Ada Ledakan Kencang, Rumah Kakak Beradik Hancur gara-gara Racik Petasan, Kaki Putus sampai Tewas

Editor: Ifa Nabila
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi rumah hancur meledak. Dua kakak beradik di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengalami nasib nahas lantaran rumah meledak.

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Dua kakak beradik di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengalami nasib nahas.

Awalnya, terdengar suara ledakan cukup keras pada malam hari di Ngasinan RT 01 RW 01 Desa Sukorejo, Kecamatan Sukorejo.

Ledakan pada Selasa (27/4/2021) itu langsung memancing warga untuk mencari sumber suara.

Tak lama, warga menemukan rumah yang dihuni Sunardi (23) dan adiknya Samuri (21) sudah dalam keadaan porak poranda.

Baca juga: Main Petasan, 3 Bocah Terbakar Kena Ledakan hingga Dilarikan ke Rumah Sakit

Kondisi rumah gelap, bagian atapnya hancur, tembok retak, dan dinding di beberapa bagian jebol.

Lebih memprihatinkan, penghuninya Sunardi (23) ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di belakang rumah tersebut.

Korban ditemukan berada di bawah pohon pisang dalam kondisi sekujur tubuh mengalami luka bakar.

Tak hanya itu, kondisi tubuh Sunardi saat ditemukan dalam kondisi tidak utuh di mana kedua kakinya putus.

Sementara adiknya Samuri ditemukan berada di atap rumah.

Saat ditemukan warga, korban dalam kondisi hidup.

Baca juga: Kesepian setelah Ayah dan Ibu Meninggal Dunia, Pria Ini Nekat Bakar Rumahnya Sendiri

Namun, sayang nyawanya tidak bisa diselamatkan saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Kepolisian pun bergerak melakukan olah tempat kejadian perkara keesokan harinya, Rabu (28/4/2021).

Kapolres Ponorogo, AKBP Mochamad Nur Azis mendatangi langsung rumah yang menjadi lokasi ledakan tersebut.

Begitu tiba di rumah yang berada di dusun Ngasinan, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Azis memimpin langsung olah TKP.

Hasilnya, polisi berhasil mengamankan sejumlah barang bukti.

Mulai dari bubuk mesiu, bahan-bahan kimia cair, hingga selongsong petasan yang masih kosong.

Polres Ponorogo juga menyita puluhan meter gulungan plastik yang diduga akan dijadikan balon udara serta daun kelapa kering yang akan digunakan untuk menerbangkan balon dengan cara membakarnya.

Baca juga: Nenek 70 Tahun Ditemukan Tewas dalam Sumur Menjelang Buka Puasa, Diduga Kepeleset saat Ambil Air

"Dengan barang bukti yang ada diperkirakan (petasan) ini akan dipasang di balon udara," kata Azis, Rabu (28/4/2021).

Azis juga menerangkan, tim Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jatim akan datang langsung ke Ponorogo untuk melakukan autopsi kepada dua korban yaitu Sunardi (23) dan Samuri (21) di RSUD Dr Harjono Ponorogo.

"Ledakannya cukup besar juga karena terdengar sampai 7 Km," katanya.

Menurut Azis, ledakan tersebut terjadi karena gesekan antara alat yang digunakan untuk mengaduk dengan mesiu.

"Mungkin karena gesekan itu menjadi panas atau timbul percikan api sehingga bisa meledak," kata Azis.

Tubuh korban tak utuh

Lanjut AKBP Mochamad Nur Azis, tubuh korban Sunardi sudah dalam kondisi tak utuh.

Menurut dia, bagian yang terpisah dari tubuh utama dan hancur adalah bagian kaki korban.

"Jadi hancur, putus kakinya, mulai dari paha (ke bawah)," kata Azis.

Azis menduga, saat meracik petasan tersebut Sunardi mengapitnya dengan kaki.

"Saat diapit itu meledak akibat gesekan mesin dengan tempat mengaduk atau panas yang dihasilkan mesin," lanjutnya.

Potongan tubuh Sunardi pun hancur dan terlempar ke segala arah.

Saat olah TKP, polisi sudah menemukan sebagian tubuh tersebut dan sudah dijadikan satu dengan tubuh utamanya.

"Ada yang ditemukan di belakang rumah ada juga yang ditemukan masyarakat. Jarak ditemukannya dari rumah korban perkiraan sekitar 100 meter," jelas Azis.

Walaupun beberapa bagian sudah ditemukan, menurut Azis, akan sulit melengkapkan bagian tubuh korban yang hilang.

Baca juga: Seorang Wanita Ditemukan Tewas di Rumahnya: Diduga Dibunuh, Keberadaan Sang Suami Belum Diketahui

"Mungkin tidak bisa selengkap sedia kala karena kakinya hancur. Kami juga minta masyarakat sekitar kalau menemukan kita jadikan satu," kata Azis.

Untuk korban kedua, yaitu Samuri (21), bagian tubuhnya masih lengkap.

"Kami mengimbau dengan kejadian ini masyarakat bisa jera dan tidak membuat balon udara karena efeknya bisa gini juga," terangnya.

Hingga kini, Polres Ponorogo telah mengumpulkan keterangan dari 4 orang untuk menggali keterangan lebih dalam.

Asal usul pembuatan petasan

Hasil penelusuran Polsek Sukorejo, uang untuk membuat petasan tersebut merupakan hasil iuran warga.

Korban selaku pembuat mercon.

Ternyata, mereka berbagi peran. Selain membuat mercon, ada pemuda lainnya yang membuat balon udara yang akan diterbangkan saat Idul Fitri 2021 nanti.

Tradisi menerbangkan balon udara itu sudah lama dilakukan warga Desa Sukorejo.

Kapolsek Sukorejo, AKP Beny Hartono, mengatakan masyarakat Kecamatan Sukorejo, memang punya tradisi membuat balon udara dan petasan jelang Idul Fitri 2021.

Begitu pun juga di lingkungan korban yang remajanya memang berencana membuat hal serupa.

"Rencana bikin iuran memang sudah ada, tapi yang meracik (petasan) dua orang itu saja," jelas Beny.

Sedangkan pemuda yang lain mempunyai tugas masing-masing, seperti membuat balon udara.

"Balon udara yang kita sita juga dari rumah lain, sudah digunting-gunting tinggal dilakban," katanya.

Jenazah kedua korban ledakan petasan sendiri akan dimakamkan setelah autopsi dari tim Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jatim.

"Ke depan kita meminta kerja sama masyarakat kalau ada yang membuat petasan diingatkan atau bisa melaporkan langsung ke Polsek," katanya.

Sosok korban

Kapolsek Sukorejo, AKP Beny Hartono, mengatakan kedua orang tua korban sangat merasa kehilangan atas meninggalnya Sunardi dan Samuri.

"Orang tua (ibu) belum bisa menerima, kalau bapaknya tadi (saat olah TKP) masih tidur. Selain lemas memang semalam habis meledak itu ikut begadang juga," kata Beny, Rabu (28/4/2021).

Kedua korban sendiri dikenal sebagai sosok yang baik dan supel dengan tetangga.

"Korban ya baik saja, dengan pemuda sekitar juga baik. Tidak ada catatan (kriminal)," lanjutnya.

Sunardi sendiri merupakan mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang setahun lalu sudah pulang dari Korea.

"Kalau adiknya di rumah saja, bukan TKI," kata Beny.

Kedua korban diketahui juga belum berumah tangga alias masih bujang.

Atas kejadian ini, Beny meminta masyarakat agar tidak ikut-ikutan membuat balon udara dan petasan.

"Imbauan kita tidak ada hentinya setiap saat sejak awal puasa, patroli juga sudah sering," kata Beny. (surya.co.id/ Sofyan Arif Candra Sakti)

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Korban Ledakan Petasan di Kabupaten Ponorogo Kakak Beradik, Suaranya Terdengar Hingga 3 Km