Viral Wanita Laporkan Pria Asal Konawe

Kisah Lengkap Curhat Wanita Korban Video Tak Senonoh di Papua, Sosok Perekam Diduga Pria Asal Konawe

Kisah lengkap curahan hati atau curhat seorang wanita berinisial EES (25) yang mengaku menjadi korban video tak senonoh di Papua Barat Daya.

|
Penulis: Annisa Nurdiassa | Editor: Aqsa
kolase foto (handover)
Kisah lengkap curahan hati atau curhat wanita berinisial EES (25) yang mengaku menjadi korban video tak senonoh di Papua Barat Daya. Curhat salah seorang tenaga kesehatan atau nakes program Nusantara Sehat (NS) Tim Batch 18 tersebut sebelumnya viral di media sosial (medsos) Twitter hingga Instagram. 

Kebetulan ADW sudah terlebih dahulu di Kota Sorong karena proses pendaftaran PPPK (P3K) yang ADW ikuti.

Di hotel kami bertiga (perempuan) dan ADW datang berkunjung karena hari itu kami mengerjakan laporan.

Ketika mau mandi, ADW bergegas memotong jalan dengan alasan kebelet.

Saya dan ES curiga dan saling komunikasi lewat HP.

Baca juga: Perlawanan Dosen UIN Solo Wahyu Dian Silviani Sebelum Meninggal Dibunuh Kuli Bangunan di Sukoharjo

Dalam kamar mandi, ADW menyalakan keran air agar menyembunyikan apa yang dia mau lakukan.

Tapi saya dan ES mendengar suara kantong kresek dari arah kamar mandi.

ES tidak berani mandi duluan, sehingga saya masuk dan memeriksa isi kamar mandi hotel.

Saya temukan HP dalam kantong kresek hitam yang dilubangi khusus untuk kamera.

Jadi saya menutup kamera tersebut dengan barang-barang sehingga merasa aman untuk mandi.

Sekali lagi saya pura-pura tidak mengetahui apapun untuk mengumpulkan bukti.

Lanjut nginap di rumah teman karena rencana berangkat ke bandara dari rumah tersebut, sekalian menyapa teman dan keluarganya.

A kebetulan juga ada di situ.

Hal yang sama dia lakukan di kamar mandi.

Tapi ketika saya mengambil HP di lantai 2, ADW kembali masuk kamar mandi untuk mengambil HP yang sudah dia pasang.

Kali itu gagal melakukan aksinya, saya mandi dengan tenang.

Ternyata, dia mengatur kamera tersebut di antara barang-barang di atas lemari dalam kamar tempat saya tidur (dia tidur di ruang tengah dekat kamar).

Karena curiga, saya mencari kamera sampai akhirnya dapat dan saya dokumentasikan.

Karena takut, saya tidak berani menanyakan langsung.

Baca juga: 10 Fakta Hasil Tes DNA Bayi Tertukar di Bogor Ternyata Terbukti, Perjalanan Kisahnya Diakhiri Tangis

Takut ADW nekat melakukan hal jahat untuk menutupi aksinya.

Lanjut ke bandara, ADW ikut mengantar.

Saya japri ADW dan menanyakan maksudnya menyimpan HP di kamar.

Waktu di ruang tunggu, ADW tiba-tiba menelepon dan menangis mengakui kesalahannya dan mengakui sedang stres karena ortunya akan bercerai (padahal tidak ada hubungannya).

Dia mengakui tidak berhasil merekam apapun dan membuktikan rekam layar galeri dan hidden folder.

Kali itu saya maafkan dan percaya serta merasa aman karena selama ini menggagalkan aksinya.

(Ternyata jauh sebelum itu sudah pernah berhasil mengambil video).

Bukti yang selama ini ada saya minta untuk tetap disimpan oleh salah satu teman tim yakni PA (26).

Tidak ada masalah.

Yang bersangkutan lulus P3K dan meninggalkan penempatan bulan Januari.

Tidak ada masalah sampai hari ini.

Tiba-tiba Kamis 24 Agustus pagi hari saya dapat info dari salah satu teman/tetangga yang kebetulan berlabuh di Kalimantan dan mendapat video random muncul di Twiter atas nama, foto dan video mirip saya.

Beliau menginfokan bahwa video tersebut pasti direkam diam-diam.

Saya meminta beliau untuk merekam layar akun tersebut.

Baca juga: Ternyata Ini Video Viral 32 Detik Diduga ASN Tangerang, Terungkap Sosok Pemeran yang Diburu Polisi

Saya langsung menghubungi ADW (satu-satunya tersangka) dan ADW tidak mengakui dengan alasan waktu itu sudah membuktikan.

Saya mengancam ADW jika tidak menghapus video dan akun, akan saya bawa ke jalur hukum.

Tidak lama setelah itu, akun tersebut hilang.

Keluarga coba menghubungi, ADW akhirnya mengakui kesalahannya (ada rekaman).

Tapi sekarang ADW sudah memblok nomor saya dan keluarga.

Kemudian, pagi ini Sabtu 26 Agustus 2023, saya melapor ke Polres Kota Sorong.

Saya diarahkan untuk pembuat surat pengaduan dan dimasukkan langsung ke kapolres pada hari Senin.

Sebelum pulang, saya tanyakan gambaran proses penyelesaian kasus ini seperti apa.

Katanya sudah benar jika kasus diproses di Kota Sorong karena TKP di Kota Sorong.

Kemudian karena ADW di Pontianak maka polisi yang ditugaskan dari Sorong yang harus menjemput ke sana, di mana transpor yang dikeluarkan itu harus ditanggung oleh pelapor.

Alasannya anggaran tahun ini sudah habis.

Dan memang kasus pelanggaran UU ITE katanya yang paling sulit dan panjang serta mengeluarkan banyak biaya sehingga disebut ‘kasus orang kaya’.

Nah, sebelum proses penangkapan perlu dilakukan penyidikan dan mengundang ahli IT (entah dari kota mana) untuk memastikan kebenaran video yang beredar benar adalah saya.

(Kalau ga salah tangkap), segala pengeluaran juga ditanggung pelapor.

Saya tanyakan proses pembuktiannya berapa lama, katanya belum ada kasus yang prosesnya di bawah 21 hari.

Pasti lebih dan entah berapa lebihnya.

Belum lagi proses persidangan yang memakan waktu yang banyak, frekuensi bisa 5-6 kali atau lebih tergantung kondisinya nanti seperti apa itu ada di tangan kejaksaan. Katanya

Masalahnya, saya dan tim sudah di akhir masa tugas dan harus kembali ke kampung masing-masing.

Untuk menghadirkan saksi sangat lah susah dan makan biaya.

Sehingga saya sendiri merasa sangat berat untuk memproses kasus ini sampai akhir.(*)

(TribunnewsSultra.com/Dewi Lestari/Annisa Nurdiassa)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved