Hanya ada beberapa alat masak dan kerupuk mentah yang teronggok.
Supena menyebut dirinya nyaris bangkrut karena harga minyak goreng yang mahal.
Sedangkan tidak mungkin jika ia menggunakan minyak goreng kemasan yang lebih mudah didapat.
"Ya kita kalau minyak goreng (curah) ini enggak ada, kemungkinan kita tutup," kata Supena.
"Karena memang biaya produksi untuk memakai minyak kemasan kita enggak menutupi cost pembiayaan gitulah."
"Biaya operasionalnya enggak menutupi," paparnya.
Hampir senasib dengan Supena, pengusaha kerupuk di Pontianak, Kalimantan Barat, bernama Adang juga mengalami dilema serupa.
Adang hanya bisa memanfaatkan sisa modal yang ia miliki untuk bertahan semampunya.
Bahkan, Adang sampai tak bisa mengambil keuntungan dari bisnisnya itu.
"Kondisi sekarang minyak ini memang bagi kami yang usaha kecil begini, dengan pemodal kecil seperti ini, memang terasa sekali," keluh Adang.
"Terasa sekali bagaimana, jujur saja, kalau berbicara masalah untungnya itu sudah minim sekali, malah mungkin sudah tidak ada," sambungnya.