BKKBN Sultra

Pengukuran Stunting di Sultra dengan EPPGBM Capai 95 Persen, BKKBN dan DP3APPKB Harap Terus Naik

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Tenggara (Sultra), Asmar dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Sultra, Abdul Rahim

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) sangat merasa lega karena pada hari ini, Jumat (05/07/2024) bisa mencapai target 95 persen dalam upaya melakukan pengukuran anak balita, khususnya bayi usia di bawah dua tahun (baduta).

Pengukuran menggunakan Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) ini untuk mengetahui apakah bayi tersebut masuk kategori stunting atau tidak.

Selain itu, pengukuran dengan EEPGBM ini juga bertujuan untuk menguji kebenaran hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang hasilnya mencengangkan banyak pihak karena, khususnya di Provinsi Sulawesi Tenggara, meningkat signifikan dan dapat meresahkan unsur pimpinan di daerah ini.

Semula dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 angka stunting di Sultra adalah 27, 7 persen meningkat menjadi 30,0 persen di tahun 2023 sesuai Survei Kesehatan Indonesia (SKI).

Itulah sebabnya seluruh stakeholder terkait yang tergabung dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mulai dari tingkat provinsi yang diketuai oleh Wakil Gubernur Sultra yang saat ini diketuai oleh Sekretaris Daerah Sultra Asrun Lio, mengingat kekosongan jabatan wakil gubernur, hingga para kepala desa dan lurah sebagai ketua TPPS pada level pemerintahan terbawah.

Saat ini bahu membahu dan bersungguh-sungguh agar seluruh masyarakat, khususnya ibu hamil, ibu menyusui dan ibu pemilik balita bisa terlibat dalam posyandu.

Sehingga balita mereka mendapatkan pelayanan pengukuran EPPGBM hingga 100 persen atau setidaknya di atas 95 persen.

Baca juga: BKKBN Sulawesi Tenggara Harap Balai Penyuluh KB di Buton Jadi Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera

Menurut Kepala Perwakilan BKKBN Sultra, Asmar, hal itu sangat penting mengingat jika balita/baduta yang diukur hanya di bawah angka 95 persen berarti tidak dapat diandalkan untuk mengcounter data hasil SKI 2023.

Sampai dengan saat ini, Asmar masih optimis bahwa Sultra bisa mencapai angka di atas 95 persen yang diukur, karena menurutnya sampai dengan Jumat ini, posisi Sultra sudah berada pada angka 95,0 persen.

"Masih ada beberapa hari lagi, InsyaAllah Sultra bisa di atas angka 95 persen," tegasnya optimis.

Selain itu dia juga berharap dari capaian yang melakukan pengukuran hingga di atas 95 persen tersebut menunjukkan angka stunting Sultra tidaklah sebesar yang dihasilkan dari SKI 2023 yaitu 30,0 persen.

"Harapan kita angkanya jauh lebih rendah dari 30 persen, syukur-syukur berada pada angka 20 persen ke bawah," ujar Asmar penuh harap.

Demikian juga yang menjadi harapan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Sultra, Abdul Rahim, saat ditemui di tempat yang berbeda.

Rahim bersama seluruh jajarannya saat ini tengah gencar-gencarnya turut serta mendorong seluruh komponen  agar dapat mewujudkan pengukuran di posyandu hingga di atas 95 persen dengan hasil angka stunting lebih rendah dari SKI 2023. 

Baca juga: 60 Kader Bina Keluarga Balita Buton Ikuti Orientasi Pengunaan KKA Bersama BKKBN Sultra dan DP2KB

Itulah sebabnya belum lama ini DP3APPKB Sultra juga langsung berkunjung ke beberapa kabupaten dan kecamatan yang angka stuntingnya tertinggi di Sultra untuk melakukan kegiatan Advokasi dan KIE tentang 1000 hari pertama kelahiram bagi keluarga berisiko stunting dan ketua TPPS di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan.(*)

(TribunnewsSultra.com/Content Writer)