Wisata Sulawesi Tenggara
Karts Matarombeo Miliki Gua Tengkorak Hingga Peninggalan Prasejarah, Jadi Kawasan Wisata Eksplore
Karts Matarombeo yang berada di kawasan Kabupaten Konawe Utara (Konut) Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki pesona tersendiri.
Penulis: Amelda Devi Indriyani | Editor: Amelda Devi Indriyani
TRIBUNNEWSSULTRA.COM, KENDARI - Karts Matarombeo yang berada di kawasan Kabupaten Konawe Utara (Konut) Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki pesona tersendiri.
Lokasinya yang berada di jantung hutan Konawe Utara ini menyimpan banyak sejarah yang masih belum banyak tereksplor.
Melansir Dinas Pariwsata Sulawesi tenggara (Sultra), Matarombeo merupakan salah satu kawasan karts terluas di pulau Sulawesi.
Matarombeo juga salah satu karts langka di Asia Tenggara yang bertahan sebagai pulau di dalam pulau.
Dengan karakter yang sangat khas yaitu pegunungan bebatuan karts dengan ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut atau mdpl.
Luasnya kawasan karts Matarombeo ini juga memiliki gua prasejarah yang dijuluki sebagai gua tengkorak Matarombeo.
Di gua tengkorak Matarombeo ini juga terdapat lukisan purba, tak jauh berbeda seperti gua prasejarah lainnya.
Baca juga: Warna Warni Keindahan Wakatobi Sulawesi Tenggara, Pesona Bawah Laut, Budaya hingga Panorama Pantai
Di mana dalam situs gua tengkorak Matarombeo ini memperlihatkan bukti-bukti arkeologis aktivitas manusia masa lalu.
Jenis dan ciri benda arkeologis yang ditemukan seperti alat serpih, tatal batu, batu inti, beliung, gerabah, kerang dan arang.
Hal tersebut menunjukkan sebelum menjadi lokasi penguburan, situs-situs tersebut awalnya menjadi tempat bermukim.
Kawasan karts Matarombeo memiliki pesona tersendiri bagi para peneliti.

Seperti dilansir TribunnewsSultra.com dilaman Lost Worlds, tim peneliti dari luar negeri mengungkapkan beberapa hasil eksplor mereka di kawasan Karts Matarombeo.
Para ilmuwan mampu melakukan survei arkeologi pertama di beberapa gua yang memiliki jejak keberadaan manusia purba, seperti keramik, lukisan, patung, dan lainnya.
Bahkan ditemukan tulang belulang di dalam pot keramik tua dan beberapa potong kayu.
Selain itu, keanekaragaman hayati lokal serta sejumlah pengamatan satwa liar yang sangat menarik - terutama Anoa.
Baca juga: Wisata Arung Jeram Tinukari di Kolaka Utara Sultra Pacu Adrenalin, Bonus Indahnya Pemandangan Alam
Sebelumnya diberitakan, Kepala Dinas Pariwisata Sultra, Belli Tombili juga menjelaskan jika gua tengkorak Matarombeo ini hanya dapat dijelajahi peneliti.
Hal ini guna menjaga kelestarian lingkungan dan kerusakan terhadap lukisan purba didalam Gua Tengkorak Matarombeo.
"Kalau untuk ke Matarombeo kita arahkan untuk wisata minat khusus bagi yang ingin mengeksplor gua," katanya, Minggu (7/8/2022).
"Sebaiknya wisata yang seperti itu tidak dibuat dalam konsep tourism. Semua orang nanti berkunjung kesana dan khawatirnya bisa mengganggu kebersihan. Lalu merusak lukisan purba itu sendiri," jelasnya
"Mungkin hanya orang-orang khusus saja yang bisa kesana. Memang berminat untuk meneliti secara langsung," sambungnya.

Ia pun berharap agar penelitian gencar dilakukan peneliti atau perguruan tinggi baik mahasiswa atau dosen yang dapat menguak lukisan di Matarombeo.
"Pertama lukisan purba itu berusia berapa tahun kemudian dia (lukisan) menjelaskan apa dan mungkin dari peradaban mana yang melakukan itu," ujarnya.
"Nanti bisa menjawab pertanyaan awal mula kemunculan lukisan itu," tambahnya.
Gua Matarombeo ini merupakan salah satu kawasan karst terluas di Sulawesi, sehingga alamnya pun harus tetap dijaga.
"Salah satu kawasan karst yang terdapat lukisan purba dan sudah pernah diteliti oleh teman-teman dari Nature Evolution Prancis yang kebetulan sepertinya masih ada mereka di sana," tuturnya.

Meski begitu, pesona Matarombeo ini telah ditetapkan dalam peraturan gubernur melalui Surat Keputusan Gubernur Nomor 310 Tahun 2022, sebagai salah satu tujuh destinasi wisata unggulan penyangga Wakatobi.
"Jadi kalau di Sulawesi Tenggara kita bicara pariwisata lidingnya itu adalah Wakatobi karena dia sudah ditetapkan sebagai KSPN," ucapnya.
"Nah, destinasi penyangganya itu adalah salah satunya Matarombeo yang oleh dinas kita sebut seven wonder," tandasnya.
Belli Harli Tombil menerangkan dengan dijadikan wisata minat khusus, peneliti yang berkunjung ke Matarombeo bisa menjawab makna lukisan yang terkandung.
"Dan mungkin lukisan purba itu kita teliti lebih lanjut mungkin akan bisa menjawab beberapa pertanyaan mendasar kita sebagai orang Sulawesi Tenggara dari mana kita berasal," katanya.
Untuk menuju ke hutan hijau ini pun masih terbatas, dan hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki. (*)
(TribunnewsSultra.com/Amelda Devi Indriyani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.