Sosok Blacius Subono Seniman Solo Meninggal Saat Kampanye Ganjar-Mahfud, Viral Ambruk di Panggung
Sosok Blacius Subono seniman asal Solo yang meninggal saat kampanye Ganjar Mahfud. Peristiwa meninggalnya Blacius Subono ini viral di media sosial.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Desi Triana Aswan
Simak sosok Blacius Subono seniman asal Solo yang berdedikasi :
Dilansir dari situs resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Blacius Subono atau Bono lahir di Klaten, 3 Februari 1954.
Ia mewarisi keahlian mendalang dari sang ayah.
Sejak kecil Bono sudah terbiasa menyaksikan pertunjukan wayang karena sering menemani ayahnya mendalang dan belajar menabuh gamelan.
Bahkan, Bono dikenal sebagai dalang cilik yang rajin pentas di muka umum saat berusia 12 tahun.
Selepas SMP, ia menempuh pendidikan di Konservatori Karawitan Surakarta.
Kemudian, Bono menempuh pendidikan sarjana jurusan Seni Pedalangan dan program pascasarjana Penciptaan Seni minat Pewayangan Nusantara di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Baca juga: Kampanye Akbar di Kendari, Ketum PPP Mardiono Minta Dukungan Menangkan Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024
Lingkungan keluarga dalang dan pendidikan formal seni karawitan membentuk keahliannya sebagai pengrawit, dalang, penata musik, komponis, dan penulis naskah sekaligus.
Sebagai seniman yang berlatar seni tradisi, Bono memperluas ruang kreativitasnya pada dua dimensi budaya yakni tradisi dan budaya masa kini.
Ia sangat piawai merancang konstruksi jalinan suara gending-gending masa lalu ke dalam wacana karakteristik baru yang lebih dramatis.
Ragam inovasinya diterapkan dalam karya-karyanya, contohnya garapan gending pakeliran baru pada Wayang Kancil, Wayang Sandosa, Wayang Wahyu, dan Wayang Multimedia. Tak heran, ia disebut sebagai ‘pengrawit edan’ oleh kawan sesama seniman.
Ia menggarap penataan gending untuk berbagai seniman kenamaan, seperti dalang Ki Mantep Sudharsono, Ki Anom Suroto–seniman tari Sardono W. Kusumo, Retno Maruti, Elly dan Deddy Luthan.
Bono juga telah diundang untuk pentas di Amerika Serikat dan Kanada, Ingris, Perancis, Italia, Belanda, Australia, Singapura, Hongkong, dan Jepang.
Atas kiprahnya, Bono menerima Satya Lencana Budaya dari Lembaga Kebudayaan Jawa, Anugerah Seni dari Mendikbud RI (1996).
Saat ini ia mengajar seni pedalangan di almamaternya, Institut Seni Indonesia Surakarta.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.