Profil Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional Hari Lahirnya Diperingati Hardiknas Setiap Tahun

Profil singkat Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Ia memiliki kontribusi besar dalam perjalanan pendidikan.

Arsip Nasional
KI HAJAR DEWANTARA- Kolase foto Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional semasa hidup. Ia berkontribusi besar dalam perjalanan pendidikan untuk generasi bangsa. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Berikut profil singkat Ki Hajar Dewantara yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional

Ia memiliki kontribusi besar dalam perjalanan pendidikan untuk generasi bangsa dan tanah air. 

Sosoknya tak lekang oleh waktu dengan dedikasi yang diberikannya. 

Itulah mengapa hari lahirnya, menjadi peringatan dan momen spesial di setiap tahunnya dikenal dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas.

Lantas siapa Ki Hajar Dewantara

Generasi saat ini wajib mengetahui sosok Pahlawan Nasional, Ki Hajar Dewantara

Pasalnya, dalam perjalanan sang tokoh nasional ini memberikan kontribusi dan dampak pendidikan. 

Profil

Baca juga: Kumpulan Ucapan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas Diperingati 2 Mei, Cocok Dibagikan ke Medsos

Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta dengan kisah hidup menginspirasi. 

Ia memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat dan merupakan cucu dari Sri Paku Alam III.

Dalam beberapa sumber, Ki Hajar Dewantara adalah nama yang dipilih oleh Raden Mas Soewardi Soerjaningrat saat ia berusia 40 tahun. 

Ia mengganti gelar bangsawanannya. 

"Ki" berarti panggilan untuk orang tua yang dihormati, "Hajar" berarti guru, dan "Dewantara" merujuk pada dewa penghubung bumi dengan dunia yang lebih tinggi. 

Sehingga, nama ini merupakan dedikasinya pada pendidikan dan perjuangan rakyat. 

Ia juga ingin lebih dekat dengan masyarakat. 

Sosok ayah Ki Hajar Dewantara adalah GPH Soerjaningrat.

Pendidikan

Sejak muda, Ki Hajar Dewantara pun nampak haus akan ilmu. 

Mengutip dari Buku Tematik Kelas 4, Tema 5 (Pahlawanku), ia menamatkan pendidikan dasar di Yogyakarta.

Ia lantas melanjutkan pendidikannya di Stovia atau School Tot Opleiding Voor Inlandsche Artsen biasa disebut Sekolah Dokter Jawa. 

Namun karena kondisi kesehatannya tidak memungkinkan, Ki Hajar Dewantara tidak tamat dari sekolah tersebut.

Ia memiliki kemampuan berbahasa Belanda.

Baca juga: Pemerintah di Sultra Diminta Tepat Sasaran Porsikan Dana Pendidikan dan Beasiswa di Hardiknas 2024

Sehingga hal tersebut digunakannya untuk menuliskan kritikan-kritikan terhadap pemerintah Belanda.

Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa yaitu sekolah nasional pertama bagi rakyat Indonesia.

Taman Siswa adalah bentuk nyata perjuangan melawan penjajah.

Ki Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa pendidikan akan membantu mencapai tujuan yaitu kemerdekaan bangsa.

Selain itu, Ki Hajar Dewantara memiliki jasa yang sangat besar dalam pendidikan.

Oleh karena itu, ia mendapat gelar ‘Bapak Pendidikan Nasional’.

Kemudian, tanggal lahirnya, 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Mengutip gramedia.com, berikut pendidikan Ki Hajar Dewantara:

Ki Hajar Dewantara merupakan seorang bangsawan Jawa.

Oleh karena itu, ia mengenyam pendidikan di sekolah rendah untuk anak-anak Eropa yaitu Europeesche Lagere School (ELS).

Lalu, ia mendapat kesempatan untuk masuk School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen (STOVIA).

Sekolah itu sering disebut Sekolah Dokter Jawa.

Akan tetapi, karena kondisi kesehatannya, membuat Ki Hajar Dewantara tidak tamat dari sekolah tersebut.

Profesi Ki Hajar Dewantara

Mengutip Buku Ki Hajar Dewantara "Pemikiran dan Perjuangannya”, berikut profesi Ki Hajar Dewantara:

Profesi yang digeluti Ki Hajar Dewantara adalah dunia jurnalisme yang berkiprah di beberapa surat kabar dan majalah pada waktu itu:

- Sediotomo

- Midden Java

- De Expres

- Oetoesan Hindia

- Kaoem Moeda

- Tjahaja Timoer

- Poesara

Keteguhan hatinya untuk memperjuangkan nasionalisme Indonesia lewat pendidikan dilakukan dengan resistensi terhadap Undang-undang Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonnantie, 1932).

Undang-undang tersebut membatasi gerak nasionalisme pendidikan Indonesia akhirnya dihapus oleh pemerintah kolonial.

Perjuangannya di bidang politik dan pendidikan inilah kemudian pemerintah Republik Indonesia menghormatinya dengan berbagai jabatan dalam pemerintahan RI.

Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1950.

Pada tahun 1959, Ki Hajar Dewantara mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah RI mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional.

Wafatnya Ki Hajar Dewantara

Melansir Gramedia.com, Ki Hajar Dewantara wafat terlbehi dahulu saat belum selesai untuk mendidik penerus bangsa pada 26 April 1959.

Kemudian Ki Hajar Dewantara dimakamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa Wijaya Brata, Yogyakarta.(*)

(Tribunnews.com/Farrah Putri)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)
 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved