Berita Sulawesi Tenggara

Direktur RSJ Sulawesi Tenggara Sebut Dukungan Keluarga Penting Bantu Kesembuhan Pasien Gangguan Jiwa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dr Putu Agustin Kusumawati tegaskan dukungan keluarga menjadi kunci kesembuhan pasien gangguan jiwa.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dr Putu Agustin Kusumawati tegaskan dukungan keluarga menjadi kunci kesembuhan pasien gangguan jiwa.

Hal itu ia sampaikan mengingat kasus gangguan jiwa di Sultra belum mengalami penurunan tren kasus secara signifikan.

"Kondisi itu stagnan. Kadang meningkat saja, turun sih tidak," kata dr Putu Agustin, Rabu (12/7/2023).

Kata dia, faktor terbesar gangguan kejiwaan disebabkan karena genetik dan lingkungan.

Di mana, penanganan pasien sakit jiwa yang dilakukan pihaknya tentu sesuai dengan prosedur tetap (protap) dan SOP.

Baca juga: Kapasitas Rumah Sakit Jiwa Sulawesi Tenggara Sudah Terisi 80 Persen Rerata Pasien Usia Produktif

Dengan jangka waktu perawatannya lebih dari 43 hari.

Namun, dr Putu Agustin mengatakan pihaknya mengusahakan pasien bisa membaik dan keluar dari RSJ lebih cepat.

Bahkan jika pasien meminum obat secara teratur itu bisa stabil, maka tidak mesti harus dirawat di rumah sakit.

"Rutin pemberian obat, kestabilan jiwanya dijaga, jika sudah stabil melebihi batas waktu, untuk perawatan bisa didampingi oleh dokter spesialis," jelasnya.

Menurutnya, selain pengobatan dari pihak RSJ, tentu dukungan keluarga menjadi sangat penting dilakukan.

Baca juga: Pemprov Sultra Bangun Gedung 4 Lantai Poliklinik dan Manajemen RSJ, Pakai DAK Kemenkes Rp30,8 Miliar

"Dukungan keluarga itu penting, ketika mereka sudah bisa dipulangkan, usahakan jangan kembali lagi di rumah sakit," ujarnya.

"Karena itu menjadi permasalahan ketika dikembalikan, padahal sebenarnya pasiennya sudah stabil tapi karena tidak ada dukungan keluarga dikembalikan ke RSJ, kambuh lagi lah. Padahal ada pasien yang lebih akut, darurat yang harus ditangani," jelasnya.

"Normal tidak, tapi dia stabil. Artinya dia tidak akan lagi mengalami gangguan seperti saat pertama kali mendapat serangan itu. Mengamuk, tidak bergerak, intinya dia stabil," ujarnya menjelaskan.

Menurutnya kondisi tersebut menunjukan masih kurangnya pemahaman masyarkat terkait menjaga kesehatan mental dan jiwa.

Untuk itu pihaknya bakal mengedukasi masyarakat, untuk memahani gangguan kesehatan jiwa.

Baca juga: Hanya 1 Pasien Gangguan Jiwa di RSJ Sulawesi Tenggara yang Divaksin, 140 Belum Disetujui Keluarga

Sebab tidak seluruhnya yang punya penyakit jiwa atau gangguan kesehatan jiwa itu harus diopname di rumah sakit.

"Kami belum ada merencanakan gerakan terkait isu kesehtana jiwa dan mental ini. Karena saat ini masih fokus untuk perbaikan sarana dan prasaran, dan sistem pelayanan jiwa di rumah sakit. Yang jelas kesehatan jiwa tetap menjadi prioritas saat ini," tegasnya. (*)

(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)