Berita Buton
Melihat Aksara Korea yang Digunakan Suku Cia-cia di Kepulauan Buton Sulawesi Tenggara
Inilah keunikan Suku Cia-cia, salah satu etnis yang mendiami Kepulauan Buton, tepatnya di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara atau Sultra.
Penulis: Naufal Fajrin JN | Editor: Desi Triana Aswan
Awal mula penggagasan ide penggunaan Aksara Korea bagi Masyarakat Suku Cia-cia sebenarnya mengundang tanya dari beberapa pihak.
"Pada waktu itu, kadangkala orang bertanya kenapa kok menggunakan Aksara Korea."
"Tidak adakah bentuk tulisan yang dibuat khusus untuk Suku Cia-cia?" ujar La Ali sembari menunjukkan kamus Bahasa Cia-cia Laporo - Indonesia - Korea edisi pertama.
Kendati disorot seperti itu, La Ali tetap tak gentar. Pasalnya, upaya penggabungan Aksara Korea dan Bahasa Suku Cia-cia mendapat respons positif dari Pemerintah Kota Baubau.
Ia berpikir suatu saat pelafalan Bahasa Cia-cia bisa saja berubah lantaran tak memiliki aksara sebagai lambang pelafalannya.
Bahasa Indonesia sendiri pun tak mampu memberi simbol bunyi dalam Bahasa Cia-cia.

Fenomena berkurangnya penggunaan Bahasa Cia-cia dalam kehidupan sehari-hari adalah suatu keniscayaan.
Hal itu menjadi ketakutan tersendiri apabila tak ada aksara yang menjadi simbol khusus pelafalannya.
Kini, Aksara Korea menjadi hal lumrah ada di tengah-tengah kehidupan Masyarakat Suku Cia-cia.
Melewati sepanjang jalan di 2 kelurahan itu saja, nampak Aksara Korea menghiasi beberapa plang penanda.
La Ali percaya, pengajaran Aksara Korea dalam Bahasa Cia-cia adalah upaya kolektif pemeliharaan bahasa.
"Kalau memang mereka tidak terima, jelas dia tolak. Karena pemahamannya itu tadi, untuk memelihara bahasa saja supaya jangan punah," pungkasnya. (*)
(TribunnewsSultra.com/Naufal Fajrin JN)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.