Apa Itu Link Malware? Ramai Disebar di Aplikasi YouTube Videos, Bisa Curi Data Penting Saat di Klik

Apa itu link malware? ramai disebar di aplikasi YouTube Videos. Link ini berbahaya karena bisa mengambil tanpa izin data penting dan informasi.

Kolase Tribunnewssultra.com
Apa itu link malware? ramai disebar di aplikasi YouTube Videos. Diketahui, link seperti ini berbahaya karena bisa mengambil tanpa izin data penting hingga menyebar virus. 

TRIBUNNEWSSULTRA.COM- Apa itu link malware? ramai disebar di aplikasi YouTube Videos.

Diketahui, link seperti ini berbahaya karena bisa mengambil tanpa izin data penting hingga menyebar virus.

Tentunya, Tribuners harus selalu waspada ketika mendapati link-link berbahaya kala bermain internet.

Terlebih saat ini kejahatan digital semakin merajalela.

Selain harus berhati-hati dalam berselancar, Tribuners wajib memiliki pengetahuna penting saat bermain internet.

Salah satunya dengan mengetahui bahaya link malware yang mampu mencuri deretan data penting Anda.

Lantas apa itu link malware?

Baca juga: Sosok Misterius Hacker Situs Pemprov Sultra Singgung Kasus Besar di Indonesia, Benarkah Bjorka?

Dilansir dari situs kemdikbud.go.id, malware adalah perangkat lunak yang diciptakan untuk menyusup atau merusak sistem komputer, server atau jejaring komputer tanpa izin (informed consent) dari pemilik.

Malware bisa menyebabkan kerusakan pada sistem komputer dan memungkinkan juga terjadi pencurian data atau informasi.

Hal yang pada umumnya menjadi penyebab malware adalah mengunduh perangkat lunak (software) ilegal yang mungkin disisipkan sebuah malware.

Terdapat beberapa jenis Malware seperti virus, worm, trojan horse, sebagian besar rootkit, spyware, adware (infected), serta software-software lain yang berbahaya dan tidak diinginkan oleh pengguna perangkat komputer.

Link Malware Beredar di YouTube Videos

Dilansir dari Tribunnews.com, beberapa bulan ini, ramai beredar link malware yang disebar melalui aplikasi YouTube Videos.

Link malware ini biasanya ditemui dalam video tutorial yang mengharuskan pengguna mengunduh aplikasi.

Misalnya, cara mengunduh perangkat lunak versi gratis seperti Adobe Photoshop, Premiere Pro, Autodesk 3ds Max, AutoCAD, dll, yang sebenarnya hanya tersedia untuk pengguna berbayar.

Tim peneliti di CloudSEK, telah menemukan peningkatan 200-300 persen selama beberapa bulan, soal link di YouTube Videos yang berisi tautan ke malware pencuri.

Malware pencuri atau Trojan ini akan mengumpulkan data pribadi seperti nama pengguna dan kata sandi, tanpa disadari oleh pengguna, dikutip dari India Times.

Pelaku meletakkan link malware di YouTube dan menerapkan taktik agar rencananya berhasil.

Metode yang digunakan termasuk berbagi rekaman layar, penelusuran audio, dan persona buatan AI.

“Ancaman Infostealer (perangkat lunak pencuri data) berkembang pesat dan menjadi lebih canggih, membuat pengguna rentan terhadap konsekuensi yang menghancurkan," kata Pavan Karthick, peneliti CloudSEK.

"Dalam tren yang memprihatinkan, pelaku menggunakan video buatan AI untuk memperluas jangkauan mereka, dan YouTube telah menjadi platform yang nyaman untuk distribusinya," lanjutnya, dikutip dari CNBC Internasional.

"Sehingga, sangat penting bagi pengguna untuk sangat berhati-hati saat mengunduh perangkat lunak dan menghindari tautan atau video yang mencurigakan dengan cara apa pun," tambahnya.

Baca juga: Nikita Mirzani Sebut Bjorka Kebanyakan Ngelem, Hingga Bakal Bongkar Identitas Si Hacker

Pencurian Data Penting

Infostealers, perangkat lunak berbahaya yang disebarkan melalui video ini, dirancang untuk mencuri informasi sensitif.

Malware ini dapat mencuri informasi penting seperti kata sandi, informasi kartu kredit, nomor rekening bank, dan lainnya.

Setelah informasi dicuri, itu dibagikan dengan server penyerang.

Pencurian data pribadi ini dapat terjadi jika pengguna mengunduh file dari link malware yang ditautkan di YouTube Videos.

Sebagian besar aplikasi yang biasanya berbayar, tapi ditawarkan secara gratis melalui link berbagi di YouTube, bisa berbahaya untuk diunduh dan digunakan.

Pelaku Hindari Algoritme YouTube

Menurut tim peneliti CloudSEK, pelaku menggunakan metode tertentu untuk menghindari algoritme YouTube dan proses peninjauan.

Misalnya, menggunakan tag khusus wilayah, menulis komentar palsu untuk menambah legitimasi, dan terus mengunggah video.

Penelitian menemukan bahwa 5-10 video tentang tutorial dan link crack aplikasi diunggah oleh pelaku setiap jam, dikutip dari India Times.

Sehingga, hal ini menyulitkan algoritme untuk mengidentifikasi dan menghapusnya.

Foto profil Bjorkanism di Telegram, Hacker yang kerap bagikan data pribadi Indonesia. Hacker Bjorka bersiap dilaporkan ke kepolisian atas ulahnya membocorkan data penting negara yang bersifat rahasia.
Foto profil Bjorkanism di Telegram, Hacker yang kerap bagikan data pribadi Indonesia. Hacker Bjorka bersiap dilaporkan ke kepolisian atas ulahnya membocorkan data penting negara yang bersifat rahasia. (Telegram @bjorkanism)

Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari ini adalah tidak sembarangan mengunduh file dari sumber yang tidak terverifikasi.

Pengguna juga harus mengaktifkan otentikasi multi-faktor, menahan diri dari mengklik tautan dan email yang tidak dikenal, dan menghindari penggunaan perangkat lunak bajakan.

Himbauan Pemerintah

Dilansir dari Kompas.tv, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan peringatan terkait penipuan melalui nomor WhatsApp yang mengatasnamakan Kemenkes dan meminta pengguna untuk memperbarui aplikasi SATUSEHAT melalui link atau yang dikirimkan, Senin (13/3/2023).

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyatakan link tersebut sebenarnya mengandung malware yang dapat mencuri password atau data pribadi pengguna.

"Nomor WhatsApp penipuan tersebut diketahui bernomor +6285961004844," kata Siti Nadia dalam keterangan terulis.

Masyarakat diminta untuk berhati-hati dan tidak membuka link dari nomor yang tidak dikenal dan tidak terverifikasi dengan centang hijau.

Sebagai informasi, proses update aplikasi SATUSEHAT dilakukan secara otomatis atau manual melalui Play Store atau App Store.

Kementerian Kesehatan juga menegaskan bahwa secara prosedural, mereka tidak pernah mengirimkan link update secara personal melalui WhatsApp.

Aplikasi SATUSEHAT sebelumnya pernah mengalami masalah eror karena gangguan login bagi sebagian pengguna yang tidak mendapatkan OTP.

Hal itu terjadi karena adanya peningkatan akses atau traffic aplikasi secara bersamaan. Saat ini, masalah tersebut telah diatasi dengan dikeluarkannya versi terbaru aplikasi SATUSEHAT (5.2.1).

Pengguna yang mengalami kendala atau masalah lain terkait aplikasi SATUSEHAT dapat menghubungi nomor WhatsApp resmi Kemenkes (0811 10 500 567 dengan centang hijau), email helpdesk@kemkes.go.id, atau Direct Message di media sosial SATUSEHAT Mobile, di Twitter @SATUSEHAT dan Instagram @satusehat_id.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana) (Kompas.tv)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved