Kemenkes Minta Masyarakat Tak Panik dengan Subvarian Baru Omicron: Tingkat Parahnya Rendah

Penulis: Nina Yuniar
Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Covid-19 Varian Omicron. Hingga Senin (13/6/2022), Kemenkes RI telah mencatat sebanyak 8 kasus terkonfirmasi positif subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia yakni di Bali dan Jakarta.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau agar masyarakat tak perlu panik atau cemas terkait munculnya subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia.

Meski begitu, Kemenkes meminta agar masyarakat tetap waspada dan tertib protokol kesehatan karena Indonesia masih dalam masa pandemi Covid-19.

Hingga Senin (13/6/2022) kemarin, Kemenkes RI telah mencatat sebanyak 8 kasus terkonfirmasi positif subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia.

Dengan rincian 4 kasus terdeteksi pada Senin (6/6/2022) di Bali dan 4 kasus terdetesi pada Kamis (9/6/2022) di Jakarta.

Baca juga: Subvarian Baru Omicron Ada di Indonesia, Berapa Tingkat Keparahan dan Kecepatan Penyebarannya?

Untuk kasus di Bali, 4 pasien semuanya bergejala ringan dan tidak ada yang masuk ke rumah sakit.

Sedangkan, 1 pasien dari 4 kasus terkonfirmasi di Jakarta mengalami gejala sedang karena mengalami sesak napas.

Sementara 3 orang lainnya mengalami gejala ringan.

Kini, keempatnya telah selesai menjalani isolasi mandiri (isoman).

Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Terus Naik, Wisma Atlet Jakarta Kembali Siapkan Kamar Pasien

Menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril, muncul subvarian baru dari Covid-19 ini merupakan hal yang wajar dari suatu virus untuk mengalami mutasi.

Adapun terkait tingkat keparahan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, Syahril menilai level kesakitan pada pasien yang terkonfirmasi positif, masih rendah.

Selain itu, disebutkan juga bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 tingkat penularannya lebih cepat dibanding varian Covid-19 lainnya.

"Walaupun (Subvarian Omicron) BA.4., BA.5 ini penularannya lebih cepat, lebih banyak, tapi tingkat keparahannya atau kesakitannya itu lebih rendah," ujar Mohammad Syahril, Senin (13/6/2022) dalam acara Siaran Sehat yang dilansir TribunnewsSultra.com dari kanal YouTube RRI NET OFFICIAL.

Baca juga: Jokowi: Boleh Lepas Masker di Luar Ruangan yang Tak Ramai, kecuali Orang Bergejala Batuk dan Pilek

"Jadi nanti gejalanya ringan atau mungkin tidak ada gejala," imbuhnya.

Dengan begitu, diharapkan bahwa pasien terkonfirmasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 tak bergejala parah hingga harus dirawat di rumah sakit atau meninggal dunia.

"Harapannya tidak ada banyak yang masuk rumah sakit dan juga tidak ada yang meninggal," jelas Syahril.

Syharil juga mengatakan bahwa adanya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 tak menimbulkan lonjakan kasus positif Covid-19 yang signifikan di berbagai negara.

Baca juga: Pemerintah Sebut Pelonggaran Pemakaian Masker Merupakan Transisi Pandemi ke Endemi Covid-19

"Kabar baiknya juga, lonjakan kasus dengan subvarian baru di negara-negara hampir 23 yang melaporkan tidak terlalu signifikan seperti halnya di awal Omicron maupun di awal Delta." papar Syahril.

"Jadi kita sikapi saja sebagai bagian kita waspada karena kita masih masa pandemi, walaupun pandeminya terkontrol," lanjutnya.

Syaril pun menuturkan bahwa masyarakat tak perlu mempermasalahkan varian baru Covid-19 selama masih tertib menerapkan protokol kesehatan saat pandemi.

"Enggak usah mempermasalahkan variannya karena protokolnya sama nanti pengendaliannya juga sama," kata Syaril.

Baca juga: Ini Jabatan Terakhir Mantan Jubir Covid-19 Achmad Yurianto sebelum Meninggal Dunia karena Kanker

"Dan bersyukur kita varian yang BA.4 dan BA.5 ini tidak terlalu berat. Sehingga yuk kita tingkatkan imunitas kita dan kemudian tingkatkan protokol," tambahnya.

Lebih lanjut, Syahril mengimbau agar masyarakat melakukan vaksinasi Covid-19 dosis lengkap agar dapat mengurangi gejala apabila terpapar Covid-19.

"Dan kenapa kok pentingnya vaksinasi itu ada 2, satu disamping meningkatkan antibodi untuk menahan atau membuat kekebalan tubuh, dan mengendalikan agar tingkat keparahannya itu semakin rendah," terang Syahril.

(TribunnewsSultra.com/Nina Yuniar)