Kuliner Khas Sulawesi Tenggara

Kuliner Tradisional Kasoami Bentuk Mirip Tumpeng, Cita Rasa dan Asal Usul

Dahulu, Kasoami terbiasa disajikan dalam acara adat, pesta keluarga, hingga disiapkan untuk penyambutan kerabat yang pulang kampung.

Penulis: sawal | Editor: Muhammad Israjab
Hanover
Kasoami adalah salah satu kuliner tradisional berbahan dasar singkong, berasal dari Sulawesi Tenggara. Dianggap simbol budaya, persaudaraan dan ketahanan pangan masyarakat pesisir. 

TRIBUNNEWSSULTRA,COM - Makanan khas Kasoami adalah salah satu kuliner tradisional berbahan dasar singkong, berasal dari Sulawesi Tenggara.

Kasoami cukup populer bagi kalangan masyarakat Buton, Muna dan Wakatobi, dengan sebutan lain 'soami' atau 'sangkola'.

Tak hanya kuliner khas, tapi Kasoami juga simbol budaya, persaudaraan dan ketahanan pangan masyarakat pesisir.

Kasoami diperkirakan berasal dari suku Wakatobi, menyebar ke Buton dan Muna melalui jalur pelaut dan perdagangan.

Baca juga: Ikan Dole Kuliner Khas Buton Sulawesi Tenggara, Renyah dan Lembut Bisa Jadi Camilan serta Lauk

Di masa lalu, beras sulit ditanam di wilayah pesisir Sultra, sehingga singkong menjadi alternatif utama, sumber karbohidrat.

Terlebih nelayan dan petani menjadikannya makanan pokok karena mudah dibuat dam tahan lama.

Jauh di era modern, dahulu pelaut di wilayah Buton dan Wakatobi, makanan tradisional ini menjadi bekal ke kawasan Asia Tenggara, yakni Singapura, Malaysia dan Filipina.

Tradisi mengonsumsi kasoami diwariskan turun-temurun, setiap keluarga memiliki cara khas dalam mengolahnya.

Kasoami sering disajikan dalam acara adat, pesta keluarga, dan penyambutan kerabat yang pulang kampung.

Bentuk menyerupai tumpeng kerucut, melambangkan harapan, keakraban, dan rasa syukur.

Pada Kendari Food Festival 2018, Kasoami setinggi 250 cm berhasil memecahkan rekor MURI.

Kasoami memiliki rasa netral, sedikit manis alami dari singkong, dan tekstur padat namun lembut.

Baca juga: Nikmatnya Sinonggi Olahan Sagu Pengganti Nasi, Kuliner Khas Sulawesi Tenggara Bikin Lidah Ketagihan

Rasanya sederhana, kasoami cocok dipadukan lauk pauk yang kaya rempah. Sensasi gurih dari ikan kuah kuning atau sambal tomat sangat serasi dengan kasoami yang ringan dan mengenyangkan.

Kasoami paling nikmat disantap dengan ikan parende, ayam parende, atau ikan bakar khas Buton.

Biasanya disajikan bersama tumisan sayur, sambal kelapa, atau hanya garam dan kelapa parut.

Sehingga, kombinasi lauk dan kasoami menciptakan harmoni rasa khas Sulawesi Tenggara.

Saat pembuatannnya, kuliner berbahan utama singkong ini, akan dibentuk seperti kerucut atau gunungan mirip tumpeng.

Cetakannya terbuat dari anyaman daun kelapa, bambu atau seng bentuk kerucut. Warna kasoami putih kekuningan, tergantung jenis singkong dan proses fermentasi ringan.

Pembuatan kasoami dimulai dengan memarut singkong segar. Parutan singkong kemudian diperas, mengurangi kadar air dan racun alami seperti sianida.

Baca juga: Gurihnya Ayam Parende Khas Muna Sulawesi Tenggara, Kuliner Sederhana yang Bikin Nagih

Ampas singkong didiamkan agar mengalami fermentasi ringan, lalu disaring untuk memisahkan bagian halus dan kasar.

Parutan halus dimasukkan ke dalam cetakan kerucut dan dikukus sekira 15-30 menit hingga padat sempurna.

Proses ini membutuhkan ketelatenan dan kesabaran, serta menjadi ajang gotong royong keluarga.

Singkong sebagai bahan utama kasoami kaya karbohidrat, serat, dan vitamin B. Sehingga kuliner khas ini rendah lemak dan bebas gluten, cocok gaya hidup sehat dan alami.

Karena tidak menggunakan minyak atau pengawet, kasoami dinilai lebih sehat dibanding makanan olahan modern.

Kasoami dapat bertahan hingga 14–20 hari dalam suhu ruang, bahkan 30 hari jika belum dikukus.

Baca juga: Mengenal Kue Tradisional Karasi Khas Sulawesi Tenggara: Cita Rasa, Sejarah dan Filosofi

Keawetannya menjadikannya bekal ideal bagi nelayan dan pelaut yang berlayar jauh.

Meski jarang dijual di toko oleh-oleh karena daya tahan terbatas, kasoami tetap populer di pasar lokal dan rumah tangga.

Era modern, kasoami mulai kembali digemari sebagai bagian gaya hidup sehat dan kuliner lokal.

Komunitas kuliner dan pemerintah daerah mendorong pelestarian kasoami melalui festival dan promosi wisata kuliner.

Di sisi lain pasar tradisional Kendari, Baubau, dan Raha, kuliner kasoami masih dijajakan pelaku UMKM. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved