Berita Sulawesi Tenggara

Mahasiswa Universitas Sulawesi Tenggara Ubah Limbah Sagu dan Kulit Udang Jadi Mainan Teether Bayi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebanyak tiga mahasiswa Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) memanfaatkan limbah sagu dan kulit udang menjadi mainan teether bayi.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Sebanyak tiga mahasiswa Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) memanfaatkan limbah sagu dan kulit udang menjadi mainan teether bayi.

Sosok ketiga mahasiswa tersebut yakni Difa Novia dari Program Studi (Prodi) Kimia, Vietran Deljan Puala dari Prodi Teknik Geologi, dan Pitriani dari Prodi Kimia.

Inovasi yang dibuat ketiga mahasiswa ini berhasil meraih pendanaan dari Kemendikbud Ristek melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2024.
 
Ketua tim, Difa Novia mengatakan pada rentang usia 5 hingga 12 bulan, kebanyakan bayi akan mengalami erupsi gigi pertama kali, sehingga sering muncul rasa tidak nyaman disekitar gusi, yang membuatnya ingin selalu menggigit atau mengemut sesuatu. 

Saat itulah bayi akan menyukai sesuatu yang keras untuk digigit, dan pemberian mainan teether biasanya menjadi pilihan sebagian ibu sebagai solusi instan. 

Mainan teether pada bayi banyak terbuat dari bahan plastik yang umumnya mengandung Bisphenol A (BPA), yang dapat memberikan peluang paparan bahan kimia khususnya BPA.

Sehingga mainan teether pada bayi harus terbuat dari bahan yang aman, dan tidak mengandung bahan berbahaya seperti BPA dan PVC, dengan mengganti mainan teether bayi dari plastik berbahan alami. 

Baca juga: Daun Salam Disulap Mahasiswa Fakultas Farmasi UHO Kendari Sultra Jadi Hidrogel Atasi Infeksi Kulit

“Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah dengan menciptakan produk mainan teether bayi dari bioplastik atau plastik biodegradable, yang bebas BPA dan mudah terdegradasi di lingkungan,” kata Difa Novia kepada TribunnewsSultra.com, Minggu (4/8/2024).

Difa Novia menyampaikan plastik biodegradable ini biasanya berasal atau ditemukan dari sumber alam seperti jagung, singkong, dan sagu.

Sehingga timnya berinisiatif untuk mengembangkan mainan teether bayi berbasis sumber daya alam lokal Sultra yakni dengan memanfaatkan limbah sagu, yang juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Limbah sagu tersebut jika diolah lebih lanjut, kandungan bioselulosanya potensial dimanfaatkan sebagai mainan teether pengganti mainan plastik. 

Namun, bioselulosa pada limbah sagu tidak memiliki sifat antibakteri dan antioksidan, sehingga diperlukan bahan tambahan untuk meningkatkan kemampuan bioplastik dalam mencegah kerusakan dan antibakteri seperti kitosan yang terkandung dalam kulit udang.

“Inovasi yang kami buat ini tujuannya ingin membantu dalam mengurangi penggunaan mainan berbahan plastik untuk bayi,” tuturnya.

Baca juga: Dua Fakultas di UHO Kendari Larang Mahasiswa Beri Hadiah ke Dosen dan Siapkan Konsumsi saat Skripsi

Difa Novia berharap dengan adanya kegiatan PKM ini, bisa menjadikan mahasiswa selalu aktif menulis dan melakukan kajian serta mengembangkan potensi yang ada. 

Dirinya pun bersyukur memiliki pembimbing seperti Wd Syafitri Salsabila yang telah banyak meluangkan waktu dan tidak berhenti membantu, serta memberi semangat kepada timnya.

“Walaupun masih terbilang mahasiwa baru, alhamdulillah kami bisa bersaing dengan mahasiswa lainnya di seluruh Indonesia dalam menciptakan inovasi baru, dan bisa lolos mendapatkan pendanaan dari Kemendikbudristek,” jelasnya. (*)

(TribunnewsSultra.com/Dewi Lestari)