Viral Bumi Gelap saat Terjadi Gerhana Matahari Total 8 April 2024, Benarkah? Simak Penjelasan Ahli
Berikut ini viral bumi gelap saat Gerhana Matahari Total yang terjadi pada 8 April 2024. Benarkah?
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Berikut ini viral bumi gelap saat Gerhana Matahari Total yang terjadi pada 8 April 2024.
Benarkah?
Kabar tersebut pun ramai diperbincangkan di media sosial.
Termasuk di TikTok, yang merupakan platform media sosial video ataupun foto.
Seperti diketahui, kabar adanya Gerhana Matahari Total ini pun viral di media sosial.
Dikabarkan, Gerhana Matahari Total diprediksi terjadi pada 8 Maret 2024.
Kondisi atau fenomena alam ini, juga dapat terasa di Indonesia.
Pada dasarnya kondisi Gerhana Matahari Total tak begitu asing di Indonesia.
Baca juga: Begini 17 Tata Cara Sholat Gerhana Matahari Total, Lengkap dengan Niat, Doa dan Artinya
Pasalnya, pada tahun 20216 lalu, Gerhana Matahari Total pernah melintasi wilayah Indonesia.
Fenomena astronomi yang langka tersebut terakhir melintas di Indonesia pada 9 Maret 2016 lalu.
Namun kondisi pada tahun 2016 itu tidak sampai membuat bumi benar-benar gelap.
Cuaca pada saat itupun terasa seperti sore hari.
Lantas bagaimana dengan Gerhana Matahari Total pada 8 April 2024 ?
Dilansir dari Tribunnews.com, Gerhana Matahari Total terjadi ketika bulan sepenuhnya menutupi matahari, menyebabkan langit menjadi gelap sejenak di wilayah yang berada dalam jalur totalitas.
Ini terjadi karena posisi bulan yang tepat di antara matahari dan bumi.
Secara keseluruhan, cahaya matahari terhalang sepenuhnya oleh Bulan.
Saat gerhana matahari total, pemandangan langit menjadi sangat dramatis.
Cahaya Matahari yang biasanya terang dan memancar, tiba-tiba menjadi redup bahkan mati total, sehingga langit menjadi gelap seperti malam hari.
Hal ini memungkinkan pengamatan objek langit lainnya yang biasanya tidak terlihat selama siang hari, seperti bintang dan planet.
Dikutip dari Kominfo, Beredar di media sosial TikTok sebuah unggahan video yang mengeklaim bahwa bumi akan mengalami kegelapan selama 72 jam atau 3 hari mulai dari tanggal 8 April 2024 akibat dari fenomena bumi yang akan melewati "Sabuk Foton".
Faktanya, Ahli Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa informasi yang beredar tersebut adalah keliru, termasuk juga istilah Photon Belt atau Sabuk Foton yang tidak diakui dalam ilmu sains.
Lebih lanjut, Thomas menyebut fenomena yang justru akan terjadi pada 8 April 2024 mendatang merupakan gerhana matahari cincin yang akan dirasakan di beberapa negara yang diantaranya adalah Kanada dan Amerika Serikat.
Saat gerhana matahari cincin puncak hanya mengakibatkan minimnya cahaya. Namun, dalam tempo sementara.
Baca juga: Jalan Antero Hamra Kendari Digenangi Air, Pengendara Motor Nyaris Jatuh Tak Tahu Jalanan Berlubang
Gerhana Matahari Total, Penjelasan Menurut BMKG
Dilansir dari Kompass, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa pada 8 April 2024 memang akan terjadi Gerhana Matahari Total (GMT).
Kendati demikian, Indonesia tidak akan terlewati jalur totalitas gerhana matahari tersebut.
"Gerhana dapat diamati di Amerika Utara, Amerika Serikat, Meksiko, Amerika Serikat bagian tengah dan Kanada bagian timur," tulis BMKG melalui akun Instagram @infobmkg, Jumat (29/3).
Selain itu, BMKG juga membantah bahwa dampak gerhana matahari total akan membuat bumi gelap 3 hari.
Pasalnya, kata BMKG, efek gelap dari gerhana hanya akan terjadi selama beberapa jam.
Adapun kota yang terlewati jalur GMT dengan durasi totalitas terpanjang adalah selama 4 menit 26 detik.
"Nahh #SobatBMKG tidak perlu khawatir karena simpang siur yang mengatakan Bumi dalam keadaan gelap selama 3 hari merupakan info yang tidak benar, ya!" tutur BMKG.
Sementara itu, Profesor Riset Astronomi-Astrofisika BRIN, Prof Dr Thomas Djamaluddin MSc juga membantah kabar bumi akan gelap selama 3 hari pada 8 April 2024.
Ia mengatakan bumi memang pernah mengalami kegelapan total bertahun-tahun karena tumpukan asteroid sebesar 10 kilometer, itu terjadi 66 juta tahun lalu.
Saat ini, sampai 100 tahun mendatang, katanya, tidak ada asteroid besar yang mengancam bumi. (*)
(TribunKaltim.co)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.