Sosok Alimudin 24 Tahun 'Pejuang' di Pelabuhan Nusantara Raha Jadi Buruh Raup Rp80 Ribu per Hari

Penulis: La Ode Risman Hermawan
Editor: Desi Triana Aswan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Alimudin (44) melompat ke atas KM Express Cantika 168, Rabu (31/1/2024). Dia merupakan seorang buruh angkut barang yang sudah 24 tahun bertaruh nyawa di Pelabuhan Nusantara Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.

Sambil berpegangan pada sebuah besi, Ali lalu berlari menyusuri tepi dinding kapal dengan langkah-langkah kecil. 

Dia berlomba dengan buruh lainnya mencari pintu masuk kapal.

Dalam kapal, Ali mencari penumpang yang sedang membutuhkan jasa angkut barang. 

Dia menawarkan tenaganya.

Jika mendapat penumpang yang butuh jasa, dari situlah pendapatan Ali untuk membiayai istri dan satu anaknya.

Ali mengaku setiap hari ada saja yang membutuhkan jasanya.

BURUH – Buruh angkut barang bersiap melompat ke atas KM Express Chantika 168 saat hendak berlabuh di dermaga Pelabuhan Nusantara Raha, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Rabu (31/1/2024). Mereka berlomba menawarkan jasa angkut barang kepada penumpang yang hendak turun di Pelabuhan Nusantara Raha. (TribunnewsSultra.com/La Ode Risman Hermawan)

Pada hari-hari biasa, dia mendapat Rp80 sampai Rp150 ribu.

Meski terbilang kecil, dia selalu bersyukur. 

“Walaupun jumlahnya sedikit, ya. Kalau yang terkecil kadang Rp80ribu. Kalau yang terbesar kadang Rp150 ribu. Alhamdulillah dapat terus tiap hari,” ujarnya. 

Pendapatan Ali berlebih jika banyak penumpang di Pelabuhan Nusantara Raha. 

Menurutnya, penumpang memadati pelabuhan saat musim lebaran, tahun baru, atau libur sekolah. 

“Penumpang itu banyak kalau libur. Otomatis kita punya pendapatan alhamdulillah di atas rata-rata,” ungkapnya.

Meski begitu, Ali mengakui aksinya melompat sesaat sebelum kapal menyentuh bibir dermaga sangat membahayakan keselamatannya sendiri. 

Bisa saja jatuh ke laut lalu terjepit. 

Baca juga: Siswa SMAN 1 Lasolo Konawe Utara Kenakan Pakaian Pejuang Peringati Hari Pahlawan Nasional 2022

Bahkan, jika jatuh ke laut, baling-baling kapal jadi ancaman bagi Ali dan buruh lainnya. 

Halaman
123