Jepang Terapkan Makan Siang Gratis untuk Siswa, Kandungan 700 Kalori, Dikonsumsi di Dalam Kelas

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Negara Jepang juga ternyata sudah menerapkan makan siang gratis untuk siswa. Dengan kandungan sekitar 600 hingga 700 kalori yang ada dalam makanan tersebut. Diperuntukan bagi siswa sehingga makan ini dikonsumsi di dalam kelas. Para siswa siswi bahkan bisa saling melayani satu sama lain termasuk dengan membereskan alat makan sendiri.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Negara Jepang juga ternyata sudah menerapkan makan siang gratis untuk siswa.

Dengan kandungan sekitar 600 hingga 700 kalori yang ada dalam makanan tersebut.

Diperuntukan bagi siswa sehingga makan ini dikonsumsi di dalam kelas.

Para siswa siswi bahkan bisa saling melayani satu sama lain termasuk dengan membereskan alat makan sendiri.

Seperti diketahui, program makan gratis dari pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka viral di media sosial.

Publik pro dan kontra dengan program yang dimiliki oleh Prabowo-Gibran.

Bahkan, program tersebut menjadi unggulan dari Prabowo-Gibran.

Program makan siang gratis ini nantinya akan berjalan ketika Prabowo-Gibran terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Baca juga: SALAH Dugaan Kecurangan Pemilu 2024 Diusut, Prabowo Subianto Panik Total

Namun, perolehan suara sejauh ini masih terus dilakukan rekapitulasi berjenjang oleh Komisi Pemilihan Umum atau KPU.

Suara Prabowo-Gibran unggul dibanding dengan dua paslon lainnya Anies Baswedan-Cak Imin hingga Ganjar-Mahfud.

Terbaru, program makan siang gratis sudah masuk dalam pembahan kabinet paripurna yang digelar di Istana Negara, Jakarta pada Senin (26/2/2024) kemarin.

adapun hal ini disampaikan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Meski demikian diakui AHY bahwa pembahasan yang dilakukan cukup singkat.

Sehingga rak begitu detail.

"Ada (dibahas soal program makan siang gratis). Saya lihat sepintas karena waktunya cukup singkat, tidak dibahas secara detail," kata AHY.

Hal senada pun disampaikan oleh Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia terkait pembahasan program makan siang gratis untuk anak di sidang kabinet paripurna.

"Tadi (Senin) membahas program-program Pak Prabowo termasuk di dalamnya adalah makan siang tahap awal," ujarnya.

Anggaran Subsidi Rp 15 ribu Per Anak

Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto turut menuturkan bahwa program makan siang gratis senilai Rp 15.000 per anak.

Namun, sambungnya, jumlah tersebut di luar program susu gratis yang akan dibagikan untuk anak-anak.

"Per anak kira-kira Rp 15.000. Itu kan bisa dibuat macam-macam. Nanti akan ada pembahasan. Di luar susu," kata Airlangga kepada wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (26/2/2024).

Selain itu, Menko Airlangga menyebut pemberian menu makan siang gratis ini akan disesuaikan dengan daerah masing-masing.

Baca juga: Hashim Djojohadikusumo Ungkap Kesan Prabowo Subianto ke Mentan Amran Sulaiman Saat Dialog di Unhas

"(Menunya) nah itu nanti dilepaskan ke daerah masing-masing, tidak menyeragamkan," jelasnya.

Negara Jepang Terapkan Makan Siang Gratis

Di sisi lain, program semacam ini ternyata sudah diterapkan di negara lain yaitu Jepang.

Dikutip dari laman New York City Food Policy Center, program makan siang gratis untuk anak di Jepang bernama shokuiku yang berarti "edukasi makanan dan nutrisi."

Lalu bagaimana penerapan program tersebut di Jepang? Berikut penjelasannya.

Awal Program

Masih dikutip dari laman yang sama, awal adanya program makan siang gratis untuk anak setelah Perang Dunia II usai.

Ketika itu, pemerintah Jepang khawatir akan kurangnya makanan gizi yang diterima oleh para siswa.

Alhasil, pemerintah Jepang pun membuat kebijakan berupa menerbitkan Undang-Undang Makan Siang Sekolah yang mulai diterapkan pada tahun 1954.

Lalu, baru pada tahun 1970-an, makan siang yang diberikan kepada para siswa di Jepang mulai memiliki standar gizi yang diperlukan dan diterpakna hingga saat ini.

Kemudian, pada bulan Juni 2005, undang-undang terkait shokuiku atau edukasi makanan dan nutrisi mulai diberlakukan sebagai tanggapan atas meningkatnya jumlah gangguan makan di kalangan anak muda Jepang.

Lantas, di bulan April 2007, pemerintah Jepang membentuk "Sistem Guru Diet dan Nutrisi" untuk meningkatkan komponen pendidikan dari program ini.

Pada tahun 2008, UU Makan Siang Sekolah pun direvisi untuk memfokuskan pada edukasi makanan dan gizi.

Detail dan Tujuan Program

Program makan siang untuk anak ini wajib diterapkan di sekolah serta diikuti oleh seluruh siswa di Jepang.

Meskipun tidak gratis untuk semua siswa, program ini disubsidi oleh pemerintah Jepang sebesar 2,5 dolar AS atau Rp 39.150 (kurs Rp 15.594) per porsinya.

Adapun menu makan siang ini disediakan oleh ahli gizi demi memastikan para siswa menerima makanan yang memiliki gizi seimbang dan sehat setiap harinya.

Semua makanan disiapkan dari bahan makanan yang segar dan bukannya makanan beku atau olahan.

Tiap makanan tersebut mengandung 600-700 kalori yang mengandung karbohidrat, daging atau ikan, dan sayuran.

Lalu, pada setiap tahunnya, pemerintah Jepang bakal mempelajari nutrisi dan pola makan siswa di seluruh negeri dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu menentukan bagaimana menu makanan dibuat.

Kemudian, secara teknisnya, makan siang gratis ini disajikan dan dikonsumsi di dalam kelas.

Selain itu, para siswa juga saling melayani satu sama lain dan membersihkan alat makan mereka sendiri.

Sementara, tujuan pemerintah Jepang membuat program ini adalah agar para siswa belajar tentang apa yang mereka makan dan mengapa makanan dan nutrisi tertentu baik untuk mereka.

Selain itu, program makan siang gratis untuk siswa ini demi membantu keluarga berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses makanan bergizi lengkap di rumah.

Pasca penerapan program ini, menurut laporan Washington Post pada tahun 2013, orang tua siswa pun menyambut positif.

Buktinya, orang tua siswa di Jepang kerap menghubungi pihak sekolah untuk mengetahui resep makan siang setelah mendengar anak mereka memberitahu dengan penuh semangat dan positif tentang apa yang mereka makan.

Dicontoh Negara Lain

Program makan siang gratis di Jepang dan konsep shokuiku ini pun dicontoh oleh negara lain.

Bahkan, program ini disebut menjadi contoh model penerapan hidup sehat di seluruh dunia.

Adapun salah satu negara yang mencontoh program ini adalah Amerika Serikat (AS).

Lembaga nirlaba di AS, Table for Two menciptakan program serupa bernama Wa-Shokuiku pada tahun 2017 dengan tujuan mengajarkan siswa sekolah dasar dan menengah tentang nutrisi dan memasak dengan menggunakan makanan dan kebiasaan diet siswa Jepang sebagai prototipe.

(*)

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Nitis Hawaroh)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)