Berita Baubau

Dinas PPKB Kota Baubau Pantau Seluruh Kepala Keluarga Berisiko Stunting, Target 14 Persen di 2024

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Baubau memantau seluruh kepala keluarga yang berisiko stunting.

|
(TribunNewsSultra.com/Harni Sumatan)
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Baubau memantau seluruh kepala keluarga yang berisiko stunting. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM,BAUBAU - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Kota Baubau memantau seluruh kepala keluarga yang berisiko stunting.

Pemantauan dilakukan untuk mencapai target nasional penurunan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024.

Plt Kepala Dinas PPKB Kota Baubau, Muh Amsir Afie mengungkapkan untuk mewujudkan hal tersebut pihaknya memantau keluarga yang berisiko stunting dengan mendata jumlah balita dan batita.

Kemudian mendata jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), Pasangan Usia Subur (PUS) Hamil, serta fasilitas lingkungan tidak sehat, seperti keluarga yang tidak memiliki jamban yang layak.

"Secara nasional terdapat target yang harus dicapai yakni harus menurunkan jumlah stunting hingga 14 persen," ungkapnya, Kamis (4/1/2024).

Tidak hanya itu, selain melakukan pemantauan mengenai perkembangan dan pertumbuhan, juga dilakukukan pencatatan serta dilaporkan secara berkala.

Sementara itu, berdasarkan Sensus Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angka stunting di Kota Baubau mencapai 26 persen, dengan terdapat 5.431 kepala keluarga berisiko stunting.

Baca juga: BKKBN dan UNFPA Diskusi Realisasi Hak Perempuan, Penting Dalam Optimalkan Penanganan Stunting

Di mana wilayah paling banyak terjadi kasus stunting yakni di Kelurahan Kokalukuna, Kota Baubau.

Amsir menyebut data stunting pada tahun 2023 masih belum dapat dirilis sebelum April 2024 nantinya, karena masih dalam pengolahan data.

Kemudian, berdasarkan informasi yang dihimpun TribunnewsSultra.com, stunting dapat menyebabkan dampak jangka pendek dan jangka panjang.

Dampak jangka pendeknya terdiri dari gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme.

Sementara dampak jangka panjangnya yaitu penurunan kemampuan pelajaran diusia sekolah yang dapat mempengaruhi produktivitas di masa dewasa.

Kekurangan gizi pada anak yang menyebabkan gangguan pertumbuhan seperi pendek atau kurus serta meningkatnya risiko penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung coroner dan stroke.(*)

(TribunnewsSultra.com/Harni Sumatan)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved