TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) diberikan target dari Kementerian Pertanian untuk perluasan lahan tanam padi hingga 213.966 hektar pada tahun 2025.
Angka tersebut naik signifikan dari target sebelumnya yang berkisar 165.240 hektar, sehingga untuk mencapai target ini, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Sultra menyiapkan sejumlah strategi.
Kepala Distanak Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya mengatakan strategi utama untuk mencapai target 213.966 hektar tersebut di antaranya bekerjasama dengan TNI untuk pengawalan bersama pemerintah daerah (Pemda) dalam memastikan realisasi tanam dan panen sesuai target.
Kemudian, setiap kabupaten dan kota menetapkan target tanam bulanan agar tidak terjadi keterlambatan atau ketidakseimbangan antara jadwal tanam dan panen.
Sehingga proses tanam lebih merata sepanjang tahun dan dapat menghindari panen dalam jumlah besar yang bisa memicu turunnya harga beras di tingkat petani.
Baca juga: Mentan Amran Naik Mesin Pemanen Ikut Panen Padi di Konawe, Anggarkan Rp12 Triliun Perbaikan Irigasi
“Pemerintah juga akan bekerja sama dengan Bulog agar hasil panen petani dapat terserap secara maksimal, sehingga mereka mendapatkan harga yang layak dan tidak mengalami kerugian,” kata Rusdin.
Rusdin menyampaikan target luas tanam yang tinggi ini tidak bisa dicapai tanpa kesiapan infrastruktur pendukung, seperti irigasi yang baik dan ketersediaan pupuk tepat waktu.
Sehingga pmerintah akan memastikan distribusi sarana produksi berjalan lancar, terutama di daerah dengan potensi sawah tadah hujan.
Jika target 213.966 hektar ini tercapai, Sultra diproyeksikan akan menghasilkan 683.752 ton gabah kering giling dalam setahun.
Dari jumlah tersebut, produksi beras yang dihasilkan diperkirakan mencapai sekitar 392.639 ton.
Baca juga: Syarat Dapat Pembiayaan Asuransi untuk Padi dan Ternak di Sultra, Distanak Antisipasi Pancaroba
Hasil ini diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga berkontribusi dalam ketahanan pangan nasional.
Namun, realisasi target ini bergantung pada efektivitas koordinasi lintas sektor serta kesiapan petani dalam mengikuti pola tanam yang telah dirancang pemerintah.
“Ini perlu dukungan semua pihak. Yang paling utama, setelah panen, seluruh produksi petani bisa terserap dengan baik agar mereka tidak mengalami kerugian,” jelasnya. (*)
(TribunnewsSultra.com/Dewi Lestari)