Tribun Wiki

Sunia Dokternya Dokter Ortopedi Tulang dan Urut Keseleo Kendari dari Lasehao Muna

Penulis: thamzil_thahir
Editor: Fadli Aksar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNESSULTRA.COM, KENDARI - “Boleh tapi pas jam tiga ya. Karena sudah Ashar saya harus urut ibu di Perdos (UHO) ya,” ujar Sunia (53) membuat kencan dengan TribunnewsSultra.com, melalui sambungan telepon, Rabu (17/3/2021) siang.

Saat ditemui Tribun di rumahnya di Jl Cendana, Kelurahan Bonggoeya, Kecamatan Wuawua, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) janda 7 anak, 13 cucu dan 2 cicit ini, baru saja mengobati remaja yang kakinya keseleo.

“Anak Bu Dosen tadi, keseleo. Salah urat di lapangan futsal, bengkaknya besar karena sudah bermalam,” ujar wanita bertubuh subur ini.

Sunia bukan tukang urut belaka, pengguna jasanya kebanyakan datang atau menjemput di rumahnya.

Baca juga: Cerita Dokter Gigi di Kendari Menyambi Jadi Penjual Minuman Dingin

Baca juga: Profil Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Andi Sumangerukka, Sosok Jenderal Tegas, Religius, Dermawan

Untuk membuat therapy appointment harus dua atau tiga jam sebelumnya.

Wanita kelahiran Lasehao, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara ini, juga ahli fisioterapi klasik.

Jasa urut dan pijit juga banyak dimanfaatkan oleh ibu baru melahirkan, urut balita, ibu hamil, refleksiolog hingga menyambung tulang patah.

“Sudah banyak orang patah tebu yang datang ke sini,” ujar wanita yang sudah 24 tahun menetap di Kota Kendari.

Bahkan keahlian menyambung ruas tulang patah dan mengobati pasien fraktur tulang atau karena insiden kecelakaan, sudah diakui banyak dokter ahli ortopedi di Kendari.

“Dokter ahli tulang (ortopedi) saja, sudah banyak yang saya obati. Alhamdulillah sembuh,” katanya.

Para dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas di Lepolepo, Kendari, dan RS Abunawas, Jl Z A Sugianto, Kelurahan Kambu, Kendari, banyak mendelegasikan pasiennya ke Ibu Sunia.

“Pak dokter itu bilang, Ibu Sunia itu, tukang urut dokter tulang,” kata Lutfi Agustian Ersawan (22), tetangga sekaligus ponakan Ibu Sunia.

Menurutnya, karena pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), setahun terakhir, jasanya sebagai “ibu tukang urut dokter tulang” berhenti total.

“Anak-anak dan cucu larang saya ke rumah sakit. Katanya banyak virus disana,” ujarnya.

Di rumahnya atau yang lebuh laik disebut gubuk, dia tinggal bersama lima anak dan 13 cucunya.

Kebanyakan cucunya masih dibawah usia 10 tahun, anak bungsunya, lelaki masih duduk dibangku kelas 2 SMP.

Sunia pun bercerita. Jasa juru urut merenggangkan otot, mulihkan tulang patah dan lecet sudah dia tekuni sejak masih gadis di Muna.

Ilmu dan pengalaman itu dia peroleh saat masih gadis di Muna.

Baca juga: Diduga Kerap Terendam, Tanah di Muna Ambles, Satu Konter HP Rusak, Etalase Pecah

Baca juga: Penambang Pasir di Muna Barat Temukan Benda Mirip Bom

Jasa jadi tukang pijat kampung ini, digeluti saat anak tertuanya masih duduk di bangku SMA dan belum ada yang menikah.

Di awal jadi tukang urut dia masih tinggal di Lorong Jati, Jl Jati Raya awal tahun 2002.

Awalnya jasana dimanfaatkan kerabat dari Muna, Raha, atau tetangga.

Seiring waktu, melalui Mouth-to-mouth marketing (promosi mulut ke mulut), pengguna jasanya terus bertambah.

Enam tahun terakhir, dalam sehari dia bisa meladeni 4 hingga enam pasien.

Pasien itu kebanyakan menghubunginya langsung melalui telepon genggam 2G jadul miliknya.

Saat TribunnewsSultra mewawancarainya, setidaknya dia menerima dua kali telepon order.

Bahkan ibu parubaya tamatan SD ini, beberapa kali menerima pasien fraktur yang menetap beberapa bulan di rumahnya di Bonggoeya.

Dia menceritakan, beberapa tahun lalu, ada ibu muda usia 30-an, karyawati Mandala Multifinance ini korban tabrakan dan kecelakaan lalulintas.

Tungkau kakinya patah tebu, remuk, dokter pun sudah angkat tangan.

Setelah tinggal delapan bulan di rumahnya, diterapi urut dan kompres air panas, keajaiban datang.

"Alhamdulillah, awalnya dibelikan kursi roda sama yang tabrak, lalu pakai tongkat empat kaki, dan terakhir pulang dengan jalan normal.” ujar Sunia.

Kini karyawati lembaga keuangan itu, sudah beberapa kali datang ke rumahnya dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

Sunia mengaku, sejauh ini dia tak pernah tidur dan mendekam di ranjang rumah sakit.

Untuk stamina dan kesehatannya dia mengandalkan urut dan refleksi.

“Saya ini tukang urut, kalau sakit-sakit obatnya juga diurut. Ada anak saya yang satpam yang selalu urut saya,” jelasnya.

Sang anak keduanya itulah yang dia anggap bisa melanjutkan keahlian turun temurun dari nenek moyangnya di Lasehao , 35 km dari Raha, Ibukota Kabupaten Muna.

Dia selalu berharap, agar jasanya bisa terus dimanfaatkan orang lain.

“Saya ini hidup sehari-hari dengan jualan mi instan, kerupuk, kopi saset dan beras. Doakan ya semoga sehat,” jelasnya.

Dia juga tak menyembunyikan rahasia ‘pengobatannya.’

“Jika hanya keseleo saat jalan atau karena pakai sendal hak tinggi, cukup dikompres pakai kain yang dicelup air mendidih. Pas baru keseleo langsung.Jangan sampai bermalam. Bacakan salawat insyallah," katanya.(*)