Berita Konawe

Disorot Penanganan Pasien Hamil, RSUD Konawe Buka Suara soal Biaya dan Ketuban Hampir Habis

Keluarga pasien inisial R, mengaku geram atas layanan kesehatan yang diterima keluarganya di RSUD Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Penulis: Annisa Nurdiassa | Editor: Muhammad Israjab
(TribunnewsSultra.com/Annisa Nurdiassa)
Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Kabupaten Konawe, mendapat sorotan atas pelayanan kesehatan yang buruk terhadap pasien.Sedangkan Kepala Humas RSUD Konawe, dr Abdianto Ilman, memberikan klarifikasi. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KONAWE - RSUD Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), mendapat sorotan atas pelayanan kesehatan terhadap pasien.

Keluhan ini diungkapkan salah satu keluarga pasien inisial R, mengaku geram atas layanan kesehatan yang diterima keluarganya. 

Pasalnya, ponakan R yakni pasien NA, warga Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe yang tengah hamil usia kandungan 32 minggu.

 Tidak mendapat perawatan medis lanjutan, setelah menjalani perawatan rawat inap selama kurang lebih 3 hari di RSUD Konawe.

“Sejak Sabtu, 14 Juni 2025 sekira pukul 15.10 WITA, ponakanku masuk ke rumah sakit, kondisi yang memerlukan perhatian serius.”

“Dokter yang memeriksa menyarankan pasien menjalani rawat inap dan observasi, karena usia kehamilan masih prematur,” kata R kepada awak media, Senin (16/6/2025) malam.

Baca juga: Musda II BKMT Konawe Utara Sultra, Wisra Wastawati Dikukuhkan Sebagai Ketua Periode 2025–2030

Namun setelah pasien dirawat, tidak ada tindakan medis lanjutan hingga Senin pagi (16/6/2025).

Salah satu dokter kandungan memeriksa, dan menyarankan segera operasi karena air ketuban hampir habis.

"Sayangnya tindakan tidak bisa langsung dilakukan karena harus menunggu dokter. Pasien baru diperiksa sore harinya dan saat USG dilakukan, air ketuban sudah habis," ujar R menambahkan. 

Lebih lanjut R juga mengatakan, setelah dipastikan RSUD Konawe tidak memiliki inkubator untuk menangani kelahiran prematur, pasien akhirnya harus dirujuk ke RS Bahteramas Kendari.

Dengan terlebih dahulu melakukan pembayaran senilai Rp1,9 Juta. 

“Kami tidak tahu dasar pungutan itu apa. Setelah membayar baru rujukan keluar, tapi ternyata bukan rujukan emergency ke UGD, melainkan rujukan ke poli,” geram R.

Saat di konfirmasi, dokter kandungan penanggung jawab pasien, dr Noval, memberikan klarifikasi terkait hal tersebut.

“Pasien datang Sabtu, diperiksa belum ada pembukaan, namun kondisinya kurang air ketuban."

"Karena janin kecil 1,9 kg maka dilakukan perawatan dan terapi suntik untuk pematangan paru-paru bayi,” katanya.

Baca juga: Stadion Konasara Mulai Dibangun di Molawe Konawe Utara, Tampung 700 Orang, Target 6 Bulan Pengerjaan

Selanjutnya, hasil pemeriksaan dijadwalkan USG hari Senin, dan diketahui setelah USG usia kehamilan sudah cukup bulan. 

Namun, dikatakan tindakan operasi tidak dilakukan RSUD Konawe, mengingat kondisi pasien dan bayinya.

Sementara alat bantu nafas bayi (CPAP) sedang full terpakai, sehingga disarankan untuk rujuk ke RS Bahtermas.

Kepala Humas RSUD Konawe, dr Abdianto Ilman, menjelaskan terkait biaya Rp1,9 juta yang dibebankan, merupakan uang jaminan karena pasien belum memiliki KTP.

Sehingga disarankan untuk mengurus surat domisili. Uang itu akan dikembalikan kepada pasien, jika surat domisili sudah disetorkan ke bagian perawatan kebidanan.

“Keterlambatan rujukan karena menunggu identitas pasien untuk dilakukan koordinasi melalui aplikasi Sisrute dan menunggu balasan dari RS Bahteramas."

"Karena rujukan dilakukan ketika RS rujukan yang dituju telah menjawab melalui aplikasi tersebut,” katanya.

Baca juga: BPK Sulawesi Tenggara Ungkap Sisi Gelap Tata Kelola Perumda AU Kolaka, Wajib Ditindaklanjuti

Selain itu, pihak rumah sakit telah menawarkan untuk merujuk dengan menggunakan ambulan.

Tetapi keluarga pasien menolak, dengan alasan tidak mau menunggu balasan dari RS rujukan yang akan dituju.

Manajemen RSUD Konawe berharap, penjelasan kondisi pasien dapat ditanyakan ke dokter atau perawat.

Agar tidak terjadi miskomunikasi dan segala penjelasan dokter atau perawat untuk bisa dipahami bersama baik oleh pasien maupun keluarga pasien. (*)

(TribunnewsSultra.com/Annisa Nurdiassa)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved