Iklan programatik merupakan jenis iklan di mana media tidak berhubungan langsung dengan iklan, tapi diperantarai oleh broker-broker teknologi yakni anak perusahaan Google, Microsoft dan lain-lain.
Baca juga: Jadi Pembicara HPN Kendari, CMO Kompas Gramedia: Media Massa Harus Siap Hadapi Transformasi Digital
"Masalahnya broker teknologi ini mengambil keuntungan sampai 80 %, jadi setiap rupiah iklan programmatic yang terjadi media hanya mendapatkan 26 % sampai 39 persen," kata Agus yang menutup data dari Digital Media Association.
Kata dia, Iklan digital tumbuh di Indonesia namun 75 % yang menikmati adalah platform digital Google dan Facebook khususnya sebagai pemilik inventory iklan terbesar dan sebagai pemilik teknologi perantara periklanan, juga sebagai broker teknologinya.
"Inilah disrupsi dalam konteks bisnis media digital hari ini," tegasnya.
Problem berikutnya, adalah dalam mendistribusikan konten publisher di Indonesia maupun di negara lain sangat tergantung pada platform Google maupun Facebook.
Menurut Agus, hal ini ada manfaatnya karena akses melalui Google maupun Facebook membantu media untuk mendapatkan traffic dalam waktu yang cepat dan instan, tetapi juga memiliki dampak buruk yakni rentan secara teknologi.
Di mana Google, Facebook bisa mengubah algoritmanya sehingga berdampak pada penurunan traffic.
Baca juga: 5 Rekomendasi & Kesimpulan Konvensi Nasional Media Massa Hari Pers Nasional (HPN) 2022 di Kendari
"Hasil diskusi di dewan pers menunjukkan media-media yang kita undang akses langsungnya rata-rata di bawah 30 %, akses tidak langsungnya sangat dominan," ujarnya.
Selain itu, terkait brand recognition, lambat laun masyarakat berpikir mengakses konten dari Facebook atau Google, sehingga brand dari media atau publisher itu akan hilang.
Kemudian terjadi Indirect traffic atau akses tidak langsung itu tinggi sehingga memiliki problem disebut sebagai digital problematik, yakni media kehilangan kesempatan untuk menambang dan mengolah data pengguna dalam konteks digital.
"Jadi kepemilikan data pengguna sebagai tiang utama dari peningkatan vital dikuasai oleh platform meskipun sebenarnya platform berutang budi kepada publisher ketika mendapat data itu," ucapnya.
Baca juga: Konvensi Media Massa HPN Kendari 2022, Hadirkan Menko Polhukam Mahfud MD hingga CEO Kompas Gramedia
Dampak yang lain yakni sebagai journalisme clickbait atau tabloidisasi ruang pemberitaan, media iklan programatic paradigma adanya share biting traffic.
Ia menjelaskan, utamanya media mengejar traffic kemudian yang muncul komplain clickbait yakni konten yang dibuat untuk mengejar traffic klik sebanyak-banyaknya.
Hal itu merupakan problem ikutan dari ekosistem bisnis media yang sangat tergantung pada algoritma sistem konten yang disediakan oleh platform digital.
Untuk mengatakan dan menghadapi permasalahan tersebut, Agus menawarkan solusi yang bisa dilakukan Media siber di Indonesia di tengah perkembangan transformasi digital.