Berita Sulawesi Tenggara

Gubernur Ali Mazi Ungkap Prospek Peluang Investasi Hingga Resolusi Pertambangan Sulawesi Tenggara

Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi bicara tentang prospek peluang investasi dan resolusi pertambangan Sultra masa depan.

Istimewa
Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi saat menghadiri Seminar Internasional Indonesia International Nickel and Cobalt Industry Chain Summit 2023, di Jakarta, (31/5/2023) lalu. 

Kemudian, PT VDNI di Morosi Kabupaten Konawe, yang bergerak di bidang Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas produksi sebesar 1 juta metrik ton per tahun.

Serta yang ketiga adalah PT OSS yang juga memproduksi NPI di Morosi Kabupaten Konawe dengan kapasitas produksi NPI sebanyak  2-3 juta metrik ton per Tahun.

Peluang Investasi Asing dan Lokal, Ekspor Nikel Hingga Resolusi

Maka dari itu, Ali Mazi mengatakan Sultra sebagai provinsi dengan sumber daya dan cadangan Nikel terbesar di Indonesia, tentunya ini menjadi peluang bagi Sultra untuk lebih mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan hilirisasi Nikel di wilayahnya.

Misalnya peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), peningkatan dana bagi hasil Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sumber Daya Alam (SDA) pertambangan, peningkatan penerimaan dan retribusi daerah, penyerapan tenaga kerja, dan lain sebagainya.

Adapun target dan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor pertambangan di Sultra dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (tahun 2017 – 2022) terus mengalami peningkatan.

Baca juga: Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi Sebut Tak Ada Pergantian Pj Bupati Muna Barat dan Buton Selatan

Satu hal yang menggembirakan adalah realisasi dari target yang ditetapkan selalu mencapai di atas 100 persen, bahkan mencapai di atas 200 hingga lebih 300 persen. Seperti pada tahun 2022 lalu, target PNBP yang ditetapkan sebesar Rp1,2 triliun sementara realisasinya sebesar lebih dari Rp4,4 triliun.

Selain itu, berdasarkan data BPS Sultra, pada periode Januari-Oktober 2022, total ekspor Nikel Sultra mencapai US4,8 milliar atau setara dengan Rp71,5 triliun (nilai kurs Rp15 ribu), dengan total volume ekspor mencapai 2,2 juta ton.

Nilai dan volume ini meningkat masing-masing 36 persen dan 24 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari total ekspor ini, sebanyak 99,53 persen atau US4,7 milliar berasal dari golongan besi dan baja, setara Rp71 triliun, berupa Ferronickel (FENI), Nickel Pig Iron (NPI), dan baja tahan karat yang diproduksi oleh sejumlah pabrik peleburan atau smelter Nikel di wilayah Sultra.

Namun, nilai ekspor yang tinggi sebagai dampak hilirisasi Nikel ternyata belum berdampak banyak pada perekonomian daerah.

Ali Mazi menyebut hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi Sultra yang berada di kisaran 5-6 persen, sedangkan daerah penghasil lain seperti Sulawesi Tengah dan Maluku Utara jauh di atas angka tersebut.

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah berada di angka 11 persen, sementara Maluku Utara bahkan di angka 24 persen sepanjang 2022.

Selain dana bagi hasil PNBP SDA Pertambangan, penerimaan pajak juga tidak tinggi akibat belum optimalnya penerimaan pajak di kawasan pertambangan.

Akibatnya, nilai tambah sektor pertambangan tidak begitu terasa meski ekspor terus melejit. Hal ini dapat terjadi pada hilirisasi tahap awal dan dapat menjadi stagnan apabila hilirisasi tidak ditingkatkan ke tahap selanjutnya.

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved