Jantung Kota Gaza Dikepung Perang saat Hari Raya Idul Adha 2024, Kondisi Pilu Dilewati Warga

Kondisi pilu dirasakan warga di jantung Kota Gaza, Palestina. Pasalnya, hingga saat ini puluhan hingga ratusan ribu warga harus melewati hari kelam.

Kolase TribunnewsSultra.com
Kondisi pilu dirasakan warga di jantung Kota Gaza, Palestina. Pasalnya, hingga saat ini puluhan hingga ratusan ribu warga harus melewati hari yang kelam. Bahkan pada momen perayaan Idul Adha 2024, nampaknya kegembiraan tak dirasakan oleh umat Muslim. Mereka harus berjibaku untuk bisa tetap hidup dalam kondisi peperangan yang terjadi. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Kondisi pilu dirasakan warga di jantung Kota Gaza, Palestina.

Pasalnya, hingga saat ini puluhan hingga ratusan ribu warga harus melewati hari yang kelam.

Bahkan pada momen perayaan Idul Adha 2024, nampaknya kegembiraan tak dirasakan oleh umat Muslim.

Mereka harus berjibaku untuk bisa tetap hidup dalam kondisi peperangan yang terjadi.

Bagaimana tidak, pasukan Israel terus melakukan penyerangan tanpa henti.

Membuat kondisi kota semakin buruk dan mencekam.

Dilansir dari Tribunnews.com, Koresponden Al Mayadeen membagikan suasana hari pertama Idul Adha di Jalur Gaza, jantung kota Gaza yang dikepung perang.

Agresi yang dilakukan Israel, sudah menyasar ke seluruh kota.

Baca juga: Pemasok Senjata Israel Serang Lokasi Pengungsian Warga Gaza di Kota Rafah Ternyata Amerika Serikat

Bangunan yang dihancurkan hingga masjid tempat umat Muslim beribadah menjadi puing-puing.

Akses fasilitas publik seperti pasar pun hancur luluh lantak.

Tentunya kondisi ini semakin memperburuk situasi di Jalur Gaza.

Perayaan Hari Raya Idul Adha yang harusnya bisa dirasakan seluruh umat Muslim, nampaknya tak berlaku untuk warga Gaza.

Dengan keadaan memilukan seperti ini membuat hati warga Gaza begitu hancur.

Belum lagi dengan kesedihan atas kehilangan kerabat, keluarga, anak, saudara, orangtua, menjadikan luka mendalam untuk warga Gaza.

Tak ada tanda-tanda perayaan penuh kegembiraan di Jalur Gaza ketika Idul Adha menyapa.

Hampir semua toko tutup, sebagian besar hancur.

Ritual terpenting yang dilakukan masyarakat Gaza setiap tahun, yaitu berkurban, tidak ada karena masyarakat tidak punya apa-apa untuk membelinya.

Asosiasi dan masyarakat amal adalah pihak yang membeli hewan kurban dan mendistribusikannya kepada keluarga di Gaza sebagai bagian dari program bantuan kemanusiaan.

Dia menekankan bahwa Idul Adha kali ini sangat sulit bagi keluarga para syuhada, korban luka, dan tawanan, mengingat ada lebih dari 10.000 orang terluka yang anggota tubuhnya diamputasi, dan mereka menunggu pembukaan kembali penyeberangan Rafah untuk keluar dari Gaza. untuk perawatan.

Apalagi, ada lebih dari 8.000 tawanan yang tidak diketahui keberadaannya.

Imam Masjid Jabalia, sebelah utara Jalur Gaza mengatakan dalam sebuah khotbah pada hari Minggu (16/6/2024), bahwa upaya pendudukan untuk mematahkan tekad rakyat Gaza tidak berhasil.

Imam menekankan bahwa Perlawanan Palestina akan terus memberikan pukulan keras terhadap pendudukan, “yang menghalangi kita melakukan ritual keagamaan.”

Warga Palestina melaksanakan salat Idul Adha di atas reruntuhan Masjid al-Omari yang hancur akibat pendudukan di Kota Gaza.

Baca juga: Video Viral Masyarakat di Gaza Makan Rumput Karena Kekurangan Bahan Makanan Demi Bertahan Hidup

Yang lainnya, di Khan Younis, selatan Jalur Gaza, melaksanakan salat Idul Adha di tengah reruntuhan rumah mereka yang hancur dan di dalam tenda.

Israel Larang Masuk Hewan Kurban

Kepiluan dirasakan warga Gaza seiring dengan perayaan Idul Adha.

Pasalnya, militan Israel melarang masuknya hewan kurban ke jalur Gaza, Palestina.

Hal tersebut lantas membuat ratusan ribu warga di Gaza kehilangan kesempata nuntuk berkurban dan merayakan Idul Adha.

Dikutip dari Tribunnews, pelarangan itu merupakan kejahatan baru yang dilakukan oleh tentara Israel alias IDF.

Dilaporkan, pasukan pendudukan Israel menutup semua akses penyeberangan Jalur Gaza, perbatasan Rafah, dan Kerem Shalom.

Larangan masuknya hewan kurban itu disebut sebagai bentuk pelanggaran HAM.

Pelarangan itu juga dianggap sebagai bentuk pengabaian total terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam Islam.

Israel dan pemerintah AS dianggap bertanggung jawab penuh atas berlanjutnya kejahatan terhadap Islam dan rakyat Palestina. (*)

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved