Puasa Ramadan Tetap Sah? Hukum Mandi Wajib Bagi Wanita Sesudah Haid, Berikut Penjelasannya
Perempuan boleh menunaikan ibadah puasa Ramadan apabilah sudah benar-benar bersih dari darah Haid, meskipun belum sempat mandi Wajib.
TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Perempuan dilarang menunaikan ibadah puasa apabila dalam kondisi haid.
Kaum hawa baru bisa melanjutkan ibada puasa Ramadan apabila sudah benar-benar bersih dari darah najis tersebut.
Darah haid memang merupakan darah yang najis apabila menyentuh permukaan yang suci.
Bagi perempuan yang sedang haid, Islam melarang mereka untuk melakukan shalat, membaca Alquran, hingga menurut mayoritas ulama dilarang masuk ke dalam masjid.
Lau bagaimana dengan ketentuan perempuan haid menunaikan puasa di bulan suci Ramadan.
Dalam hukum Islam dipastikan bahwa wanita haid dilarang berpuasa.
Wanita boleh melanjutkannya apabila sudah benar-benar bersih.
Baca juga: 3 Pilihan Resep Menu Buka Puasa Ramadhan Ala Korea, Inkigayo Sandwich, Kimchi Jeon, dan Bibimbap
Bukan itu saja, dianjurkan juga bagi wanita untuk mandi wajib setelah haid.
Lalu, bagaimana jika sudah selesai haid di malam hari, namun sampai waktu sahur belum sempat mandi wajib?
Bolehkah dan sahkah puasanya?
Menanggapi hal tersebut, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menjelaskan, jika ada perempuan yang yakin telah suci dari haid dan berniat puasa sebelum subuh, puasanya tetap sah meski belum mandi besar atau mandi wajib.
Namun, jika masih ragu dengan sudah suci dari haid atau belum, maka puasanya tidak sah karena puasa harus didasari niat yang yakin dan tidak boleh ada keraguan.
Melansir Tribunnews pada Kamis (22/4/2021) via KompasTV, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin pernah ditanya tentang seorang perempuan yang berpuasa namun ragu sudah suci dari haid atau belum.
Dalam Majmu Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin, beliau menjawab:
“Puasanya tidak dianggap. Puasa ketika itu wajib diqada (diganti). Karena asalnya haidnya masih ada dan ketika itu masuk puasa dalam keadaan tidak yakin sudah suci. Padahal untuk masuk puasa harus dalam keadaan yakin suci. Itulah yang menyebabkan puasanya tidak dianggap.”
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.