Penderitaan Warga Gaza Gegara Serangan Israel, Beli dan Minum Air Kotor hingga Krisis Kelaparan
Penderitaan warga Gaza semakin hari semakin sulit untuk dilewati. Sehari-hari mereka berjibaku dengan berbagai serangan yang dilakukan militer Israel.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Penderitaan warga Gaza Palestina semakin hari semakin sulit untuk dilewati.
Sehari-hari mereka berjibaku dengan berbagai serangan yang dilakukan militer Israel.
Sampai kebutuhan pokok dan dasar tak mampu lagi mereka penuhi.
Salah satunya adalah ketersediaan air bersih yang sudah tidak ada.
Seperti diketahui, hingga saat ini Israel terus melakukan serangannya ke wilayah Gaza.
Warga setempat pun merasakan penderitaan pelik akibat serangan tersebut.
Mereka bahkan tak bisa mengonsumsi air bersih.
Sampai pada akhirnya, air kotor pun menjadi satu-satunya jalan agar tak kehausan.
Warga Gaza berusaha untuk bertahan di tengah banyaknya keterbatasan.
Baca juga: Jantung Kota Gaza Dikepung Perang saat Hari Raya Idul Adha 2024, Kondisi Pilu Dilewati Warga
Bagaimana tidak, Israel telah menghancurkan fasilitas air dan sanitasi di Gaza.
Bahkan membunuh para pekerja yang berusaha memperbaiki fasilitas kembali.
Terbaru pada Juni 2024, serangan Israel di Gaza sampai menewaskan 5 pegawai pemerintah.
Di mana, pegawai tersebut ditugaskan untuk memperbaiki sumur.
Namun, dengan dilumpuhkannya perbaikan tersebut dengan membunuh pekerja, tentunya hal ini begitu menyakitkan.
Warga Gaza pun tak memiliki pilihan lain.
Mereka mengonsumsi air kotor gegara fasilitas pengolahan air limbah Gaza dihancurkan.
Bahkan pabrik desalinasi air, stasiun pemompaan limbah, sumur, dan waduk juga dihabisi oleh Israel.
Adel Dalloul, seorang pemuda berusia 21 tahun yang tinggal di tenda dekat kamp pengungsi Nuseirat, mengatakan ia mengetahui air yang dibawanya dari seorang penjual terkontaminasi, setelah meminumnya.
“Kami menemukan cacing di dalam air. Saya telah meminumnya,” ujarnya, Kamis (27/6/2024), dikutip dari Al Jazeera.
“Warnanya asin, tercemar, dan penuh kuman."
“Saya mengalami masalah pencernaan dan diare, dan perut saya sakit sampai saat ini,” papar Adel Dalloul.
Gaza Berada pada Risiko Tinggi Kelaparan
Sementara itu, masuknya bantuan tampaknya telah meredakan krisis kelaparan di Gaza utara untuk saat ini, seperti diberitakan AP News.
Namun, seluruh wilayah tersebut masih berada dalam 'risiko tinggi' kelaparan, setelah serangan Israel di Rafah menyebabkan pengungsian dan gangguan bantuan operasi di selatan.
Laporan yang dikeluarkan oleh otoritas internasional terkemuka mengenai parahnya krisis kelaparan mengatakan hampir semua orang di Gaza berjuang untuk mendapatkan makanan yang cukup.
Baca juga: Video Viral Pengungsi Anak-anak di Gaza Antre Ambil Sup Wortel dan Ubi Jalar saat Buka Puasa Ramadan
Lebih dari 495.000 orang, atau lebih dari seperlima populasi 2,3 juta jiwa, diperkirakan akan mengalami krisis kelaparan tertinggi dalam beberapa bulan mendatang.
Israel memberlakukan pengepungan total terhadap wilayah tersebut pada awal perang dan secara bertahap meredakannya di bawah tekanan Washington.
Perang telah menghancurkan sebagian besar kapasitas Gaza untuk memproduksi makanannya sendiri.
Dalam laporan terakhirnya, pada bulan Maret, IPC mengatakan bahwa kelaparan “akan segera terjadi” di Gaza utara, yang telah mengalami kehancuran luas dan telah dikepung, dan diisolasi oleh pasukan Israel sejak awal invasi darat.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa sekitar sepertiga penduduk Gaza mengalami kelaparan tahap 5 – tingkat kelaparan tertinggi.
IPC menyatakan seluruh wilayah mengalami kelaparan ketika 20 persen rumah tangga mengalami kekurangan pangan yang ekstrem, 30 persen anak-anak menderita malnutrisi akut, dan setidaknya dua orang dewasa atau empat anak per 10.000 penduduk, meninggal setiap hari.
Israel mengatakan pihaknya mengizinkan ratusan truk masuk melalui berbagai penyeberangan hampir setiap hari.
Israel menyalahkan badan-badan PBB karena tidak mendistribusikannya, dan mengatakan kontainer-kontainer menumpuk di Kerem Shalom, terminal kargo utama Gaza.
Badan-badan PBB dan kelompok bantuan mengatakan mereka sering tidak dapat mengakses Kerem Shalom, karena pertempuran di wilayah tersebut dan pembatasan yang dilakukan Israel, kesulitan berkoordinasi dengan tentara, serta runtuhnya hukum dan ketertiban sangat menghambat pekerjaan mereka.
Mereka mengatakan mustahil mengatasi krisis ini tanpa gencatan senjata sepenuhnya.
Update Perang Israel-Hamas
Pesawat-pesawat tempur Israel, artileri menyerang daerah-daerah sipil yang padat penduduknya di utara, tengah dan selatan Gaza selama 24 jam sebelumnya.
Serangan itu menewaskan puluhan orang, dan pasukan darat Israel secara sistematis menghancurkan rumah-rumah penduduk di kota selatan Rafah.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan “kemajuan signifikan” dicapai atas dukungan AS terhadap “peningkatan kekuatan” dan pasokan senjata Israel selama perjalanan ke Washington, DC.
Militer Israel telah melakukan serangan terhadap sebuah rumah di pusat Kota Gaza, menewaskan dua orang dan melukai beberapa lainnya, menurut media lokal.
Wakil direktur eksekutif UNICEF, Ted Chaiban, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa ribuan anak yang hilang masih terkubur di bawah reruntuhan di Gaza.
Setidaknya 17 tentara Israel terluka, beberapa di antaranya serius, dalam ledakan yang dilakukan oleh pejuang Palestina di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki, menurut laporan media lokal.
Setidaknya 37.718 orang telah tewas dan 86.377 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Revisi jumlah korban tewas di Israel akibat serangan yang dipimpin Hamas mencapai 1.139 orang, dengan puluhan orang masih ditawan di Gaza.(*)
(Tribunnews.com/Nuryanti)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sultra/foto/bank/originals/Penderitaan-warga-Gaza-semakin-hari-semakin-sulit-untuk-dilewati.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.