengetahuan tambahan secara terperinci yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Kata Joanny, pengetahuan yang diberikan dalam pelatihan tersebut sangat penting untuk dibawa ke daerah masing-masing.

Perempuan yang telah bergelut sebagai jurnalis sejak tahun 1999 itu menyebut waktu pelatihan yang diberikan tersebut cukup singkat. Ia bersama peserta lain mengaku lebih nyaman belajar sambil mempraktikan atau mengaplikasikan langsung materi keamanan jurnalis pada perangkat yang digunakan sehari-hari.

"Mungkin ke depannya kami sangat berharap waktu pelatihan seperti ini bisa lebih panjang, sehingga bisa membawa pulang untuk diaplikasikan ke daerah masing-masing," tutur Jo, sapaan akrabnya.(*)

(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)