Kuliner Khas Sulawesi Tenggara
Asal Usul dan Sejarah Tuli-Tuli Makanan Khas Baubau Sultra, Bahan Utama dari Singkong
Tuli-tuli tak merujuk terkait kata gangguan pendengaran, melainkan istilah lokal gorengan bentuk angka 8 dibuat dari ubi kayu parut kering (Kaopi).
Penulis: Harni Sumatan | Editor: Muhammad Israjab
"Kalau mau dipanasi lagi pun tetap enak. Nggak keras,” tambahnya.
Tak jarang, Wa Ati menerima pesanan dari luar daerah, khususnya saat musim liburan tiba.
Tuli-tuli buatannya sering jadi pilihan oleh-oleh bagi warga Baubau yang hendak bepergian.
Ia pun senang karena camilan sederhana ini punya makna dan nilai tersendiri bagi masyarakat.
Menurutnya, meski banyak makanan modern hadir, Tuli-tuli tetap punya tempat khusus di hati warga lokal.
Bahkan wisatawan yang berkunjung kadang penasaran mencicipi camilan khas ini.
Tuli-tuli bukan hanya makanan ringan, tapi simbol dari kenangan, warisan, dan rasa kebersamaan.
Keunikan bentuk angka delapan melambangkan keberlanjutan dan filosofi keseimbangan hidup.
Meskipun bahan dan prosesnya sederhana, makna Tuli-tuli jauh lebih dalam dari sekadar rasa.
Di balik camilan ini ada cerita keluarga, budaya lokal, dan semangat menjaga kuliner tradisional.
Selama masih ada generasi seperti Wa Ati yang terus menjaga tradisi, Tuli-tuli akan terus eksis.
Baubau boleh terus tumbuh dan berubah, tapi rasa Tuli-tuli akan selalu membawa kembali ke akar budaya Buton. (*)