"Jadi itu sudah clear, dari 6 ormas yang menolak saya sudah melakukan pertemuan disini. Alhamdulillah mereka menerima. Salah satunya PMT, yang jelas rata-rata ormasnya dari saudara-saudara kita dari Tolaki," bebernya.
"Sebelumnya memang ada sedikit terjadi pembakaran malam hari, karena yang bersangkutan itu belum ada pemberitahuan. Jadi temannya sudah kami beri tahu, tapi dia yang membakar ini belum, tapi itu sudah kita beri pemahaman, InshaAllah tetap dilanjutkan," jelasnya menambahkan.
Kepala Dinas Cipta Karya Martin Efendi Patulak, juga membenarkan jika pihaknya bersama Kesbangpol telah memberi pemahaman kepada para ormas.
Untuk itu ia berharap pembangunan patung ini bisa diselesaikan hingga selesai atau akhir masa anggaran.
"Masih ada masalah dengan beberapa elemen masyarakat tapi kami dengan Kesbangpol sudah mencoba mendekati mereka untuk menjelaskan secara teknis apa yang harus dikerjakan," ujarnya.
Ia mengatakan konstruksi patung yang dibangun di perempatan Kompleks Perkantoran Bumi Praja atau Bundaran Kantor Gubernur Sultra itu tak setinggi di Kotamara, Baubau.
Baca juga: dr Sjarif Subijakto Prioritaskan Penyelesaian RS Jantung Oputa Yi Koo Sultra dan Rekrutmen Nakes
Patung Sultan Buton ke-20 dan 23 direncanakan hanya setinggi 6 meter.
Di mana, patung ini akan menjadi ikon dan daya tarik pengunjung saat melewati perempatan di Jalan Orinunggu, Mokoau, Kecamatan Kambu, Kota Kendari.
"Sebenarnya jenis patung itu tergantung dari lokasi dan tempatnya. Kalau di bundaran ini ukurannya memang segitu hanya 6 meter saja. Nah di Bau-bau itu memang di atas laut dan dibuat untuk area rekreasi, pasti dibuat lebih besar, kalau yang di sini tidak bisa dijadikan area wisata hanya menjadi simbol saja," tuturnya.
Diketahui pembangunan Patung Oputa Yi Koo yang proyeksikan menelan dana Rp1,8 miliar.
(TribunnewsSultra.com/Anelda Devi Indriyani)