Setelah itu Seto yang menginformasikan, Luhut langsung menyumbang.
Namun luhut sedikit mengeluh. Setelah menyumbang dia malah diterpa isu miring bahkan dibully.
"Saya udah ngerjain, udah nyumbang, dibully lagi. Jadi lengkaplah penderitaan itu," ujarnya lagi sembari terkekeh.
Lutut menjelaskan, paham dengan orang-orang yang terbiasa menyebar gosip.
Beruntunnya istrinya kuat menghadapi isu-isu yang menyerang.
"Untung istri saya kuat sih, walaupun ngomel juga kadang-kadang," tutur Luhut.
Benar atau tidak yang dikatakan, Luhut menyarankan agar orang-orang yang menuding dan masih belum puas untuk meminta audit pada lembaga berwenang.
Baca juga: Hari Pahlawan Nasional, Putri Ismail Marzuki Jualan Es di Pinggir Jalan, Begini Pendapatannya
Ada Keuntungan
Selain soal tudingan, Luhut juga menjelaskan soal tata kerja PT GSI.
Ia membenarkan jika PT GSI merupakan gabungan dari beberapa korporasi yang bergerak dalam bidang pengadaan tes PCR dan atigen.
Namun pengelolaan deviden perusahaan itu murni untuk kemanusiaan.
Ia membeberkan, 51 persen keuntungan PT GSI digunakan untuk belanja barang PCR dan antigen.
Sedangkan sisanya diporsikan lagi untuk biaya operasional dan lain-lain.
Baca juga: OPINI: Pendidikan dan Model Pembelajaran di era Digital
Pada intinya deviden itu tujuannya agar perusahaan tetap bisa berjalan.
"Kenapa bukan yayasan, kalau yayasan sumbang habis, sumbang habis. Masukin duit terus. Kalu ini bisa kelola keuangan sendiri," urai Luhut.
Pada akhir perbincangan bersama Deddy Corbuzier, luhut mengingatkan agar warga Indonesia tidak lengah dan menganggap pandemi Covid-19 sudah berakhir. (*)
(TribunnewsSultra.com)