Wawancara Khusus Tribunnews Sultra

Kisah Dedikasi Sukrin Suhardi untuk Sulawesi Tenggara Lewat Kecintaan terhadap Seni Tari

Melalui program Tribun Corner yang tayang pada Senin (15/1/2024), Sukrin Suhardi mulai menceritakan awal kisahnya jauh sebelum menorehkan prestasi.

|
Penulis: Naufal Fajrin JN | Editor: Desi Triana Aswan
TribunnewsSultra.com
Inilah kisah dedikasi Sukrin Suhardi untuk Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui kecintaannya terhadap seni tari. Melalui program Tribun Corner yang tayang pada Senin (15/1/2024), Sukrin Suhardi mulai menceritakan awal kisahnya jauh sebelum menorehkan banyak prestasi di bidang seni tari untuk Sultra. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Inilah kisah dedikasi Sukrin Suhardi untuk Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui kecintaannya terhadap seni tari

Sukrin Suhardi adalah seorang pegiat seni tari asal Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Ia juga merupakan akademisi di salah satu perguruan tinggi seni di Tanah Papua.

Melalui program Tribun Corner yang tayang pada Senin (15/1/2024), Sukrin Suhardi mulai menceritakan awal kisahnya jauh sebelum menorehkan banyak prestasi di bidang seni tari untuk Sultra.

Katanya, kecintaan terhadap seni tari itu dimulai saat dirinya masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar atau SD.

"Awalnya kecintaan saya terhadap seni itu saat saya kelas 6 SD," ujarnya.

Saat itu ia diminta untuk ikut latihan tari di salah satu daerah di Kabupaten Konawe, Provinsi Sultra.

Sukrin ingat, tarian pertama yang ia peragakan saat itu adalah Tari Parang.

Baca juga: Mengenal Sukrin Koreografer Kolosal Konasara Konut, Sosok Penting di Balik Tari Lumense di Istana RI

Keberadaan seni tari juga turut didukung melalui perlombaan tari yang rutin dilakukan setiap perayaan hari kemerdekaan RI di kabupaten yang menjadi tempat lahirnya itu.

Latihan yang dilakukan Sukrin pun tak sia-sia. Melalui sanggar yang ia ikuti dahulu, ia turut tampil dalam momentum Agustusan tersebut.

Meski begitu, di awal merintis karir itu, baginya bukanlah hal yang mudah.

Banyak hal yang menjadi keterbatasan untuk pentas mulai dari akomodasi transportasi hingga koleksi kostum yang hanya itu-itu saja.

Di beberapa kesempatan pentas, di Kota Kendari misalnya, ia dan rekan se-timnya mengaku sampai mengumpulkan barang-barang bekas untuk dijual.

Uang dari menjual barang-barang bekas itu lalu dikumpulkan dan digunakan untuk ongkos ke Kota Kendari bersama rombongan tim.

"Untuk membiayai transportasi ke Kendari untuk tampil," terangnya.

"Dari situ saya bertekad untuk berkesenian terus. Proses yang saya lalui saat itu sudah sangat susah," tegas Sukrin.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved